7 Pebalap F1 Ini Pernah Jadi Pay Driver Seperti Rio Haryanto

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 26 Mei 2016, 12:15 WIB
Michael Schumacher (kanan), Bruno Senna (kiri bawah), Fernando Alonso. (Reuters)

Bola.com, - Perjuangan pebalap Indonesia, Rio Haryanto, untuk membalap semusim penuh di Formula 1 (F1) 2016 membutuhkan biaya sangat besar. Putra pasangan Sinyo Haryanto dan Indah Pennywati tersebut harus menyetorkan dana senilai 15 juta euro (Rp 223 miliar) ke tim Manor Racing.

Advertisement

Sampai saat ini, Rio baru bisa menyetorkan 8 juta euro kepada Manor. Masih ada kekurangan senilai 7 juta euro. Buntutnya, kiprah pria Solo itu pun terancam. Jika gagal melunasi sisa kewajiban ke Manor, Rio terancam hanya akan bertahan di F1 hingga seri ke-11 atau tepatnya di GP Hongaria, 22-24 Juli.

Manuver Rio yang membawa dana senilai 15 juta euro ke Manor kembali memicu perdebatan mengenai keberadaan pay driver di Formula 1. Pay driver adalah pebalap yang membawa dana atau sponsor sendiri untuk mendapatkan kursi di suatu tim.

Fenomena pay driver sudah muncul sejak lama di arena Formula 1. Inilah 7 pebalap F1 yang pernah menjadi pay driver, seperti dirangkum dari berbagai sumber.

1.Michael Schumacher

Michael Schumacher menjalani debut di F1 bersama tim Jordan-Ford Team pada GP Belgia 1991. Dia mengendarai mobil bernomor 32 sebagai pengganti Bertrand Gachot.

Saat itu Schumacher berstatus sebagai pebalap Mercedes. Namun, dia bisa menjalani debut di F1 setelah Mercedes menyetorkan uang senilai 150.000 dolar AS kepada Eddie Jordan (pemilik tim Jordan).

Keputusan Eddie Jordan ternyata tidak salah. Schumacher kemudian menjelma menjadi satu di antara pebalap terhebat F1 sepanjang masa.

2. Niki Lauda

Pemegang tiga gelar juara dunia F1, Niki Lauda, awalnya harus meminjam uang ke bank dengan jaminan asuransi jiwa miliknya supaya bisa membalap di Formula 2 dan Formula 1.

Niki Lauda (MARWAN NAAMANI / AFP)

Langkah ini dilakukan karena ambisinya menekuni dunia balap tak didukung keluarganya. Awalnya dia meminjam uang senilai 30.000 poundsterling untuk memuluskan langkahnya menjadi pebalap tim Formula 2, March, pada 1971. Dia dengan cepat promosi ke F1.

Namun, Lauda harus membalap di ajang F2 dan F1 sekaligus bersama March pada 1972. Utangnya baru benar-benar lunas setelah dia tampil cukup impresif bersama BRM, dan kemudian Ferrari di ajang F1. Buktinya, Lauda mampu mengoleksi tiga titel juara dunia.

2 dari 2 halaman

2

Fernando Alonso, menjadi pay driver saat memperkuat Ferrari pada musim balap F1 2009. (Formula1.com)

3. Fernando Alonso

Juara dunia dua kali, Fernando Alonso, resmi memperkuat Ferrari pada 30 September 2009. Kabar pebalap Spanyol tersebut bakal merapat ke Tim Kuda Jingkrak bahkan sudah berembus sejak jauh-jauh hari.

Label pay driver tertempel pada Alonso karena kesepakatan antara Alonso dan Ferrari disebut-sebut tak akan terealisasi secara mulus tanpa campur tangan bank asal Spanyol, Banco Santander.

Beberapa hari sebelum resmi mengontrak Alonso, Banco Santander telah lebih dulu mencapai kesepakatan dengan Ferrari untuk menjadi sponsor utama. Alonso dikabarkan menjadi bagian dari kesepakatan tersebut.

Enam tahun berselang, Alonso yang kini membela tim McLaren-Honda menjadi satu di antara pebalap berpenghasilan tertinggi di ajang F1. Penghasilannya pada 2015 berkisar 39 juta dolar AS atau setara Rp 450 miliar.

4. Pastor Maldonado

Salah satu pay driver paling tersohor adalah Pastor Maldonado (Venezuela) yang saat ini memperkuat tim F1 Lotus. Debutnya bersama di F1 bersama Williams menjadi pembicaraan hangat karena prosesnya cukup menarik.

Pastor Maldonado saat bersama Williams. (F1 Fanatic)

Dia mengamankan satu kursi di Williams setelah membawa dana senilai 30 juta poundsterling (Rp 609 miliar) yang berasal dari perusahaan minyak nasional Venezuela, PDVSA.

Kesepakatan itu juga melibatkan Presiden Venezuela, Hugo Chavez, yang berteman cukup akrab dengan Maldonado.

5. Juan Manuel Fangio

Pebalap Argentina, Juan Manuel Fangio, menorehkan prestasi apik dengan menggenggam lima titel juara dunia di F1. Gelar tersebut diperolehnya pada periode 1950-an.

Kehebatan Fangio di lintasan Formula 1 mungkin tak akan pernah terekspose seandainya tak ada dukungan finansial dari pemerintahan Juan Peron. Pemerintah Argentina memberikan dukungan finansial sepanjang karier Fangio di lintasan jet darat.

6. Bruno Senna

Pebalap Brasil, Bruno Senna, berhasil mendapat satu kursi di tim F1 Williams pada 18 Januari 2012 mendampingi Pastor Maldonado.

Saat itu, Williams bahkan lebih memilih keponakan Ayrton Senna tersebut dibanding pebalap yang sangat berpengalaman seperti Rubens Barrichello. Ternyata, hal itu tak lepas dari dana senilai 12 juta poundsterling yang dibawa pebalap yang kini memperkuat Aston Martin di ajang FIA World Endurance Championship itu.

Dana tersebut berasal dari perusahaan minyak, Eike Batista, yang bersedia menjadi sponsor bagi Senna dan Williams.

7. Vitaly Petrov

Pebalap Rusia, Vitaly Petrov, resmi dikontrak tim F1, Caterham, pada 30 Januari 2012. Kedatangan Petrov, yang sebelumnya memperkuat Renault, menggusur pebalap yang lebih berpengalaman, Jarno Trulli.

GP Rusia_Vitaly Petrov (Formula 1)

Trulli tak dapat berbuat banyak karena Petrov mendapat dukungan dana dari sejumlah perusahaan Rusia, yang nilainya mencapai 12 juta poundsterling.

Namun, Petrov tak terima jika dianggap sebagai pay driver tanpa skill. “Jika saya hanya seorang pay driver, saya tak mungkin naik podium di Grand Prix Australia, “ ujarnya, seperti dilansir Autosport.