Bola.com, Jakarta - Persib Bandung versus Arema Cronus bentrok dalam partai puncak Torabika Bhayangkara Cup 2016. Pertemuan kedua tim disebut sebagai final ideal. Kedua tim bersua dalam laga penentu Bali Island Cup 2016, 23 Februari di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar. Arema mengalahkan pasukan Dejan Antonic 1-0. Hasil itu membuat Singo Edan mempertahankan gelar.
Dalam Torabika Bhayangkara Cup, kedua tim tak pernah terkalahkan. Tapi, Persib lebih unggul karena hanya sekali ditahan imbang, sementara Arema dua kali. Selama persiapan menuju turnamen, hingga babak penyisihan, semifinal, dan final, ada banyak drama yang mengiringi perjalanan mereka. Berikut rangkuman dari bola.com:
1. Perseteruan lama Dejan Antonic dan Milomir Seslija
Dejan Antonic dan Milomir Seslija, dua pelatih asal Balkan menyimpan kisah persaingan mereka saat keduanya bersaing di Arema Indonesia (IPL) pada tahun 2012. Dejan menggantikan Mil, padahal saat itu Milo masih bersedia melatih Arema. Itu terjadi setelah ada perpecahan di tubuh Arema IPL sehingga manajemen merombak tim.
Akibat kejadian itu, Dejan dan Milo perang dingin selama tiga tahun. Hubungan Dejan dan Milo mencair pada Februari, saat keduanya bertemu di Bali dalam ajang Bali Island Cup 2016. Mereka mengobrol singkat saat bertemu dalam sesi latihan di lapangan Trisakti, Kuta.
Baca Juga
Dejan dan Milo kembali larut dalam duel panas Persib versus Arema dalam laga penentu juara Bali Island Cup, 23 Februari di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar. Arema menang tipis 1-0 lewat gol Srdan Lopicic. Hasil itu sekaligus mengantarkan Singo Edan juara untuk kedua kalinya. Duel keras sepanjang pertandingan memang tak terhindarkan. Tapi, pada akhir laga, kedua pelatih berpelukan.
2. Sama-sama kena sindir Bambang Nurdiansyah
Dejan Antonic dan Milomir Seslija sudah adem, mereka pun saling menganggap teman lama. Menariknya, kedua pelatih justru kena sindir pelatih PS Polri, Bambang Nurdiansyah, pada babak penyisihan Grup B. Itu terjadi setelah Milo terlibat adu mulut dengan mantan anak asuhnya, Kiko Insa yang kini membela Bali United.
Sebelum adu mulut dengan Kiko, Milo memang punya sedikit masalah dengan bek asal Spanyol itu. Kedatangan Milo ke Malang membuat Kiko dan kompatriotnya, Toni Mossi tersisih. Kiko yang sudah dikontrak lima tahun akhirnya dipinjamkan ke Bali United. Sementara, Toni Mossi merapat ke Madura United. Akibat pencoretan itu, Toni dan Kiko menyindir Milo di media sosial.
Sementara, kebiasaan Milo memprotes wasit dapat kritikan keras dari Banur. Banur menyebut Milo dan Dejan punya karakter sama, sering memprotes wasit. "Dia (Milo) dan pelatih Persib (Dejan Antonic), saya perhatikan banyak protes. Sepertinya pemain dan wasit kita ini tidak ada benarnya. Ini bangsa kita, dia yang cari makan di Indonesia, malah membodohkan kita," tegas Bambang Nurdiansyah.
Selanjutnya
3. Barisan mantan
Selalu saja ada drama saat seorang pemain melawan bekas klub. Dalam pertempuran Persib Bandung versus Arema Cronus terjadi ketika Samsul Arif dan Purwaka Yudhi merapat ke Bandung. Saat bentrok di Bali Island Cup, Samsul beberapa kali mendapat tekel keras dari bek Arema. Ia juga terlibat duel yang sarat emosi dengan kiper Arema, Kadek Wardana.
Sebenarnya, bila melihat barisan mantan pemain, duel Persib vs Sriwijaya FC lebih sarat emosi. Ada delapan mantan pemain Persib di tim Laskar Wong Kito. Mereka adalah Wildansyah, Asri Akbar, Hilton Moreira, Airlangga Sucipto, Firman Utina, Supardi Nasir, Muhamad Ridwan, dan Achmad Jufriyanto. Empat nama terakhir sukses membawa Persib juara ISL 2014 dan Piala Presiden 2015.
Akan tetapi, pengaruh delapan pemain itu tak terlalu terlihat dan kurang melibatkan emosi. Sementara, Samsul dan Purwaka yang tampil apik di Persib langsung mendapat tempat di hati bobotoh. Tak jarang, di media sosial masih ada perdebatan di antara bobotoh dan Aremania karena Samsul dan Purwaka memang jadi pujaan mereka saat membela Singo Edan. Tak sedikit pula yang menyebut Samsul-Purwaka sebagai pengkhianat.
4. Kesulitan menang dan cerita sedih di balik gol
Persib dan Arema menghadapi pertandingan sulit dalam babak semifinal. Sama-sama menjadi juara grup, mereka tak gampang melenggang ke final. Persib menang 1-0 atas Bali United, Rabu (30/3/2016) di Bandung, lewat gol Tantan hasil umpan Juan Carlos Belencoso.
Arema juga butuh pemecah kebuntuan dan pahlawan tunggal saat menekuk Sriwijaya FC, Kamis (31/3/2016) di Malang. Ahmad Alfarizi memastikan Arema ke final setelah membobol gawang Dian Agus. Uniknya, proses gol kedua tim hampir sama. Tantan menyundul bola hasil umpan sundulan Belencoso setelah terjadi kemelut akibat umpan David Laly. Gol Alfarizi juga terjadi dengan sundulan, setelah memanfaatkan tendangan sudur Srdan Lopicic.
Uniknya lagi, Persib dan Arema hampir saja menang 2-0 andai gol tak dianulir wasit. David Laly menjebol gawang Bali United, akan tetapi sebelum itu bola sudah dianggap keluar lapangan. Sementara, gol Alfarizi dianulir karena Juan Revi sudah dalam posisi off-side.
Ada cerita sedih di balik gol dramatis Tantan dan Alfarizi. Istri Tantan, Lina Marlina sakit dan tak bisa mendukung langsung suami tercinta. Di sisi lain, anak Alfarizi, Aliando juga sakit dan dirawat di RS Wafa, Kepanjen. Alfarizi juga mengalami meriang dan kelelahan setelah menjalani babak penyisihan grup di Bali.
Berikutnya
5. Gengsi antarsuporter
Sebenarnya tidak ada sejarah permusuhan akut antar pendukung Persib Bandung dan Arema. Selama kedua tim berlaga di ISL, bobotoh dan Aremania tak pernah bergesekan keras. Akan tetapi, akhir-akhir ini hubungan mereka sedikit memanas di media sosial. Seperti yang terjadi saat Bali Island Cup 2016, di mana kedua suporter saling berbalasan menyanyikan lagu sindiran.
Laga final Torabika Bhayangkara Cup di SUGBK akan menguji sejauh mana Aremania dan bobotoh dewasa. Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil dan Wali Kota Malang, M. Anton sudah berpesan kepada suporter agar menjaga persaudaraan dan tertib selama menonton pertandingan dan saat perjalanan.
Persaingan kedua suporter juga berlaku dalam jumlah. Panitia menyediakan 40 ribu lembar tiket untuk bobotoh dan 30 ribu untuk Aremania. Akan tetapi, diprediksi jumlah Aremania akan lebih banyak, mengingat banyak Aremania yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya. Dirigen Aremania, Yuli Sumpil mengatakan, jumlah Aremania yang ke Jakarta tidak terbatas.
"Yang diberangkatkan dari Malang sekitar 10 ribu, itu hanya separuh dan mungkin kurang karena yang berangkat ke Jakarta tidak hanya dari Malang," ungkap Yuli.
Apalagi, Aremania juga memiliki hubungan baik dengan suporter Persija Jakarta, Jakmania. Bahkan, salah satu suporter Arema berteriak akan membeli jatah tiket suporter Persib bila jumlah Aremania yang datang ke Jakarta melebihi kuota.
Memang, bagi Aremania, datanga ke Jakarta bak pulang ke rumah sendiri. Hal itu sudah terjadi sejak beberapa tahun silam. Saat Arema bertanding di Senayan, arek Malang bisa menguasai stadion. Seperti yang terjadi saat laga penentu Arema juara ISL 2009-2010, Aremania dan Jakmania mencetak rekor penonton terbanyak di ISL, yakni 80 ribu orang.