Bola.com, Jakarta - Dalam dunia balap, termasuk MotoGP, bakat saja tak cukup untuk mengantar seorang pebalap menjadi juara. Kesuksesan biasanya datang berkat kerja keras, komitmen, dan yang tak kalah penting: keberuntungan.
Ada beberapa kasus seorang pebalap bisa menjadi juara dunia meski mengoleksi kemenangan lebih sedikit daripada rivalnya atau bahkan tak pernah menang. Hal itu tak akan terjadi tanpa konsistensi si pebalap finis di podium ditambah nasib buruk yang menimpa sang pesaing.
Sebaliknya, tak sedikit pula pebalap yang sering menang, tapi tak pernah merasakan manisnya menjadi juara dunia. Fakta bahwa para pebalap tersebut mampu meraih kemenangan membuktikan mereka bukan rider kacangan. Hanya saja, mayoritas dari mereka berkarier di era yang salah.
Berikut adalah 10 pebalap hebat paling apes sepanjang sejarah yang pernah menang di kelas primer (MotoGP/500cc) tapi gagal merebut titel:
1
10. Tadayuki Okada (4 kemenangan)
Tadayuki Okada meraih empat kemenangan selama membela tim Repsol Honda dalam rentang 1996-2000.
Kemenangan pertama Okada hadir di Sirkuit Sentul, Indonesia, pada 1997. Dalam musim tersebut, pebalap asal Jepang itu total delapan kali naik podium dan mengakhiri musim di posisi kedua di bawah Mick Doohan yang masih berada di era keemasannya.
Okada merebut tiga kemenangan lagi pada musim 1999. Meski meraih lebih banyak kemenangan dan Doohan pensiun setelah mengalami cedera parah buntut kecelakaan di Spanyol, Okada tetap tak mampu menjadi juara dunia dan cuma menutup musim di posisi ketiga. Dia kalah bersaing dengan Alex Criville, yang merebut titel, dan Kenny Roberts Jr.
Sebagai perbandingan, Nicky Hayden hanya meraih dua kemenangan saat menjadi juara dunia pada 2006. Koleksi kemenangan Hayden lebih sedikit daripada rivalnya, Valentino Rossi, yang merengkuh lima kemenangan.
2
9. Wil Hartog (5 kemenangan)
Wil Hartog meraih lima kemenangan sepanjang karier singkatnya di kelas 500cc bersama Suzuki. Meski demikian, pebalap jangkung asal Belanda ini tak pernah bisa mengakhiri musim di posisi yang lebih baik daripada peringkat keempat.
Wajar Hartog gagal menjadi juara dunia. Pebalap berjulukan raksasa putih karena selalu mengenakan kostum balap berwarna putih itu tak pernah melalui musim secara sempurna. Dia bahkan pernah absen di beberapa seri.
Hartog meraih kemenangan pertama di Belanda pada 1977 saat hanya mengikuti empat seri balap. Dia merupakan pebalap Belanda pertama yang menang di TT Assen pada kelas tertinggi. Kemenangan terakhirnya terjadi pada 1980 di Finlandia saat cuma finis tiga kali dari enam start.
3
8. Marco Melandri (5 kemenangan)
Marco Melandri langsung mencuri perhatian sejak masih junior. Pebalap asal Italia itu bahkan digadang-gadang sebagai calon penerus Valentino Rossi. Melandri berstatus sebagai peraih kemenangan seri termuda di kelas 125cc (15 tahun) pada 2008 dan juara dunia termuda kelas 250cc (20 tahun) pada 2002 sebelum naik ke kelas MotoGP.
Namun, Melandri gagal bersinar di MotoGP. Kombinasi motor yang tak kompetitif dan belum siap mental tampil di kelas tertinggi membuat dia kesulitan pada dua musim perdananya bersama Yamaha.
Prestasi Melandri membaik setelah pindah ke Movistar Honda pada 2005. Dia meraih dua kemenangan pada dua seri terakhir musim di Turki dan Valencia untuk mengakhiri musim di posisi kedua di bawah Rossi.
Koleksi kemenangan Melandri bertambah satu buah pada musim berikutnya bersama tim Gresini Honda dengan mengendarai motor non pabrikan. Jumlah kemenangan Melandri lebih banyak daripada Nicky Hayden yang menjadi juara dunia. Namun, dia hanya menempati posisi keempat klasemen akhir.
4
7. Alex Barros (7 kemenangan)
Alex Barros punya karier yang panjang di kelas tertinggi. Pebalap asal Brasil itu start dalam 276 balapan selama 18 tahun.
Namun, Barros tak pernah benar-benar bisa menjadi kandidat juara. Sepanjang kariernya, dia cuma bisa meraih tujuh kemenangan. Sebanyak empat kemenangan hadir di kelas 500cc antara 1990 dan 2001, sementara sisanya didapat pada era MotoGP (2002-2007).
Rasio kemenangan Barros memang kurang impresif jika melihat jumlah balapan yang diikutinya. Jumlah kemenangannya dalam semusim tak pernah lebih banyak daripada dua.
Barros meraih kemenangan pertama di Jarama, Spanyol, pada 1993 saat membela Suzuki. Musim terbaiknya adalah pada 2002 bareng tim West Honda. Kala itu, dia meraih dua kemenangan plus empat podium untuk menempati posisi keempat klasemen akhir.
5
6. Luca Cadalora (8 kemenangan)
Berstatus dua kali juara dunia kelas 250cc, Luca Cadalora diprediksi menjadi calon penguasa baru kelas 500cc saat naik kelas pada 1993. Pada musim perdananya di kelas tertinggi bersama Yamaha, pebalap asal Italia itu langsung meraih dua kemenangan dan mengakhiri musim pada posisi kelima.
Performa Cadalora semakin oke pada musim berikutnya. Dia kembali merebut dua kemenangan plus empat podium untuk menjadi runner-up di bawah Mick Doohan.
Cadalora masih konsisten di papan atas dengan menempati posisi ketiga klasemen akhir pada musim 1995 dan 1996 ketika sudah hengkang ke Honda. Namun, setelah itu gelar juara dunia yang dinantikan tak kunjung tiba hingga dia pensiun. Total Cadalora mengoleksi delapan kemenangan sepanjang karier di kelas 500cc.
6
5. Loris Capirossi (8 kemenangan)
Bermodal dua titel kelas 125cc dan satu gelar kelas 250cc, banyak pengamat memperkirakan Loris Capirossi bakal langsung sukses saat naik ke kelas 500cc bareng Honda pada 2000. Pebalap asal Italia itu tak tampil mengecewakan dengan meraih kemenangan perdana pada balapan keenam di kandang sendiri, Mugello.
Namun, setelah itu Capirossi mengalami puasa kemenangan sampai pindah ke tim debutan, Ducati, pada 2003. Dia memberikan kemenangan pertama buat Ducati di Catalunya dan memberikan enam kemenangan lagi hingga 2007.
Musim 2006 menjadi musim terbaik Capirossi. Dia meraih tiga kemenangan plus lima podium untuk menempati peringkat ketiga klasemen.
Pada musim berikutnya, performa Capirossi menurun. Dia kalah bersaing dengan Casey Stoner dan cuma bisa menambah satu kemenangan. Itulah kemenangan terakhir Capirossi di MotoGP. Pada musim 2008 dia pindah ke Suzuki, tapi tak pernah bisa kembali ke level atas sampai pensiun pada 2011.
7
4. Sete Gibernau (9 kemenangan)
Sete Gibernau punya karier yang unik. Awal karier pebalap asal Spanyol itu tak terlalu spektakuler. Namun, dia mampu menyuguhkan duel fenomenal yang akan selalu dikenang saat mencapai puncak karier di kelas tertinggi.
Gibernau melakoni debut di kelas 500cc bersama tim Rainey-Yamaha pada 1997 sebelum pindah ke Repsol Honda setahun berselang. Saat itu, Gibernau hanya berstatus sebagai pebalap kelas menengah bahkan sampai dia meraih kemenangan pertama pada 2001 bareng Suzuki di Valencia.
Peruntungan Gibernau berubah total setelah bergabung dengan Honda pada 2003. Dia meraih total delapan kemenangan dan menjadi runner-up MotoGP dalam dua musim secara beruntun. Persaingan dengan Valentino Rossi memberi warna tersendiri dalam karier Gibernau walau dia selalu berada di pihak yang kalah.
8
3. Randy Mamola (13 kemenangan)
Randy Mamola merupakan salah satu pebalap paling bertalenta yang tak pernah merebut gelar juara dunia.
Pebalap asal Amerika Serikat itu empat kali menjadi runner-up dalam rentang 1980-1987. Banyak pihak memprediksi hanya tinggal menunggu waktu saja sebelum Mamola akhirnya merengkuh titel juara dunia. Namun, gelar yang dinantikan tak kunjung tiba.
Padahal, prestasi Mamola sangat gemilang. Dia pernah memenangi banyak seri balapan bersama Suzuki (5 kemenangan), Honda (4), dan Yamaha (4).
Mamola gagal jadi juara karena berkarier di era yang salah. Pada musim-musim awal di kelas 500cc, dia harus bersaing dengan para legenda semacam Kenny Roberts, Freddie Spencer, Eddie Lawson, hingga Wayne Gardner. Pada pengujung kariernya, bintang-bintang baru bermunculan seperti Wayne Rainey, Kevin Schwantz, dan Mick Doohan.
9
2. Max Biaggi (13 kemenangan)
Max Biaggi sudah menjadi bintang sebelum naik ke kelas tertinggi. Pebalap asal Italia itu merebut empat juara seri kelas 250cc secara beruntun sehingga tak ada yang meragukan potensinya saat pindah ke kelas 500cc pada 1998.
Biaggi langsung menang pada balapan pertamanya di Jepang. Namun, itu karena Mick Doohan yang masih dominan gagal finis. Kemenangan keduanya di Rep. Ceska juga terjadi karena Doohan tak finis. Biaggi pun hanya mengakhiri musim sebagai runner-up.
Pindah dari Honda ke Yamaha pada 1999, Biaggi punya kesempatan besar merebut gelar juara dunia menyusul pensiunnya Doohan. Namun, penampilannya kurang impresif dengan hanya merebut satu kemenangan dan menutup musim di peringkat keempat.
Kegagalan itu mesti dibayar mahal. Pada musim berikutnya muncul bocah ajaib bernama Valentino Rossi. Rivalitas Biaggi dan Rossi begitu melegenda. Namun, Biaggi tak pernah bisa mengalahkan Rossi. Hal itu berpengaruh terhadap kepercayaan diri Biaggi. Dia akhirnya tak pernah mampu menjadi juara dunia hingga meninggalkan MotoGP pada 2005 meski mengoleksi 13 kemenangan seri balapan.
10
1. Dani Pedrosa (28 kemenangan)
Dani Pedrosa punya karier cemerlang. Apa yang kurang? Jawabannya hanya satu: Juara dunia MotoGP!
Pedrosa merebut titel juara dunia kelas 125cc dan dua gelar juara dunia kelas 250cc secara beruntun sebelum naik ke kelas MotoGP bersama tim Repsol Honda pada 2006. Hanya butuh empat balapan bagi pebalap asal Spanyol itu untuk meraih kemenangan pertamanya di Tiongkok.
Pada musim debutnya di MotoGP, Pedrosa mengakhiri musim di peringkat kelima. Dia sekaligus membungkam keraguan banyak pihak yang memprediksi tubuh mungilnya bakal menghambat Pedrosa di kelas tertinggi.
Pedrosa selalu meraih minimal satu kemenangan dalam semusim sejak debut hingga 2015. Dia tiga kali menjadi runner-up, tiga kali menempati peringkat ketiga, dan tiga kali berada di posisi keempat.
Mengapa Pedrosa tak jua merebut gelar? Salah satu penyebabnya adalah keberadaan pebalap-pebalap juara dalam diri Valentino Rossi, Casey Stoner, Jorge Lorenzo, dan Marc Marquez. Selain itu, ambisinya merebut gelar juga dihadang rentetan problem cedera. Soal kecepatan tak ada yang meragukan Pedrosa, terbukti dari koleksi 28 kemenangan yang diraihnya sepanjang karier.