Loyalitas Fandi Eko Bikin Surabaya United Terenyuh

oleh Zaidan Nazarul diperbarui 03 Feb 2016, 09:15 WIB
Fandi Eko Utomo memiliki tujuan mulia kala memutuskan bertahan di Surabaya United di awal tahun ini. (Bola.com/Zaidan Nazarul)

Bola.com, Surabaya - Di saat banyak pemain Surabaya United hijrah ke klub lain, Fandi Eko Utomo justru menegaskan akan tetap berada di Surabaya United. Anak sulung legenda hidup Persebaya, Yusuf Ekodono itu, tak mau mengikuti jejak rekan-rekannya.

Sikap Fandi ini membuat manajemen Surabaya United terenyuh. Apalagi alasan Fandi bisa dibilang mulia. Pasalnya, ia mati-matian bertahan di klub yang bermarkas di Jemursari Surabaya ini karena ingin membimbing pemain muda di tim ini. Maklum, setelah ditinggalkan sejumlah pemain senior, tim besutan Ibnu ini dihuni mayoritas pemain belia di bawah usia Fandi.

Seperti diketahui, sebelum Fandi menyatakan loyalitas pada Surabaya United, klub ini kehilangan dua pemain seniornya, Hery Prasetyo dan Firli Apriansyah. Tak hanya itu, isu santer yang beredar, beberapa pemain senior lain juga dikabarkan bakal meninggalkan tim ini.

Advertisement

Fandi bukannya tak digoda klub lain. Dari pengakuan kakak kandung Wahyu Subo Seto (pemain muda Surabaya United) ini, ada tiga tim yang sedang intens merayunya. Selain Pusamania Borneo FC, ada pula Madura United.

Fandi juga diiming-imingi kontrak dan gaji besar bila bersedia bergabung. Namun, Fandi tidak tergiur dengan semua godaan itu. Kepada manajer operasional Surabaya United, Rahmad Sumanjaya, Fandi menyatakan lebih memilih di tim ini untuk membimbing para juniornya.

"Saya ingin melihat junior-junior saya jadi pemain hebat. Kalau tahun ini mereka sudah bisa mandiri dan berkembang secara individu maupun tim, baru saya akan berpikir soal hijrah untuk kasih kesempatan pada mereka," katanya.

Alasan lain pemain kelahiran 2 Maret 1991 ini kukuh ingin bertahan di tim ini karena tak tega melihat tim pelatih serta jajaran ofisial. Bila semua pemain memilih hengkang, tak tertutup kemungkinan tim ini bakal ditutup oleh pemilik saham terbesar, I Gede Widiade. Jika sampai hal itu terjadi, bisa dipastikan tim pelatih dan ofisial tim ini bakal kehilangan pekerjaan.

"Siapa yang tak tergiur dengan uang besar, tapi hidup kan bukan soal uang. Saya kasihan dengan ofisial tim. Mereka akan jadi korban kalau semua pemain pindah," ujarnya.

Fandi berharap ketetapan hatinya bisa diikuti rekan-rekannya yang belum memutuskan untuk pergi meninggalkan tim ini.

"Musim lalu, di saat banyak tim tak menggaji pemainnya ketika vakum, manajemen Surabaya United tetap memberikan bantuan dana setiap bulan pada kami. Karena itulah, kali ini saya harus membalas jasa itu," ungkap Fandi.