Bola.com, Jakarta - Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) berpendapat, sanksi FIFA yang dijatuhkan untuk Indonesia tidak membuat aktivitas sepak bola di Tanah Air mati.
Semenjak sanksi FIFA jatuh pada 30 Mei 2015, sudah ada beberepa turnamen yang digelar. Mulai dari Piala Kemerdekaan, Piala Presiden 2015, dan Piala Jenderal Sudirman, telah bergulir. Turnamen-turnamen tersebut diselenggarakan sebagai pengganti kompetisi sepak bola nasional yang sudah dihentikan oleh PT Liga Indonesia karena alasan force majuere.
Menurut Sekjen BOPI, Heru Nugroho, adanya turnamen itu merupakan bukti kalau sepak bola Indonesia belum mati walaupun saat ini sedang disanksi FIFA. Ia berharap adanya perubahan tata kelola sepak bola nasional. Namun, selama masa sanksi, timnas di semua level usia tak bisa tampil dalam ajang internasional. Program-program dari FIFA seperti kursus lisensi pelatih dan FIFA Goal Project juga dihentikan.
"Memang, sepak bola Indonesia tak bisa tampil dalam ajang internasional. Tapi, semua ini ada hikmahnya. Indonesia bisa menata ulang format dan sistem kompetisi profesional sesuai dengan standar lisensi yang ditetapkanFIFA/AFC, yang selama ini kerap diabaikan," kata Heru Nugroho dalam rilis yang diterima bola.com, Kamis (11/2/2016).
Baca Juga
Heru menambahkan, sanksi tidak akan memengaruhi karier para pesepak bola Indonesia yang berada di luar negeri. Terbukti, pemain asal Indonesia masih bisa bermain keluar dari Indonesia, seperti Andik Vermansah, dan Irfan Bachdim.
"Dulu banyak yang beranggapan dengan pembekuan PSSI, sepak bola Indonesia akan mati. Pemain-pemain Indonesia tidak bisa tampil di luar negeri. Kita juga tak boleh mendatangkan pemain asing di kompetisi domestik. Tapi, faktanya semua itu tak terjadi," katanya.
Akan tetapi, masalah baru muncul akibat sanksi tersebut, yakni klub futsal yang mengikuti kompetisi resmi (Futsal Pro League), tak dapat mendatangkan pemain asing karena terkendala proses transfer. Sementara, klub sepak bola yang mengikuti turnamen dan ISC 2016 bisa mendatangkan pemain asing tanpa ITC (International Transfer Certificate), cukup dengan izin tinggal dan visa kerja.
"Klub futsal bermain di turnamen resmi jadi tak bisa mendatangkan pemain asing tanpa legalitas yang melibatkan federasi," kata pembina klub futsal Electric PLN, Jerico Umbas.
FIFA memberikan sanksi untuk Indonesia pada 30 Mei 2015. Hukuman itu dijatuhkan oleh induk sepak dunia tersebut karena adanya intervensi pemerintah terhadap PSSI. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, FIFA mendatangi Indonesia pada awal bulan November 2015.
Setelah itu organisasi yang mempunyai 208 anggota ini membentuk Tim Ad-Hoc agar bisa membenahi masalah sepak bola nasional. Tim ini dihuni perwakilan PSSI, pemerintah Indonesia, stakeholder sepak bola nasional, dan Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI).
Nasib Indonesia akan diputuskan saat FIFAmenggelar Kongres Luar Biasa (KLB) pada 26 Februari 2016 di Zurich, Swiss. Bila saat KLB Indonesia diputuskan tetap terkena hukuman, maka sanksi baru bisa dicabut lagi pada kongres berikutnya. Artinya, paling cepat sepak bola Indonesia terbebas dari sanksi paling cepat pada 2017.