Bola.com, Jakarta - FIFA merespons surat Kementerian Pemuda Olahraga (Kemenpora) yang dikirim pada 1 Maret 2016. Menariknya surat balasan dari otoritas tertinggi sepak bola dunia dunia tersebut dilayangkan ke alamat surat elektronik pribadi Gatot S. Dewabroto, bukan alamat resmi kementerian yang dipimpin Imam Nahrawi.
Di kopi surat FIFA, yang menyebar di kalangan jurnalis peliput sepak bola nasional pada Senin (14/3/2016), pada bagian kiri atas tertera nama Imam Nahrawi, sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), sebagai pihak yang dituju FIFA.
Hanya di bawahnya dengan embel-embel alamat email gsdewabroto@gmail.com. Gatot S. Dewabroto menjabat juru bicara Kemenpora.
Penggunaan e-mail pribadi ini terasa aneh mengingat Kemenpora institusi resmi negara. Surat menyurat resmi semestinya menggunakan alamat surat eletronik resmi lembaga kementerian. Hingga berita ini diturunkan belum ada respons dari Kemenpora berkaitan dengan hal ini.
Pihak Kemenpora menyurati FIFA pada 1 Maret 2016. Surat tersebut berisikan keinginan Kemenpora untuk mengirimkan delegasi guna bertemu dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino. FIFA pun membalas surat Kemenpora pada 11 Maret 2016.
Baca Juga
PSSI, yang statusnya organisasinya dibekukan Kemenpora, juga mendapat tembusan dari FIFA. Federasi pun cenderung hati-hati menanggapi soal surat terkini FIFA yang diteken Acting Sekjen FIFA, Markus Kattner. "Kalau di cermati, isi suratnya normatif. Nama PSSI juga disebutkan dua kali dalam surat tersebut," ujar Direktur Hukum PSSI, Aristo Pangaribuan.
Dalam surat balasannya, mereka meminta Kemenpora untuk lebih dulu mengirimkan penjelasan terkait masalah sepak bola di Indonesia dan solusi yang pemerintah miliki sebelum mengatur jadwal pertemuan.
"Jadi sudah jelas bahwa yang anggota FIFA itu adalah PSSI. FIFA tak bisa sembarangan menerima perwakilan dari negara tanpa melibatkan federasi," kata Aristo.
Komite Ad-Hoc Reformasi PSSI pada Senin (14/3/2016) menggelar rapat khusus yang membahas soal surat FIFA ke Kemenpora. Sebuah kata sepakat dicapai komite yang dipimpin mantan Ketua Umum PSSI, Agum Gumelar.
"Komite Ad-Hoc sepakat untuk memberi saran ke PSSI untuk segera menemui Menpora, Imam Nahrawi, dan juga Kapolri untuk membicarakan soal keputusan Mahkamah Agung. Intinya mengkomunikasikan status PSSI saat ini. Jangan melihat konteks menang kalah dalam ranah hukum. Komite Ad-Hoc amat yakin PSSI memiliki sikap yang bijak dalam menyikapi keputusan MA," ujar Tommy Welly, anggota Komite Ad-Hoc.
"Sepak bola selalu mengajarkan pada kita semua dan juga keluarga besar PSSI bagaimana bersikap baik saat menang atau kalah," tambahnya.
Sebelumnya pada situs MA pada Senin (7/3/2016) mengumumkan penolakan kasasi yang diajukan oleh Kemenpora. Kasasi ini diajukan diajukan atas putusan banding Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta, yang menolak pembekuan PSSI.
Konflik PSSI dengan Kemenpora masih memanas. Perkembangan terakhir, Tim Transisi bentukan Kemenpora mengundang klub-klub anggota PSSI. Tim Transisi berencana memutar kompetisi tandingan Indonesia Soccer Championship (ISC) yang digagas oleh klub-klub profesional Tanah Air. PSSI bereaksi dengan mengancam bakal menjatuhkan sanksi ke klub yang ikut berkongsi dengan Tim Transisi.
Berikut terjemahan surat FIFA ke Kemenpora yang berkaitan erat dengan konflik Surat Keputusan pembekuan PSSI oleh Kemenpora pada 17 April 2015 yang diikuti sanksi FIFA pada bulan Mei 2015:
''Kami telah menerima dan berterima kasih atas surat tertanggal 1 Maret 2016 yang berisikan ucapan selamat atas terpilihnya Giano Infantino sebagai Presiden FIFA. Isi dari surat tersebut sepenuhnya menjadi perhatian kami.
Dengan ini, kami mencatat komitmen Anda untuk memperkuat dan mengembangkan sepak bola di Indonesia, yang mana komitmen tersebut juga dipegang oleh FIFA. Selanjutnya, kami juga mengerti maksud dari Presiden Republik Indonesia, H.E. Joko Widodo, yang ingin mengirimkan perwakilan ke Zurich untuk melakukan pertemuan dengan Presiden FIFA untuk mendiskusikan solusi dari permasalahan sepak bola Indonesia.
Pada dasarnya, kami menyambut baik inisiatif tersebut dan berharap untuk bisa melanjutkan hubungan baik dengan pemerintah Republik Indonesia, sama halnya dengan PSSI. Meski demikian, kami memohon, sebelum pertemuan itu, Anda bisa memberikan kepada kami detail solusi yang menjadi pertimbangan pihak Anda dalam mengatasi permasalahan yang saat ini dialami oleh PSSI. Informasi ini nantinya bisa membuat kami memiliki pemahaman untuk mengambil tindakan pada pertemuan yang nantinya juga akan kami pertimbangkan apakah perlu dihadiri lebih banyak pihak terkait.
Kami berterima kasih atas perhatian Anda mencatat hal di atas, dan pengertian Anda. Kami berharap Anda bisa memberikan kami informasi lebih detail terkait permasalahan ini ke depannya."