Wakil Ketua Panpel Piala Gubernur Kaltim Nilai APPI Tidak Elegan

oleh Gatot Susetyo diperbarui 17 Jan 2016, 18:00 WIB
Pihak penyelenggara turnamen Piala Gubernur Kaltim menggelar sesi jumpa pers di Hotel San Pacific, Jakarta, Rabu (6/1/2016). Sejauh ini, 11 tim sudah memastikan ikut serta di turnamen ini. (Bola.com/Tengku Sufiyanto)

Bola.com, Samarinda - Pernyataan menarik dilontarkan Wakil Ketua Panpel Piala Gubernur Kalimantan Timur (PGK), Yunus Nusi, soal imbauan dan ajakan Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) agar para pemain memboikot turnamen-turnamen, setelah agenda Piala Jenderal Sudirman (PJS) berakhir.

Yunus Nusi perlu angkat bicara, karena PGK merupakan turnamen terdekat setelah final PJS pada 24 Januari nanti. Turnamen PGK yang akan diikuti 12 klub dalam rangkaian HUT Propinsi Kaltim ke-59 rencananya digelar 6 Februari-6 Maret mendatang. 

"APPI tidak bisa tiba-tiba mengeluarkan imbauan seperti itu. Mereka harus berpikir jernih dan bijak bagaimana ikut menyelesaikankonflik sepak bola ini. Seharusnya lebih dulu para pengurus APPI menginisiasi kepentingan berbagai pihak, terutama pemain, sebelum membuat deklarasi," tutur Yunus Nusi dengan nada memaki saat dikontak bola.comvia telepon.

Lebih elegan lagi, kata Yunus Nusi, bila APPI punya tokoh-tokoh pemikir yang bisa menelurkan ide-ide brilian bagaimana menata sepak bola, kesejahteraan pemain, dan masa depan ribuan pesepak bola muda. 

Advertisement

"Kami maklum dengan posisi APPI sebagai wadah pemain. Mereka punya hak untuk berdemokrasi. Kami menghormati hak tersebut. Alangkah baiknya bila petinggi APPI berdialog dengan pengelola klub, PSSI, PT Liga Indonesia, dan pemerintah mencari solusi atas masa depan olahraga ini dan pemain. Apakah dialog itu berbentuk seminar, lokakarya, atau debat publik. Nah, dari situ, APPI bisa membuat buku putih bagaimana cara mereka memperjuangkan nasib anggotanya," papar Yunus Nusi.

Apalagi, lanjut Yunus Nusi, lembaga yang dipimpin Ponaryo Astaman itu bukan organisasi buruh atau karyawan yang diatur dalamundang-undang. 

"Status pemain di klub kan bukan buruh atau karyawan. Mereka pekerja profesional yang digaji karena ketrampilannya dan diatur lewat kesepakatan kedua pihak dalam sebuah kontrak. Para pemain memilih sepak bola sebagai mata pencaharian karena talenta dan hobi. Pesepak bola ini seperti atlet cabang lain seperti pebola voli atau pebulutangkis. Siapa bisa melarang orang beraktifitas karena olah raga itu hobi yang bisa menghasilkan uang," papar Yunus Nusi. 

Imbauan boikot dari APPI akan menambah kerugian bagi pemain yang butuh menghidupi keluarganya. "Kita tahu Ponaryo Astaman dan Bambang Pamungkastelah menikmati gerlapnya kehidupan dari sepak bola. Lalu, bagaimana dengan pemain-pemainmuda seperti Bayu Gatra, Rizky Pellu, dan kawan-kawannya yang sedang meniti karier dan ingin merasakan hasil latihan bertahun-tahun?" kata pria yang dulu jadi pentolan Kelompok 78 yang menumbangkan rezim kepemimpinan Nurdin Halid di PSSI pada 2011 silam.

"Biarkan pemain ikut turnamen resmi, sembari kitacari bersama solusi terbaik untuk menyudahi penderitaan sepak bola
kita. Itu saya kira pemikiran bijak yang tak merugikan pemain," papar Yunus Nusi yang tetap yakin turnamen Piala Gubernur Kaltim tetap akan diramaikan pesepak bola top yang tidak menuruti ajakan boikot dari APPI.

Berita Terkait