Bola.com, Tuban - Hampir setengah tahun sejak perhelatan Piala Kemerdekaan usai, klub-klub Divisi Utama tidak lagi merasakan persaingan, baik sekelas kompetisi maupun turnamen. Memasuki 2016, nasib klub-klub Divisi Utama masih tak jua jelas.
Bila dibandingkan klub ISL, panggung untuk klub-klub Divisi Utama mentas sangatlah minim. Betapa tidak, jika klub ISL bisa bermain di turnamen kecil dan besar semacam Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman sepanjang 2015, klub Divisi utama hanya kebagian jatah Piala Kemerdekaan.
Di awal tahun 2016, rencana kompetisi dan turnamen yang digelar pun tak berpihak pada klub-klub kasta kedua. Maklum, baik Indonesia Super Competition (ISC) 2016 serta turnamen yang kabarnya akan digulirkan pemerintah, lagi-lagi diperuntukkan bagi klub ISL.
Keruan saja, sejumlah klub Divisi Utama di Jatim, seperti Persatu Tuban, merasa eksistensinya tidak dianggap. Padahal, mereka sangat berharap di awal tahun ini ada perubahan perlakuan. Siapa pun yang punya kewenangan untuk menggelar turnamen diharapkan bisa menampung aspirasi mereka.
"Kami tidak minta atau menuntut ada turnamen besar seperti yang diikuti klub ISL. Cukup hanya turnamen yang bisa kami gunakan untuk menjaga eksistensi klub,” tutur Fahmi Fikroni, manajer Persatu Tuban.
Baca Juga
Fahmi menyatakan sebagai pelaku yang sama-sama berkiprah di sepak bola nasional, seharusnya klub Divisi Utama juga memiliki hak yang sama.
"Kalau memang kendalanya kurang layak jual, seharusnya ada upaya merangkul pihak ketiga untuk mencarikan sponsor. Kalau tetap sulit, bisa saja dengan cara yang hemat," tuturnya.
"Semisal dengan model home tournament dengan pembagian grup berdasarkan kedekatan geografis. Finalnya baru di tempat netral. Atau pakai sistem apa saja yang penting hemat biaya," jelas Fahmi.
Persatu Tuban berharap masukan itu bisa didengar baik PSSI maupun pemerintah karena sampai saat ini masih konsisten menjalankan latihan rutin. Mereka juga terus memantau talenta-talenta putra daerah untuk dipromosikan ke tim senior. Tetapi, untuk saat ini juara Liga Nusantara 2014 itu tidak memiliki wadah semacam kompetisi atau turnamen untuk menyalurkan bakat-bakat pemainnya.