Bola.com, Melbourne - Berbagai persiapan sudah dilakukan Rio Haryanto supaya bisa tampil maksimal bersama tim Manor Racing pada GP Australia di Sirkuit Albert Park, Melbourne, Minggu (20/3/2016). Namun, sebagai rookie alias pendatang baru di F1, Rio masih menghadapi masalah mendasar. Dia sedang berusaha beradatasi dengan rasa sakit di leher bagian belakang yang muncul setelah menggeber mobil F1.
Baca Juga
“Itu memang masalah mendasar yang sering dihadapi rookie. Setiap kali selesai balapan, dia mengaku leher bagian belakang sakit. Tapi, itu hal wajar karena efek G-Force," kata pelatih sekaligus psioterapi Rio Haryanto, Moises Vila Blanch, saat ditemui di Hotel Bayview on The Park, Melbourne, Rabu (16/3/2016).
G-Force adalah istilah yang jamak dipakai untuk menjelaskan tentang dampak gaya gravitasi bumi yang dirasakan pebalap Formula 1, utamanya ketika menempuh tikungan.
Moises mengatakan ada momen yang membuat leher pebalap F1 bekerja keras, yaitu saat di trek lurus, kemudian mengerem mobil dan menikung. Pengereman di F1 lebih singkat dan kuat dibanding pada balapan GP2. Oleh karena itu, G Force-nya juga lebih kuat.
“Bayangkan saja, saat melaju dengan kecepatan 300 kilometer/jam kemudian harus menurunkannya menjadi kurang dari 80 km/jam saat mengerem. Saat itulah otot leher bekerja sangat keras,” beber pria asal Barcelona, Spanyol itu.
Moises mengatakan dengan beberapa metode latihan problem tersebut bisa diatasi. Namun, solusi utama untuk menyelesaikan masalah itu adalah dengan mengendarai mobil sesering mungkin.
“Metodenya antara lain latihan di luar trek untuk melatih otot leher. Rio harus latihan sambil memakai helm, kemudian melakukan gerakan-gerakan leher seperti saat membalap. Selain itu, metode lainnya dengan memasang penarik di kepala Rio dengan beban sekitar 25 kg. Saya tarik, sementara Rio harus berusaha menahannya. Lehernya memang harus siap untuk beban sekuat itu karena yang dikendarainya sekarang mobil F1 yang sangat cepat,” beber Moises.
Sang pelatih menyadari pada balapan perdana di Albert Park, masalah itu kemungkinan masih dihadapi Rio. Tetapi, dia yakin setelah tiga balapan kondisi pebalap berusia 23 tiga tahun tersebut bakal lebih baik dan perlahan bisa mengatasi masalah tersebut.
Sementara, sepanjang hari-hari terakhir menjelang balapan, Rio hanya menjalani program latihan fisik yang ringan. Tak ada lagi latihan dengan beban berat seperti sebelumnya.
“Misalnya kemarin latihan adaptasi setelah jetlag, seperti melakukan aerobik selama 25 menit. Intensitas latihannya medium low. Rio hanya saya minta berlatih gerakan kaki secukupnya,” pungkas Moises.
Rio Haryanto untuk kali pertama akan merasakan balapan di sirkuit Albert Park di ajang F1 2016 bersama tim Manor Racing. Sebelumnya, saat berlomba di GP2, sirkuit ini tidak termasuk dalam kalender kompetisi.