Bola.com, Palembang - Dua striker kawakan asal Brasil, Alberto Goncalves (Beto) dan Hilton Moreira, pada musim 2015 mencoba peruntungan di Malaysia Premier League. Tetapi karena penampilannya mengecewakan, kontrak mereka tidak diperpanjang oleh klubnya, Penang FA. Gagal di Malaysia, keduanya berniat kembali ke Indonesia.
Penang FA yang dilatih arsitek asal Brasil yang malang melintang di Indonesia, Jacksen F. Tiago, belum lama ini telah mengonfirmasikan tidak lagi memakai jasa Beto dan Hilton. "Hanya Reinaldo Lobo yang saya pertahankan musim depan. Saya ingin melakukan peremajaan saat mengarungi kompetisi yang tingkat persaingannya lebih ketat," tutur Jacksen ke bola.com lewat pesan singkat.
Akan tetapi, keduanya kesulitan mencari klub lain di Negeri Jiran. Rapor merah mereka pada musim 2015 jadi penyebabnya.
Beto sempat memesona di putaran pertama kompetisi kasta kedua Malaysia, belakangan ia lebih banyak duduk di bangku cadangan di paruh kedua MPL. Striker Negeri Samba yang pernah jadi top scorer Piala Indonesia 2007 dan Indonesia Super League 2011-2011 itu hanya mengoleksi enam gol saja.
Baca Juga
Pada April lalu, kelompok suporter garis keras klub Penang FA, Brigade 07, sempat meluapkan kekecewaannya dengan membakar flare seraya memaki Beto, yang notabene beberapa musim jadi pemain andalan Jacksen saat melatih Persipura Jayapura. Mantan pemain Arema Cronus tersebut juga seringkali dihujami kritik pedas di media-media lokal Malaysia akibat mandul gol.
Hilton sama saja. Penyerang kawakan yang sempat membela Deltras Sidoarjo, Persib Bandung, dan Sriwijaya FC itu juga paceklik gol. Sepanjang semusim ia hanya mencetak tiga gol dari 11 laga yang dijalani sebagai starter. "Walau punya hubungan baik dengan keduanya saya tidak bisa memaksakan mereka bertahan. Saya harus juga tunduk pada manajemen klub," ucap Jacksen.
Berkaitan rencana Beto dan Hilton ingin kembali berkiprah di Indonesia, Sriwijaya FC telah buka suara soal munculnya tawaran dari agen pemain asing berbendera Indo Bola Mandiri, Eko Subekti. Kedua pemain dipasarkan dengan sistem paket plus dengan Fabiano Beltrame.
Manajemen Tim Laskar Wong Kito tak mau gegabah memboyong kedua penyerang. Pasalnya Sriwijaya FC saat memiliki empat bomber lokal papan atas: Patrich Wanggai, Ferdinand Sinaga, Titus Bonai, dan T.A. Musafri.
Untuk menghadapi sejumlah turnamen dan kompetisi independen garapan PT Liga Indonesia di tahun 2016, Sriwijaya FC hanya berniat mengontrak seorang penyerang impor. Ia diplot menggantikan Osas Saha yang tampil mengecewakan di Piala Jenderal Sudirman lalu.
“Sampai saat ini manajemen belum mengambil keputusan apakah akan mengambil Hilton atau Beto. Nanti akan diputuskan pada rapat jajaran manajemen. Pastinya, kami mencari pemain asing yang berkualitas,” ujar asisten manajer SFC, Muchendi Mahzareki, ke media lokal Palembang pada Minggu (27/12/2015).
“Semua tahu kalau di Indonesia sekarang tidak ada kompetisi, yang ada hanya turnamen yang digelar pihak ketiga di luar PSSI. Hal itu sudah kami sampaikan ke agen pemain asing yang menawarkan mereka," tambahnya.
Pernyataan ini menegaskan bahwa Sriwijaya FC kemungkinan tidak bisa mengontrak pemain dalam durasi setahun. Mereka hanya akan dibayar jika klub tampil di sebuah turnamen. Pola ini dilakukan saat Tim Laskar Wong Kito berlaga di Piala Jenderal Sudirman dan Piala Presiden.
Evaluasi tahap pertama yang dilakukan PT Sriwijaya Optimis Mandiri sebagai pengelola SFC pada Sabtu (26/12/2015) memunculkan kesimpulan bahwa klub akan lebih hati-hati mengontrak pemain asing.
Di dua turnamen yang diikuti pada 2015 ini, Sriwijaya FC selalu mengontrak tiga pemain asing. Hanya saat SFC melakoni pertandingan, pelatih kepala, Benny Dollo, jarang menurunkan semua pemain asing yang dimiliki. Hal itu didasari rapor buruk di sebuah pertandingan atau dalam sesi latihan para pemain asing yang ada tidak menunjukkan level permainan dan kebugaran ideal.