Bola.com, Jakarta - Pesepak bola Indonesia, Evan Dimas, tengah menjalani latihan di Espanyol B. Harapannya, setelah menjalani tempaan selama empat bulan, Evan bisa kompetitif mengarungi persaingan ketat di kompetisi La Liga bersama klub yang mengontraknya nanti.
Baca Juga
Tak mudah bagi Evan menaklukkan kerasnya persaingan kompetisi profesional Negeri Matador. Bola.com mencatat setidaknya ada lima tantangan berat yang harus ditaklukkan mantan bintang Timnas Indonesia U-19 era Indra Sjafri. Apa-apa saja?
1. Kendala bahasa
Evan Dimas datang ke Spanyol tanpa bekal kemampuan menguasai bahasa Spanyol. Kemampuan bahasa Inggris Evan juga tak bisa dibilang bagus. Hal ini akan menyulitkan dirinya berkomunikasi dengan tim pelatih Espanyol B serta rekan-rekan setimnya.
Ia memang didampingi penerjemah untuk membantu Evan selama di Barcelona. Namun, penerjemah tidak mungkin bisa mendampingi Evan setiap saat. Apalagi kalau Evan sudah berada di lapangan untuk berlatih. Evan memang sudah belajar bahasa Spanyol saat masih di Surabaya. Ia dibantu pemain Surabaya United, Justin Stephen yang pernah belajar di Valencia.
2. Perbedaan budaya
Budaya Spanyol berbeda dengan Indonesia. Untuk bisa survive Evan Dimas harus beradaptasi dengan kultur Negeri Matador yang kental dengan hal-hal berbau latin yang ia tidak pernah jumpai sebelumnya.
"Doakan saya bisa sukses di Spanyol. Saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan langka berlatih di Espanyol B. Mudah-mudahan saya bisa bermain di La Liga," kata Evan Dimas.
3. Perasaan homesick
Bukan rahasia lagi Evan Dimas sosok anak rumahan. Di luar aktivitasnya bermain sepak bola, hari-harinya dihabiskan dengan bercengkarama dengan keluarga. Ia amat dekat dengan sang ibunda, Ana. Jika punya permasalahan, ia sering curhat dengan Ana.
Evan juga memiliki seorang kekasih, Ishardianti Rahma, yang tinggal di Surabaya. Saat di Barcelona, Evan Dimas tidak bisa selalu berkomunikasi dengan orang-orang yang terdekatnya. Di Spanyol Evan hanya didampingi sahabat masa kecilnya, Fuguh Pangestu. Berada di luar negeri pun pengalaman pertama bagi Fuguh. Evan harus melawan perasaan rindu tanah kelahirannya.
4. Adaptasi cuaca
Cuaca Spanyol saat ini relatif lebih dingin dibanding Indonesia yang beriklim tropis. Evan Dimas selama ini tidak terbiasa bermain di cuaca dingin. Butuh usaha keras bagi sang pemain untuk bisa menunjukkan kemampuan terbaik dalam waktu cepat di tengah udara dingin. Saat ini suhu di Barcelona bisa mencapai 11 derajat celcius saat malam dan maksimal 17 derajat pada siang hari, beda jauh dengan Surabaya yang rata-rata tiap harinya bersuhu 30-35 celcius.
4. Persaingan keras La Liga
Kompetisi La Liga persaingannya amat ketat. Jarang ada pemain asal Asia yang bisa sukses di sana. Senior Evan, Arthur Irawan, sempat mencoba peruntungan bermain di Espanyol B pada musim 2012-2013. Ia pun gagal menembus tim utama Espanyol.
Arthur sempat singgah bermain di Malaga B pada musim 2013-2014 Di sana pun ia gagal menembus tim utama. Saat ini Arthur bermain di klub Divisi II Belgia, Waasland-Beveren.
Menurut catatan bola.com ada lima pemain Asia yang sempat berkarier di Spanyol. Mereka antara lain: Javad Nekounam (Iran/Osasuna), Shunsuke Nakamura (Jepang/Espanyol), Yoshito Okubo (Jepang/Real Mallorca), Park Chu-young (Korea/Cekta Vigo), Teerasil Dangda (Thailand/Almeria).
Teerasil, yang sesama asal Asia Tenggara, tak bisa dibilang sukses. Bergabung di Almeria pada musim 2014-2015 dengan status pemain pinjaman dari Muangthong United, sang striker hanya enam kali tampil di La Liga.
Semoga Evan Dimas bisa mengatasi kelima tantangan ini dan ia pun bisa menapaki karier dengan sukses di kompetisi La Liga Spanyol. Kesuksesannya jadi kebanggaan masyarakat Indonesia. Evan, selamat berjuang!