Bola.com, Jakarta - Grand Master Wanita asal Indonesia, Medina Warda Aulia menceritakan awal mula berkecimpung dalam olahraga catur hingga merebut status Grand Master termuda di Indonesia.
Baca Juga
Medina menyandang status Grand Master Wanita termuda di Indonesia seusai mengikuti Kejuaraan Dunia Catur di Turki pada 2013. Saat itu, Medina baru berusia 16 tahun 2 bulan. Atlet kelahiran Jakarta tersebut mematahkan rekor Irene Kharisma Sukandar yang menjadi Grand Master pada usia 16 tahun 7 bulan.
Hal menarik justru ada di balik cerita Medina menyukai olahraga catur. Kesukaannya pada boneka Barbie menjadi awal kenapa atlet kelahiran Jakarta ini menyukai olahraga yang identik dengan kata serius dan daya pikir tersebut.
Medina pun menceritakan kepada bola.com awal mula menyukai catur sampai mendapatkan gelar Grand Master dunia. Berikut petikan wawancaranya:
Bisa cerita awal mula suka catur dan memutuskan bekiprah di olahraga ini?
Awalnya saya melihat ayah sedang bermain catur dengan rekannya di rumah, lalu saya bertanya 'Itu apa?', terus kata ayah 'Ini kerajaan, ada pasukan berkuda dan pasukan lainnya.' Dulu lagi zamannya saya suka barbie. Terus saya pikir catur itu sama seperti barbie karena sama-sama kerajaan, sejak itu saya mulai tertarik.
Lalu ayah saya bilang, 'Ya sudah sekalian belajar saja'. Saya pikir kenapa tidak. Mulai saat itu saya belajar catur selama tiga bulan dan kemudian ikut kejuaraan daerah, lalu menang. Ayah bilang saya punya bakat.
Bagi kamu, catur itu seperti apa?
Saya melihat catur itu lebih banyak pengalamannya. Kalau di catur, saya harus mengambil keputusan untuk langkah berikutnya, lalu berpikir apa akibatnya. Itu sama seperti dalam kehidupan, setiap harus mengambil keputusan harus tahu akibatnya seperti apa.
Lalu di catur itu ada strategi yang diterapkan untuk mencapai tujuan. Sama seperti dalam kehidupan sehari-hari, apa langkah dan strategi untuk menggapai cita-cita.
Lalu apa pengaruh catur untuk kehidupan kamu?
Pengaruhnya banyak, saya bisa mendapat prestasi dan pengalaman. Saya senang di catur bisa mendapat kesempatan untuk jalan-jalan dan menambah teman.
Momen yang tak terlupakan dalam karier kamu?
Momen saat berada di Turki karena waktu itu saya mendapatkan gelar Grand Master Wanita dengan predikat yang termuda. Gelar Grand Master juga yang tertinggi di kategori wanita, jadi pencapaian kerja keras saya selama ini.
Bisa cerita proses sampai kamu mendapatkan gelar Grand Master?
Perjuangan saya pernah sampai tidak sekolah selama tiga bulan, bahkan menjalani ujian akhir sekolah (UAS) di luar negeri. Saat itu, waktu saya benar-benar tersedot ke catur. Jadi tugas dari sekolah menumpuk. Di sekolah saya tidak punya waktu bermain, hanya fokus untuk menyelesaikan tugas.
Kamu pernah melawan 360 pecatur secara bersamaan? Bagaimana rasanya?
Saya senang karena bisa memecahkan rekor dunia. Saya juga bangga bisa melawan 360 pecatur dari seluruh Indonesia. Itu pengalaman baru bagi saya dan dunia catur Indonesia, karena itu pertama kalinya bagi saya bermain dengan 360 pecatur secara online.
Bagaimana membagi waktu antara kuliah, latihan, atau ikut kejuaraan catur?
Saya kalau sedang kuliah, fokus penuh ke kuliah. Tetapi saya selalu luangkan waktu beberapa jam untuk belajar catur juga. Begitu juga saat saya ikut kejuaraan catur. Saya selalu luangkan waktu belajar materi kuliah.
Kalau berbagi waktu untuk bermain dengan teman-teman?
Masih, saya masih suka bermain dengan teman-teman. Jadi kalau Sabtu dan Minggu tidak ada agenda sama sekali, saya suka bermain sama teman. Lalu kalau pada saat kuliah juga suka luangin waktu untuk bersama teman.