Bola.com, Melbourne - Kamis malam, 17 Februari 2016, Rio Haryanto sedang berbincang dengan ibundanya, Indah Pennywati dan manajernya, Piers Hunnisett di Jakarta. Tiba-tiba, Piers memintanya berdiri. Dengan patuh, permintaan itu dipenuhi pria berusia 23 tahun tersebut.
Tanpa diduga, Piers kemudian berdiri dan memeluk Rio. “Kamu sekarang sudah jadi pebalap F1!” kata Piers dengan kegembiraan meluap-luap. Rio Haryanto sempat bingung dengan ucapan itu. “Yang benar?” tanyanya dengan nada tak percaya. Piers pun mengiyakan.
Baca Juga
Keesokan harinya, kabar bahagia tersebut diumumkan ke publik melalui konferensi pers di Kantor Pertamina Jakarta. Pada saat bersamaan, Manor Racing juga membuat pengumuman melalui akun Twitter dan Facebook. Sehari berselang, Rio dan didampingi Piers langsung terbang ke Barcelona, untuk menjalani tes pramusim di Sirkuit Catalunya.
Sepenggal kenangan manis itu dikisahkan ibunda Rio saat berbincang dengan bola.com di Melbourne, Australia, Jumat (18/3/2016). Hari itu tepat dua hari sebelum Rio menjalani debutnya di ajang Formula 1. Itulah momen yang sangat ditunggunya sejak mengucapkan impian itu pada usia delapan tahun. Mimpi terbesar Rio akhirnya jadi kenyataan.
“Jadi, memang yang tahu informasi pertamanya itu Piers. Kamis malam sudah dikabari dari Manor. Keesokan harinya ada jumpa pers di Pertamina untuk mengumumkan kabar Rio resmi ke F1 itu,” kenang Indah.
Status sebagai pebalap F1 mengubah drastis kehidupan Rio. Sorotan media jadi santapan sehari-hari. Bahkan bukan hanya media nasional, tapi juga internasional. Kepopuleran Rio meroket dalam sekejap.
Cerita kehidupannya, semenjak memulai karier di gokart pada usia 6 tahun, hingga kiprahnya di GP2 juga terus dikupas oleh berbagai media. Belum lagi kabar terbaru soal pencarian dana yang masih terus dilakukan manajemen Rio. Apapun yang disuguhkan media, langsung disantap oleh penggemarnya.
Mendadak Demam Rio
Indonesia pun mendadak demam Rio Haryanto dan F1. Bapak-bapak, ibu-ibu, anak muda, remaja cowok hingga remaja cewek, tiba-tiba menggandrunginya dan berburu informasi apa pun tentang Rio. Perbincangan tentang F1, terutama Rio Haryanto, meramaikan lini masa di Twitter maupun Facebook. Pamor F1 yang beberapa tahun belakangan meredup, mulai bersinar lagi.
Rio adalah pebalap pertama asal Tanah Air yang berhasil menembus pentas Formula 1. Indonesia seperti mendapat pahlawan baru. Pihak Formula 1 menyadari sepenuhnya fenomena ini. Dia sering diperlakukan “istimewa”. Bahkan akun Twitter resmi F1 pernah mencuit dengan menggunakan bahasa Indonesia. Hasilnya sepadan, karena cuitan itu mendapat tanggapan luar biasa dari fans Rio asal Indonesia. Hal serupa pernah juga dilakukan Manor.
Rio mengakui belum terbiasa dengan besarnya perhatian fans itu. Saat pergi kemana pun, selalu ada yang mencegat untuk minta foto, baik saat di Indonesia maupun luar negeri. Momen paling mengangetkan tentu saja pada acara meet and greet dengan warga Indonesia di Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne, Rabu (15/3/2016) malam.
Acara yang awalnya dirancang santai, berubah sangat heboh. Hampir semua yang hadir ingin sedekat mungkin dengan Rio, demi foto bersama atau meminta tanda tangan. Sambutan dari Konjen RI, Dewi Savitri Wahab, maupun pidato singkat Rio menjadi seperti angin lalu. Putra pasangan Indah Pennywati dan Sinyo Haryanto itu hampir tak bisa bergerak leluasa, terus dikerubungi penggemarnya.
Wajah Rio malam itu menggambarkan segalanya. Pebalap yang mengidolakan Ayrton Senna tersebut terlihat sangat kaget dan tak menyangka dengan sambutan seheboh itu. Hal tersebut diakui Rio Haryanto saat diwawancarai di tengah-tengah acara. Diam-diam dia juga mengungkapkan kekagetannya melalui pesan pendek kepada sang ibunda.
“Memang berbeda dibandingkan saat di GP2. Sekarang ke mana-mana selalu ada yang minta foto. Bahkan saat di Barcelona (kala menjalani sesi pramusim F1) pun ada warga negara asing yang sengaja menunggu untuk minta tanda tangan. Bahkan ada yang minta foto sambil ganti-ganti gaya,” kata Rio sambil tersenyum.
Gairah dukungan publik, tentu saja berkorelasi dengan ekspektasi. Ada sebagian yang bisa realistis mengukur peluang Rio, terutama di balapan pertama. Namun, tak sedikit yang ingin melihat Rio langsung naik podium di Sirkuit Albert Park, Melbourne. Dukungan publik yang besar memang bisa jadi penyemangat. Namun, ekspekatasi yang berlebihan bisa menjadi beban.
2
Ekspektasi Tinggi
Hal itu diakui sendiri oleh Rio. Pria yang menyukai menu sarapan roti gandum dan telur itu sampai meminta khusus kepada publik supaya tak menaruh ekspektasi terlalu tinggi. “Terima kasih atas dukungan besar semua pihak, tapi jangan berharap saya bakal langsung naik podium. Kalau target pribadi, tentu ingin lebih cepat daripada Pascal Wehrlein. Ukuran paling realistis tentu saja rekan setim. Semoga saya bisa finis di depan Pascal,” ujar Rio, saat berbincang dengan bola.com di Hotel Bayview on the Park, Melbourne.
Fakta tersebut disadari orang-orang terdekat Rio, terutama sang ibu. Indah menduga Rio tetap terpengaruh oleh harapan tinggi itu. Namun, dia tak mau sang putra terbebani. “Saya tahu Rio pasti memikirkan soal itu. Tapi, sebisa mungkin saya membuatnya supaya tak selalu kepikiran ekspektasi tinggi dari pendukung. Saya bilang pokoknya fokus saja untuk balapan. Tidak usah memikirkan hal-hal di luar lintasan. Terus berdoa semoga di berikan yang terbaik. Yang terpenting, do the best,” ujar Indah.
Pada Minggu (20/3/2016), Rio bakal menjalani balapan perdana dari urutan ke-22 alias posisi buncit. Pada awalnya dia berada di grid ke-21, tepat di depan Pascal Wehrlein. Catatan waktu Rio adalah 1 menit 29,657 detik, atau lebih cepat 0,015 detik dari rekan setimnya itu.
Tetapi, hukuman penalti mengubah posisi start. Rio dianggap bersalah dalam insiden senggolan dengan pebalap Hass, Romain Grosjean, saat latihan bebas ketiga, Sabtu (19/3/2016) dan dijatuhi hukuman turun turun start tiga grid. Ini adalah pukulan bagi Rio yang akan menjalani debut bersejarahnya.
Namun, sang manajer tak mau insiden itu merusak hari terpenting Rio Haryanto. Pesan singkat disampaikannya kepada pebalap F1 Manor Racing tersebut. “Just race, do the best.”