Carolina Marin, Cinta untuk Asia, dan Jadi Miliarder di Tiongkok

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 04 Jan 2016, 08:15 WIB
Kehidupan Carolina Marin berubah drastis dalam dua tahun terakhir. Bagaimana pandangannya tentang hidup dan kariernya? (EPA/Esteban Cobo)

Bola.com, Madrid - Dalam dua tahun Carolina Marin telah berhasil mengubah hidupnya. Beberapa hari menjelang Natal 2015, perempuan kelahiran Huelva, Spanyol, tersebut sibuk meladeni wawancara dengan berbagai media. Dia benar-benar menikmati sorotan besar dari publik dan media Negeri Matador.

Semua itu terjadi tentu bukan tanpa alasan. Marin baru saja dinobatkan sebagai atlet putri terbaik Spanyol 2015. Kesuksesannya mempertahankan titel juara dunia tunggal putri dalam Kejuaraan Dunia Bulutangkis di Jakarta, Indonesia, Agustus 2015, jadi kunci gelar itu jatuh ke dalam pelukannya.

Advertisement

Memenangi kejuaraan dunia dua tahun beruntun bagaikan keajaiban di negara yang tak pernah akrab dengan bulutangkis. Tak heran, Marin pun kini menjadi bintang di Spanyol dan juga di dunia.

Seperti dilansir Noticias.Lainformacion, Minggu (3/1/2015), saat masih bocah Marin awalnya memilih menekuni flamenco. Namun, peruntungan nasibnya berubah sejak perempuan berusia 22 tahun tersebut memutuskan bergabung dengan klub bulutangkis IES The Order di kampung halamannya, Huelva. Saat itu usianya 8 tahun dan pada usia 12 tahun dia mulai berkompetisi.

Berbekal kemampuan dan skill yang mumpuni, Marin akhirnya pindah untuk menjalani latihan di Joaquin Blume Madrid. Namun, ini bukan keputusan mudah. Berlatih di Madrid dan hidup terpisah dari keluarganya pada usia 14 tahun jelas berat. Bagaimanapun Marin masih seorang remaja biasa.

“Semua itu sangat rumit. Saya masih berusia 14 tahun dan saya hanya seorang bocah. Itu keputusan yang berat,” ujar Marin.

“Tetapi sejak masih kecil, saya menyadari ingin bermain bulutangkis, dan untuk itu saya harus pergi ke Madrid. Apakah lebih sulit hidup terpisah dari orang tua atau memenangi kejuaraan dunia? Itu situasi yang berbeda. Menjadi juara dunia juga sesuatu yang sulit diraih,” imbuh dia.

Torehkan Sejarah 

Tapi, Marin berhasil menggapainya. Setelah menorehkan sejarah sebagai atlet Spanyol pertama yang memenangi Kejuaraan Dunia 2014 di Denmark, Marin berhasil mempertahankan gelarnya dengan menundukkan Saina Nehwal pada final yang berlangsung di Jakarta. Ini prestasi luar biasa. Sesuatu yang beberapa tahun sebelumnya hanya mungkin dilakukan pebulutangkis Tiongkok.

Carolina Marin berpose dengan Saina Nehwal (kiri) dan peraih perunggu, Linda Wenifanetri (Indonesia) dan Sung Ji Hyun (Korea Selatan). Minggu (16/8/2015). (Bola.com/Arief Bagus)

“Kedua gelar itu rasanya berbeda. Yang kedua lebih rumit karena saya mengalami cedera,” beber Marin.

Sebulan sebelum Kejuaraan Dunia, pemain asal Spanyol itu mengalami cedera metartasal di kaki kanan. Marin sempat diragukan bisa berlaga di Jakarta. Namun, dia akhirnya tetap tampil dan berhasil mengukir sejarah yang manis.

“Saya menangis karena di semifinal tak bermain bagus. Saya pergi ke kamar hotel dan mulai berkeluh kesah dengan pelatih. Yang saya lakukan hanya ingin mengangkat beban di pundak saya,” tutur dia.

Selain menjadi juara dunia, Marin juga memenangi Australia Terbuka, Prancis Terbuka, dan Hong Kong Terbuka. Namun, kesuksesan itu tak mendapat apresiasi yang layak dari Federasi Bulutangkis Spanyol. Tapi semuanya telah berubah dalam beberapa bulan. Kini, Marin mendapat apresiasi tinggi. “Ini sudah tahun baru dan pada 2016 saya tak ingin membicarakan topik ini. Saya hanya ingin fokus ke Olimpiade.”

Namun, menjadi pebulutangkis papan atas di Spanyol tak menjanjikan uang yang berlimpah. Berbeda dengan di Asia. Tak heran, dia selalu menikmati momen-momen saat berada di Benua Kuning. Marin merasa dihargai dan dicintai.

“Di Spanyol sangat rumit. Jika saya hidup di Tiongkok, mungkin saya sudah jadi miliarder, sebab bulutangkis bernilai tinggi, tidak seperti di sini. Asia lebih mudah untuk seorang pebulutangkis. Seperti yang dialami pemain nomor dua dunia, Saina Nehwal, yang kini jadi rival terhebat saya. Dia seorang miliarder,” beber Marin.

“Di Asia, Anda akan merasa lebih berharga. Orang-orang menghampiri saya di jalan, mereka meminta tanda tangan, foto dan sebagainya.”

Memasuki tahun baru, Marin akan kembali fokus meraih hasil maksimal di turnamen-turnamen Open. Namun, satu matanya mulai terarah ke Olimpiade 2016 Rio de Janeiro.

“Saya mempersiapkan diri menghadapi turnamen-turnamen yang akan datang. Untuk Olimpiade akan saya siapkan mulai Mei. Terima kasih karena saya terkualifikasi langsung ke Olimpiade. Saya satu-satunya pebulutangkis Spanyol yang akan tampil di Rio,” beber Marin.

“Saya tak tahu apakah ini keajaiban atau keberuntungan. Yang saya tahu, ada kerja keras di balik ini semua.”