Bola.com, Balikpapan - Semifinal Piala Gubernur Kaltim mempertemukan Surabaya United dengan seteru mereka, Sriwijaya FC dan Pusamania Borneo FC. Ketiga klub itu tergabung di Grup X yang bermain di Stadion Aji Imbut, Tenggarong.
Pertemuan dengan SFC dan Borneo FC membuka kenangan Surabaya United atas Insiden yang pernah terjadi pada Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman.
Perseteruan antara Surabaya United (saat itu bernama Bonek FC) dengan Sriwijaya FC terjadi ketika keduanya bertemu di babak 8 besar leg kedua Piala Presiden 2015 di Palembang.
Saat itu manajemen Surabaya United memutuskan tidak meneruskan pertandingan karena merasa dirugikan dengan keputusan wasit Jeri Elly yang memberikan hukuman penalti pada tim tuan rumah.
Akibat keputusan mogok itu, Surabaya United dinyatakan kalah WO (0-3) dari Sriwijaya FC. Laskar Wong Kito lantas dinyatakan lolos ke semifinal karena unggul agregat 3-1 atas Surabaya United. Sebagai catatan, Sriwijaya FC kalah 0-1 dari Surabaya United di leg pertama yang digelar di Surabaya.
Kasus tersebut berbuntut sanksi denda sebesar Rp 200 juta yang dijatuhkan oleh operator turnamen, Mahaka Sport and Entertainment, kepada kubu Surabaya United.
Kendati begitu, kubu Surabaya United tidak menyimpan dendam atau kekhawatiran kasus yang sama bakal terulang. Manajemen serta pemain Surabaya United sudah melupakan kejadian tersebut dan mencoba mengambil pelajaran dari kasus ini.
Baca Juga
"Insiden itu sudah berlalu, tidak perlu disoal lagi. Sebab, masalah sebenarnya bukan antara kedua klub, tapi kami dengan wasit saat itu. Kami sudah melupakan semua kejadian itu dan fokus ke pertandingan semifinal nanti," jelas Rahmad Sumanjaya, manajer Surabaya United.
Tim asuhan pelatih Ibnu Grahan itu juga pernah bermasalah dengan Borneo FC di babak 8 besar Piala Jenderal Sudirman. Kala itu, kekalahan Surabaya United 0-2 dari tim Pesut Etam berbuntut pada pencoretan tiga pemain pilar sekaligus, yakni Pedro Javier, Otavio Dutra, dan Jendry Pitoy. Sempat beredar kabar soal indikasi suap yang belakangan dibantah manajemen Surabaya United.
Manajemen Surabaya United menyatakan tidak ada indikasi suap yang melibatkan ketiga pemain tersebut, apalagi Jendry. Saat itu keputusan memutus kontrak Dutra dan Pedro karena dianggap tidak etis menyusul pertemuan mereka dengan asisten pelatih Borneo FC, Toni Ho dan Jaino Matos, di kamar Hotel Dutra usai pertandingan yang dimenangi Borneo FC 0-2 itu.
Dutra saat ini sudah kembali bermain dengan Surabaya United. Masalah itu selesai setelah Dutra bertemu dengan CEO Surabaya United, I Gede Widiade, di Jakarta beberapa waktu lalu.
"Tidak ada masalah, Dutra sudah menyadari kesalahannya yang tidak disengaja, dan CEO memaafkannya. Semua sudah beres," ungkap Rahmad.
Itulah mengapa ketika Surabaya United menganggap tidak ada masalah ketika kembali bertemu dengan Borneo FC, kali ini di semifinal Piala Gubernur Kaltim. "Karena memang tidak ada masalah antara kedua klub. Pertandingan nanti murni soal adu teknik, adu taktik dan strategi," ucapnya.