Karier Yolla Yuliana, Titik Nadir, dan Tangis Saat Latihan

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 25 Des 2015, 20:20 WIB
Pevoli cantik asal Jakarta Electric PLN, Yolla Yuliana, harus berjuang ekstra keras untuk bisa berada di posisi seperti sekarang. (bola.com/Peksi Cahyo)

Bola.com, Jakarta - Pevoli cantik asal Jakarta Electric PLN, Yolla Yuliana, harus berjuang ekstra keras untuk bisa berada di posisi seperti sekarang. Bergabung di tim voli terbaik musim lalu, sekaligus menjadi anggota skuat tim nasional.

Untuk mempertahankan posisinya, Yolla tak bisa berbuat sesuka hati. Saat musim kompetisi hampir bergulir, waktunya benar-benar terkuras di lapangan voli. Pevoli penyuka tato ini harus menjalani latihan super keras.

“Kalau di tim, latihannya sulit dibayangkan. Dari pukul 08.30 WIB sampai jam 12.30 WIB latihan. Itu latihan bola dan fitnes. Sore latihan lagi. Berangkat berlatih pukul tiga sore. Sekitar 30 menit kemudian latihan lagi sampai selesai. Tidak ditarget jam berapa selesainya. Pokoknya sampai selesai,” ujar Yolla, saat berbincang dengan bola.com, pekan lalu.

Advertisement

Yolla mengatakan porsi latihan di klub lebih berat daripada di tim nasional. Di Jakarta Electric, para pemain hanya mendapat libur latihan setiap Kamis sore dan Minggu. Sabtu tetap berlatih seperti biasa, dua kali sehari. Waktunya juga tak terbatas untuk sesi latihan sore.

Saat ditanya apakah pernah merasa hidupnya “dirampok” oleh voli, Yolla mengiyakan dengan mantap. “Pernah merasa seperti itu. Apalagi latihan di klub memang lebih berat. Di timnas lebih enak. Latihan dua jam, ya benar dua jam. Liburnya juga tiga kali, Rabu sore, Sabtu sore dan Minggu,” bebernya.

Meski demikian, mojang Bandung ini mengaku tak pernah berpikir meninggalkan dunia voli dalam waktu dekat untuk menjajal profesi lainnya. Hatinya sudah terlanjur tertambat ke voli.

Bukan berarti kariernya di kancah voli terus berjalan mulus. Ada momen saat Yolla merasakan berada di titik terendah kariernya. Hal itu terjadi musim lalu, saat dia sering duduk di bangku cadangan.

“Musim kemarin tidak masuk enam (tim inti). Saya sampai mikir kenapa tidak masuk enam. Terus instropeksi diri. Mungkin saya kurang gesit. Pelatih tidak hanya melihat Yolla main di depan, tapi juga ingin saya main di belakang. Apalagi posisi saya waktu itu all around,” beber dia.

Yolla menambahkan pelatihnya di Jakarta Electric PLN, Tien Mei, sangat menuntut kesempurnaan. Pemain harus bisa menguasai seluruh teknik, baru bisa masuk tim inti.

“Saya terus berusaha, sampai nangis saat latihan. Rasanya kesel banget. Kenapa yang lain bisa (masuk tim inti), saya tidak bisa. Jadi saya berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangan itu,” imbuhnya.

Yolla pun berharap musim depan tampil lebih baik sehingga mampu konsisten menembus tim inti.

 

Berita Terkait