Superstar: Alex Teixeira, Pemain Termahal Liga Tiongkok

oleh Deny Adi Prabowo diperbarui 06 Feb 2016, 05:00 WIB
Alex Teixeira pindah dari Shakhtar Donetsk ke Jiangsu Suning pada Jumat (6/2/2016). (dok. Shakhtar Donetsk)

Bola.com - Alex Teixeira menjadi pemain termahal di Liga Tiongkok setelah ditransfer Jiangsu Suning dari Shakhtar Donetsk dengan biaya 50 juta euro, Jumat (5/2/2016). Pantaskah pria Brasil itu menyandang status tersebut?

Situs resmi Shakhtar mengumumkan kepindahan Teixeira ke ranah sepak bola Asia. Bersama Suning, Teixeira diikat kontrak empat tahun di Stadion Nanjing Olympic, markas Jiangsu Suning. Pada 27 Januari 2016, mereka juga mengikat gelandang Chelsea, Ramires dengan biaya 28 juta euro.

Performa Teixeira semasa di Liga Ukraina memang patut diacungi jempol. Total, dia mengoleksi 89 gol dari 223 penampilan untuk Shakhtar Donetsk sejak 18 Desember 2009. Torehannya itu membawa pasukan Mircea Lucescu menjuarai empat gelar Liga Ukraina (2010-2014), Piala Ukraina (2011-2013), dan Piala Super Ukraina (2010, 2012, 2013).

"Alex Teixeira bukanlah striker, dia bermain di belakang striker atau false 9. Dia selalu mempunyai kualitas sebagai penyelesai akhir dan belakangan ini berada dalam permainan level tertinggi. Dia punya masa depan hebat," ucap pemandu bakat pemain Brasil, Franck Henouda.

Kepindahan pemain bertalenta tinggi memang menjadi fenomena jelang dimulainya Liga Super Tiongkok 2016. Hingga artikel ini diturunkan, ada 107 pemain yang pindah dengan total transfer mencapai  201.920.000euro atau setara dengan Rp 2,4 triliun.

Advertisement

Jiangsu Suning menjadi klub paling royal di sesi bursa pemain dengan menghabiskan 86 juta euro. Disusul Guangzhou Evergrande yang menghabiskan 54 juta euro. Sebanyak 42 juta euro dihabiskan Guangzhou Evergrande untuk mendatangkan Jackson Martinez dari Atletico Madrid, Rabu (3/2/2016). 

Menanggapi anomali ini, mantan pelatih timnas Inggris, yakni Sven-Goran Eriksson tak merasa aneh. Menurut pria Swedia tersebut, hasrat manusia untuk mendapatkan kekayaan merupakan hal yang wajar.

"Anda tak bisa menghiraukan fakta bahwa uang adalah faktor utama dari transfer yang terjadi. Liga Champions Asia biasanya didominasi tim Jepang, Korea Selatan dan Australia. Namun, Guangzhou Evergrande menjuarainya dua kali dalam tiga musim terakhir," ucap Eriksson kepada Daily Mail.

"Sepak bola selalu disiarkan melalui televisi di Tiongkok. Tak hanya Premier League atau Liga Champions, tetapi semua Liga Eropa. Liga Tiongkok sedang berkembang dan itu tak akan berhenti sampai sini saja," lanjut Eriksson.

Kendati demikian, derasnya uang yang keluar dari klub-klub Tiongkok disayangkan Marcello Lippi. Lippi pernah dua tahun berkarier selama dua tahun di sana bersama Guangzhou Evergrande.

"Liga tersebut diperebutkan dua atau tiga klub yang sangat kaya. Mereka punya banyak uang dan gemar menghabiskannya. Mereka berpikir itu adalah cara terbaik untuk mengembangkan sepak bola Tiongkok. Namun, menurut saya cara terbaik adalah fokus mengembangkan bakat pemain muda," kata Lippi kepada Sky.

Dengan performa yang bagus, Teixeira memang layak mendapatkan banderol besar. Namun, tak ada yang menjamin dia bisa sukses ketika merintis karier di liga yang benar-benar baru baginya.

Sumber: Sky, Daily Mail, Transfermarkt, Futbolgrad