Latih MU jadi Karier Terburuk Van Gaal

oleh Nurfahmi Budi diperbarui 18 Mar 2016, 09:10 WIB
Catatan statistik karier Louis Van Gaal sebagai pelatih, sejak menangani Ajax Amsterdam sampai Manchester United. Data terakhir diambil usai laga kontra West Bromwich Albion, Minggu (6/3/2016) malam WIB.

Bola.com, Manchester - Musim ini, Louis Van Gaal harus merasakan kekalahan ke-8 di level Premier League. Kalangan media di Inggris menyebut, hasil tersebut menjadi pencapaian yang dianggap tak sebanding dengan gelontoran uang selama dua musim.

Termasuk di dalamnya pengeluaran tahun ini yang mencapai angka 104,78 juta pounds atau sekitar Rp 1,88 triliun. Angka itu nyatanya tak sanggup mengatrol penampilan dan posisi Manchester United.

Advertisement

Terakhir, mereka harus menerima rasa malu. Penyebabnya tak lain untuk kali pertama harus menerima nasib, kalah dari West Bromwich Albion, di The Hawthorns, Minggu (6/3/2016). Gol tunggal Salomon Rondon pada menit ke-66, sudah cukup untuk membawa rasa amarah fans Setan Merah. Kondisi semakin buruk, karena Juan Mata juga mendapat kartu merah, yang kali pertama ia dapat sepanjang karier di Premiership.

Di luar prestasi buruk anak asuhnya di pentas kasta tertinggi kompetisi di Inggris, Van Gaal ternyata harus menerima nasib lain. Secara statistik, saat ini ia sedang melakoni periode terburuk dalam sejarah karier kepelatihannya.

Kekalahan ke-8 musim ini, membuat catatan kekalahan Van Gaal menjadi 21 partai, dengan 45 menang dan 22 seri, sejak datang ke Old Trafford. Rasio menang-kalah sebesar 51,14 persen, menjadi yang terburuk sepanjang karier.

Sebelumnya, saat menukangi Ajax Amsterdam pada 28 September 1991-30 Juni 1997, ia mampu menuai rasio 68,77 persen. Rinciannya, 196 menang, 19 seri dan 40 kekalahan. Kala menukangi Barcelona (1 Juli 1997-20 Mei 2000), Van Gaal mencatat 95 menang, 32 seri dan 44 kalah, sehingga memiliki rasio 55,56 persen.

Berlanjut ke timnas Belanda, yang ditukanginya pada 3 Juli 2002-28 Januari 2003, sanggup mencatat rasio 53,33 persen. Kondisi itu berasal dari 8 menang, 4 seri dan 3 kalah. Pada fase kedua bersama Barcelona, ia mencatat 16 menang, 5 seri dan 9 kekalahan (53,33 persen).

Catatan rasio membaik saat menjadi arsitek AZ Alkmaar pada 1 Juli 2005-30 Juni 2009, yakni 57,95 persen. Rinciannya berasal dari 102 menang, 38 seri dan 36 kekalahan. Pindah ke Bayern Munchen, performanya lebih baik dengan konversi menang-kalah di angka 61,46 persen.

Saat itu, FC Hollywood dibawa Van Gaal mendapatkan 59 kemenangan, 18 seri dan 19 kalah. Kembali ke timnas Belanda (6 Juli 2012-12 Juli 2014), ia menuai 17 menang, 9 seri dan 2 kalah, yang membuatnya menggapai rasio 60,71 persen.

Usai gelaran Piala Dunia 2014, ia menerima tantangan menukangi Manchester United. Sayang, pilihan tersebut sepertinya kurang tepat. Faktanya, rasio menang-kalah Van Gaal hanya ada di angka 51,14 persen. Angka itu berasal dari 45 menang, 22 seri dan 21 kalah.

Selain rasio menang-kalah yang menurun, peluang besar Louis Van Gaal akan merasakan akhir musim ini tanpa gelar. Jika benar, itu juga akan membuatnya tercatat sebagai kegagalan pertama menukangi sebuah klub yang gagal menggapai trofi juara liga domestik.

Sejak awal karier sebagai pelatih, di luar status asisten pelatih dan pelatih timnas, Van Gaal selalu berhasil memberikan minimal gelar juara liga domestik. Bersama Ajax Amsterdam, ia mampu menggondol trofi Eredivisie musim 1993-1994, 1994-1995 dan 1995-1996.

Catatan tersebut ditambah dengan trofi Piala Champions pada 1994-1995, Piala UEFA (1991-1992), Piala Super Eropa (1995) dan Piala Interkontinenal (1995). Lalu ia terbang ke Spanyol menukangi Barcelona, juga menuai gelar La Liga (1997-1998 dan 1998-1999). Ia juga membawa El Barca menjadi jawara Piala Super Eropa (1997) dan Copa del Rey (1997-1998).

Kembali ke Belanda, pria yang kini berusia 64 tahun ini mampu mengemas juara Liga Belanda edisi 2008-2009. Balik ke Bayern Munchen, lagi-lagi mampu mengangkat trofi juara Bundesliga (2009-2010).

Kini, tantangan besar ada di depan mata Van Gaal. Legenda Sparta Rotterdam ini harus bisa membawa Manchester United menjadi juara, agar rantai tradisi positifnya tak tercoreng. Sayang, kondisi timnya sedang memburuk. Setan Merah hanya sanggup menuai satu kemenangan dalam delapan laga awat terakhir di Premier League.

Sumber: Berbagai sumber

Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, Liga Italia, dan Liga Prancis dengan kualitas HD di sini

Inisialisasi Video

Tag Terkait

Berita Terkait