Fakta Tradisi Buruk Inter Milan Usai Rehat Tengah Musim

oleh Pramuaji diperbarui 17 Feb 2016, 18:00 WIB
Reaksi kecewa beberapa pemain Inter Milan setelah takluk dari AC Milan dengan skor telak 0-3, pada laga lanjutan Serie A 2015-2016, di Stadion San Siro, Milan, Senin (1/2/2016) dini hari WIB. Inter Milan sedang menghadapi sindrom negatif usai rehat musim dingin. Reuters/Alessandro Garofalo

Bola.com, Jakarta - Kencang di awal musim, melempem saat masuk ke setengah musim bagian kedua. Itulah sindrom yang hampir selalu dihadapi Inter Milan kala melakoni laga Serie A. Tahun ini, kenyataan buruk tersebut sepertinya terus membayangi armada Roberto Mancini.

Hasil 3-3 di kandang Hellas Verona pada Minggu (7/2/2016) dan takluk di markas Fiorentina dengan skor 1-2 (15/2/2016), semakin menambah catatan negatif Inter Milan selepas paruh musim.

Advertisement

Pada 5 laga sejak giornata 20, Inter Milan hanya sekali menuai kemenangan, yakni atas Chievo Verona dengan skor 1-0 (4/2/2016). Empat partai lainnya berakhir tak maksimal, yakni seri kontra Carpi (1-1), takluk di tangan AC Milan (0-3), imbang versus Hellas Verona (3-3) dan kembali terpuruk kontra Fiorentina (1-2).

Kenyataan tersebut membuat asa Interisti untuk melihat tim kesayangannya meraih scudetto, semakin menipis. Kans memang masih ada, karena tersisa 13 partai ke depan. Tapi, jika melihat kondisi tim, calon lawan dan sejarah kelam usai rehat musim dingin, barisan suporter layak tak optimis.

Grafik perolehan poin Inter Milan pada sebelum dan sesudah paruh musim

Awal yang kurang baik pada 5 giornata pertama pasca-libur paruh musim 2015-2016 kembali mengapungkan stigma negatif yang sudah melekat di tubuh Inter Milan dalam 4 musim terakhir. Inkonsistensi yang berbuah penurunan performa adalah sindrom yang diderita La Beneamata setelah ditinggal Jose Mourinho.

Usai tak ada Lo Speciale di akhir musim 2009-2010, Inter Milan sudah 7 kali berganti pelatih. Selama periode tersebut, Inter hanya berhasil memenangkan Coppa Italia edisi 2010-2011. Masuk ke 2011-2012, penampilan rival sekota AC Milaan mulai ‘angin-anginan’. Tren penurunan performa di paruh kedua musim berjalan, mulai menghinggap.

Grafik rasio kemenangan Inter Milan pada sebelum dan sesudah paruh musim.

Pada musim 2011-2012, Inter Milan sampai 3 kali mengganti allenatore. Gian Piero Gasperini, Claudio Ranieri, dan Andrea Stramaccioni adalah nama-nama yang menduduki kursi panas tersebut. Pada paruh pertama musim, Inter mengoleksi 35 poin dengan rasio kemenangan sebesar 58%, dan bertengger di urutan ke-4 clasifica d’inferno atau klasemen musim dingin.

Masuk ke zona paruh kedua hingga akhir musim, hanya 23 poin yang diperoleh Inter Milan dengan rasio kemenangan 32%. Performa tersebut membuat mereka harus puas berada di peringkat ke-6 klasemen akhir Serie A 2011-2012.

Pelatih muda Stramaccioni dipercaya untuk menangani I Nerrazzuri pada musim 2012-2013. Di paruh pertama musim , Stramaccioni membawa Inter Milan ke peringkat 4 dengan koleksi 35 poin dari 11 kemenangan dan 2 hasil imbang.

Sayangnya, performa Inter di paruh musim kedua menurun sangat drastik. Hanya 19 poin yang berhasil dikumpulkan dari 5 kemenangan dan 4 kali seri. Di akhir musim, Inter terpuruk di urutan ke-9. Capaian tersebut berakibat pemecatan Stramaccioni.

Pada 2013-2014, Inter menunjuk Walter Mazzari sebagai allenatore. Setelah cukup sukses bersama Napoli, jajaran manajemen berharap sang pelatih mampu menyembuhkan peyakit kronis Inter.

Harapan itu menguap begitu saja, karena penampilan tim Biru-Hitam tetap tak konsisten. Inter lebih banyak berkutat di luar zona Liga Champions. Mazzari menyelesaikan musim pertamanya di Giuseppe Meazza dengan menduduki peringkat ke-5.

Meski belum menunjukkan performa menjanjikan, Mazzari mampu meyakinkan manajemen untuk tidak mendepaknya di awal musim 2014-2015. Namun, kesabaran Presiden Inter Milan, Erick Tohir akhirnya habis selepas giornata 10.

Latarnya, Inter Milan justru takluk dari tim terlemah saat itu, Parma. Kehilangan tiga angka membuat mereka terdampar di peringkat ke-9. Jajaran manajemen langsung menunjuk Roberto Mancini sebagai suksesor Mazzari.

Posisi klasemen Inter Milan pada gioarnata 19 dan saat mengakhiri musim.

Hasil instan langsung terlihat, tatkala eks arsitek Manchester City tersebut mampu menampilkan sesuatu yang berbeda meski dengan komposisi pemain yang tak jauh berbeda. Rasio kemenangan Inter Milan pada paruh kedua musim 2014-2015 terdongkrak dari 32% menjadi 42%.

Namun, jumlah kekalahan Inter Milan pada paruh kedua musim pertama hanya 5, justru bertambah menjadi 6 di paruh musim kedua. Di akhir musim, Mancio hanya mampu membawa Inter ke urutan ke-8.

Kini, tantangan besar sudah berada di depan mata pasukan Roberto Mancini. Interisti di seluruh dunia menanti, apakah sindrom negatif usai rehat musim dingin masih bergelayut, atau mereka sukses menepis semua keraguan menjadi prestasi.

Dua partai ke depan, yakni versus Sampdoria (21/2/2016) dan tandang ke markas Juventus (29/2/2016) menjadi sangat penting. Laga tersebut berstatus ujian apakah sindrom negatif akan berlanjut atau momentum kebangkitan kembali Inter Milan.

Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, Liga Italia, dan Liga Prancis dengan kualitas HD di sini