Bola.com - Klub-klub Liga Super China semakin serius dalam membangun kekuatan, demi bisa bersaing di kompetisi domestik, Asia, hingga dunia. Hal tersebut terlihat dari besarnya uang yang dikeluarkan klub-klub LSC untuk belanja pemain pada bursa transfer musim dingin 2016.
Baca Juga
Total, ada 164 pemain yang didatangkan klub LSC sepanjang bursa transfer musim dingin yang dimulai dari 1 Januari 2016 hingga ditutup pada 26 Februari 2016, dengan nilai transfer yang mencapai hingga Rp 4,9 triliun. Bahkan, dana yang dikeluarkan klub LSC mengungguli klub-klub di lima liga top Eropa.
Premier League yang biasanya paling boros dalam belanja pemain kalah jauh dari Liga Super China. Kompetisi yang kerap disebut sebagai liga paling bergengsi di dunia tersebut hanya mengeluarkan dana Rp 3,75 triliun untuk mendatangkan 207 pemain pada Januari 2016.
Sementara itu, klub-klub di Serie A menggelontorkan uang hingga Rp 1,2 triliun untuk menggaet 205 pemain. Disusul klub Bundesliga Jerman yang mengeluarkan Rp 771 miliar untuk memboyong 59 pemain, La Liga Spanyol yang mengucurkan dana Rp 534 miliar untuk mendapatkan 62 pemain, serta Ligue 1 Prancis yang mendatangkan 53 pemain setelah mengeluarkan dana Rp 514 miliar.
Jiangsu Suning menjadi klub yang paling boros pada bursa transfer musim dingin dengan mengeluarkan dana 1,4 triliun untuk menggaet sembilan pemain baru. Bahkan, Alex Teixeira yang ditebus Jiangsu dari Shakhtar Donetsk dengan banderol Rp 733 miliar menjadi pemain termahal pada bursa transfer musim dingin.
Tak hanya itu, Teixeira juga menjadi pemain termahal kedua sepanjang bursa transfer paruh musim. Fernando Torres masih menjadi pemain dengan nilai transfer termahal pada transfer musim dingin. El Nino ditebus Chelsea dari Liverpool dengan harga Rp 858 miliar pada 31 Januari 2011.
"Target Jiangsu adalah menjuarai Liga Super China dalam tiga tahun dan kemudian Liga Champions Asia dalam lima tahun ke depan," bunyi pernyataan manajemen Jiangsu Suning saat perkenalan pemain seperti dilansir Xinhuanet.
Dana besar yang dikeluarkan klub-klub LSC pada bursa transfer musim dingin tidak lepas dari ambisi pemerintah China untuk memajukan sepak bola dalam negeri. Bahkan, Presiden China, Xi Jinping, bertekad menjadikan negaranya sebagai salah satu kekuatan sepak bola di dunia, sekaligus meraih trofi Piala Dunia pada masa mendatang.
Hal tersebut diamini pelatih Shanghai SIPG, Sven-Goran Eriksson. Mantan manajer timnas Inggris itu menyebut kekuatan uang yang dikeluarkan klub-klub Liga Super China bakal membuat sepak bola negeri Tirai Bambu semakin maju.
"Saya pernah melatih di Italia pada periode 1990-an, ketika setiap pesepak bola ingin datang ke Italia karena sepak bola yang sangat bagus, maka saya berada di Inggris selama periode 2000-an dan semua pemain ingin pergi ke Premier League karena banyak uang dan sepak bola yang bagus," ujar Eriksson.
"Sekarang, pada 2016, tampaknya setiap pemain ingin datang ke China untuk alasan yang sama. Semua uang akan membuat klub lebih kuat," lanjutnya.
Akan tetapi, tak semua orang setuju dengan hal tersebut, salah satunya adalah mantan bek Manchester City, Sun Jihai. Menurut pria 38 tahun tersebut, sepak bola China bakal berkembang maju jika semakin banyak pesepak bola dalam negeri yang memperkuat klub-klub Eropa.
"Sepakbola China membutuhkan siklus yang menguntungkan. Kami lebih membutuhkan banyak pemain dalam negeri tumbuh dan bermain di luar negeri. Jika kami bisa melakukan itu, mungkin kami tidak perlu mengeluarkan uang sebanyak itu untuk membeli pemain asing. Kami bisa menemukan pemain lokal di level yang sama," ujar Sun.
Pria yang juga pernah memperkuat Sheffield United ini menyebut jika hal yang paling utama untuk memajukan sepak bola adalah membina pemain sejak dini. China masih tertinggal jauh dibandingkan dengan raksasa sepak bola Asia lainnya seperti Jepang dan Korea Selatan.
"Menurut saya, jika kami berharap melihat perbaikan yang sebenarnya untuk sepak bola China, maka kami benar-benar membutuhkan kesabaran," papar Sun Jihai.
Sumber: Berbagai Sumber