Bola.com, Gianyar - Meski sebagai tuan rumah penyisihan Grup B Piala Bhayangkara 2016, Bali United gusar dengan keputusan panitia merubah jam bertandingan.
Gelandang Bali United, I Gede Sukadana, mengkritisi perubahan yang dilakukan hanya beberapa hari jelang fase penyisihan digeber. Bali United harus main mundur tiga jam lebih malam saat laga perdana lawan Arema Cronus Sabtu (19/3/2016).
Baca Juga
”Sekarang baru kick-off pukul 21.30 waktu Bali. Itu kan jam istirahat. Tapi kami harus main. Selesai pertandingan pasti kami tidur larut malam sekali,” kata mantan pemain Arema Cronus dan Persela Lamongan ini.
Perubahan jam pertandingan ini memang bukan permintaan klub. Melainkan pemegang hak siar. Dan tim baru mendapatkan informasi tersebut H-2. Sehingga mereka belum sempat melakukan adaptasi latihan malam.
”Main larut malam terakhir saya rasakan itu waktu bulan puasa musim 2013 lalu. Hampir tiga tahun lalu,” protes gelandang berusia 28 tahun ini.
Tapi nasi sudah menjadi bubur, aturan pun sudah tidak bisa direvisi lagi. Sehingga mau atau tidak Sukadana dan rekan-rekannya harus adaptasi langsung saat pertandingan.
”Mau bagaimana lagi? Tapi kami juga tidak sendirian mendadak main malam. Pemain Arema juga mungkin merasakan hal yang sama. Intinya kedua tim yang bertanding sama-sama dirugikan,” ujar Sukadana dengan nada ketus.
Hanya saja Arema Cronus sedikit lebih beruntung terkait pergeseran jadwal ini. Karena Singo Edan sempat menggelar latihan malam sebelum berangkat ke Bali. Waktu itu pelatih Milomir Seslija memiliki firasat bahwa pemain butuh adaptasi dengan cuaca main malam. Mengingat dalam semua pertandingan penyisihan, Arema selalu main pada jam kedua, malam hari.
Hanya saja Milo dibuat gusar dengan kondisi rumput lapangan Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar. Pada saat sesi jajal lapangan Jumat (18/3/2016) pelatih asal Bosnia ini rewel melakukan protes kepada pengelola stadion.
Ketika baru menginjakkan kakinya ke lapangan, dia langsung geleng-geleng kepala. Baginya, rumpul stadion terlalu tebal. Sehingga membuat aliran bola sedikit lebih berat. Yang lebih berbahaya lagi kondisi ini bisa membuat pemain rentan cedera. Karena pijakan kaki ke rumput bisa lebih dalam.
Saat Arema latihan, tim pelatih mencari beberapa bagian lapangan yang punya rumput lebih pendek. Sehingga pemanasan pemain dilakukan di tengah lapangan.
”Kondisi lapangan seperti ini membahayakan semua tim yang bertanding. Kami harap pengelola stadion segera melakukan pemotongan rumput,” kata Milo dengan ekspresi muka cemberut.
Milo sempat memanggil salah satu panpel yang sedang melakukan pengecekan di sekitar area stadion untuk merasakan sendiri ketebalan rumput. Mantan direktur teknik Barito Putera ini pun meminta keluhannya disampaikan langsung kepada pengelola stadion.
Milomir Seslija mengakui kalau kondisi lapangan lebih bagus saat pergelaran Bali Island Cup pada akhir bulan Februari lalu. Waktu itu rumput tidak terlalu tinggi dan bisa membuat pemain Arema Cronus relatif nyaman bertanding.