Kezia Santoso, Ratu Lintasan Gokar Bermental Baja

oleh Oka Akhsan diperbarui 04 Apr 2016, 15:00 WIB
Kezia Santoso selalu mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya, Yongliek Santoso dan Meniek Santoso. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Bola.com, Jakarta - Parasnya cantik khas cewek oriental. Kala berpose di depan kamera, gayanya pun bak foto model andal. Jika baru pertama kali bertemu, mungkin orang akan salah mengira Kezia Santoso adalah seorang model, aktris, atau penyanyi.

Namun, jangan tertipu penampilan luar Kezia. Di balik kepribadian yang ramah dan senyum manisnya, tersimpan kekuatan mental sekuat baja, modal pelaku olahraga yang memicu adrenalin.

Advertisement

Ya, Kezia Santoso adalah seorang pebalap gokar muda berbakat Indonesia. Setelah era Alexandra Asmasoebrata, tongkat estafet pebalap wanita di Tanah Air kini ada di tangan gadis berusia 17 tahun itu.

Kehadiran sosok kaum hawa seperti Kezia di trek balap mampu mengubah paradigma masyarakat awam soal dunia balap yang selama ini identik dengan laki-laki. Apalagi keberadaan cewek asal Solo, Jawa Tengah, itu di lintasan bukan cuma sebagai pemanis.

Kezia Santoso awalnya hanya mencoba-coba gokart rental pada tahun 2009. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Sederet prestasi membanggakan sudah banyak diukir Kezia dari level junior sampai senior, baik di tingkat nasional maupun level internasional. Kehebatan Kezia dalam adu kencang di sirkuit sudah mendapat pengakuan. Berkat kemampuan dan prestasinya, Kezia mendapat julukan Srikandi Gokar Indonesia.

"Sebagai pebalap wanita, terkadang saya suka diremehkan. Namun, saya tak pernah menggubris pandangan sebelah mata orang lain. Saya lebih memilih menjawab lewat prestasi. Kalau sudah pakai helm, semua pebalap sama. Tak ada lagi perbedaan. Di trek, faktor mental dan skill saja yang membedakan. Jadi wanita itu tak boleh lemah dan harus kuat baik fisik maupun mental," kata Kezia dalam wawancara santai dengan Bola.com di Jakarta.

Meski jago ngebut di trek, Kezia ternyata takut membawa mobil di jalanan Jakarta. Alasannya pun bukan khawatir ingin terus menginjak pedal gas.

"Jalan raya di Jakarta itu sangat ramai, apalagi banyak sepeda motor. Kalau mengendarai sepeda motor saya masih berani," ujar Kezia sambil tersenyum.

Cinta (bukan) pada Pandangan Pertama

Awal perkenalan Kezia dengan dunia balap tak seperti kisah sinetron di mana sang pemeran utama langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Wanita yang hobi travelling itu mengenal gokar secara tak sengaja lewat sang adik yang juga pebalap berbakat, Keanon Santoso.

"Saya pertama kali menjajal gokar saat duduk di kelas 6 SD pada 2009. Saat itu saya sering mengantar adik latihan di rental gokar di bilangan Kelapa Gading. Hampir setiap hari saya main ke sana. Awalnya saya sama sekali tak tertarik untuk mencoba. Namun, lama kelamaan setelah punya banyak teman di rental saya jadi penasaran. Saat ada ajang fun race, saya memutuskan ikut sampai akhirnya ketagihan," ujar Kezia.

Selain latihan di rental, siswi kelas XII Sekolah Global Sevilla Pulomas itu juga mengasah kemampuannya dengan berlatih di Sirkuit Gokar Sentul bersama Keanon. Setelah merasa punya modal yang cukup, Kezia ikut balapan gokar di kelas Mini Rok pada Juni 2010.

Kezia tak meraih prestasi secara instan. Awal kariernya sebagai pebalap tak mulus. Alih-alih jadi juara atau naik podium, dia lebih sering masuk finis di posisi belakang. Belum lagi ada gangguan cedera. Kezia pernah menepi selama tiga bulan dari trek karena retak tangan. Jelas bukan situasi yang ideal buat seorang pebalap yang baru meniti karier.

"Harus diakui setelah balapan saya memang sempat down. Namun, setelah bangun tidur keesokan harinya saya langsung melupakan kegagalan itu. Saya belajar dari kesalahan dan mencoba memperbaikinya dalam latihan. Tak pernah sekalipun terbersit dalam pikiran berhenti membalap," tutur Kezia.

Ya, segala rintangan itu tak membuat Kezia menyerah. Sebaliknya, dia tetap bersemangat dan menjadikan kegagalan demi kegagalan sebagai motivasi guna meraih hasil yang lebih baik. Kegigihan dan kerja keras Kezia mulai membuahkan hasil.

Prestasi fenomenal Kezia Santoso saat menjadi juara di kejuaraan AMC Asia Round 3 2013 Kelas Rotax Max Junior di Sirkuit Sepang, Malaysia. Kezia menjadi satu-satunya pebalap wanita yang pernah menjadi juara. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Potensi Kezia mulai keluar saat naik ke kelas rotax max junior pada 2011. Perlahan tapi pasti, Kezia mulai menancapkan kuku sebagai pebalap muda berbakat di Indonesia. Kenyang makan asam garam di kancah gokar nasional, Kezia pun mulai go internasional pada 2012. Kezia ambil bagian dalam beberapa kejuaraan balap gokar di Asia dan Eropa.

Keikutsertaan Kezia lagi-lagi juga bukan sekadar meramaikan. Ketika tampil di ajang Asian Max Challenge (AMC) 2013 ronde ketiga di Sirkuit Sepang, Malaysia, Kezia membuat sejarah. Turun di kelas Rotax Max Junior, Kezia keluar sebagai juara mengalahkan lawan-lawannya dari berbagai negara Asia yang mayoritas laki-laki.

"Itu merupakan momen paling berkesan sepanjang karier saya. Padahal saya baru ikut kejuaraan tingkat Asia dan sebelumnya tak pernah naik podium. Saya sangat bangga bisa membawa nama Indonesia di luar negeri. Apalagi saat itu balapan full grid dan lebih istimewa lagi yang saya kalahkan semuanya laki-laki. Saya senang sekali," kata Kezia.

Begitu pula saat bertarung di ajang Euro Max Challenge di Prancis pada tahun yang sama. Menghadapi lawan yang lebih agresif dan punya kualitas di atas rata-rata pebalap Asia, Kezia tak gentar. Berbekal mental yang kuat, Kezia pun lolos dari babak kualifikasi dan berhak tampil di balapan utama. Dia memang tak meraih podium. Namun, Kezia mendapat banyak pengalaman berharga dari ajang tersebut.

Transisi yang mulus membuat Kezia tak kesulitan saat naik kelas ke level senior pada 2014. Dia langsung bisa bersaing dengan para pebalap yang lebih berpengalaman dan kerap naik podium di ajang balap gokart bergengsi nasional seperti Rotax Max Challenge Indonesia dan Kejurnas Gokar Eshark. Bahkan tak jarang dia bersanding dengan sang adik Keanon di podium.

2 dari 2 halaman

2

Kezia Santoso, pebalap wanita Indonesia yang sudah mengukir banyak prestasi di ajang balap gokart nasional maupun internasional sehingga dijuluki Srikandi Gokart Indonesia. (Bola.com/Samsul Hadi/Vitalis Yogi Trisna)

Peran Keluarga, Idola, dan Fans

Prestasi Kezia di lintasan tak lepas dari peran keluarga, terutama kedua orang tuanya, Yongliek Santoso dan Menik Indah Susanti. Kezia mengaku merasa beruntung karena pilihan kariernya sebagai pebalap mendapat dukungan penuh dari ayah dan ibunya, baik secara moral maupun material.

"Di luar trek saya dekat dengan mami. Namun, kalau sudah di lintasan saya lebih dekat dengan papi. Papi tak cuma mantau tapi juga memberikan tips balapan. Bisa dibilang keluarga kami disatukan oleh balap. Adik saya yang pertama (Keanon) sudah jadi pebalap dan yang kedua (Kealton Santoso) baru mulai latihan. Sabtu-Minggu kami sekeluarga berkumpul di trek," kata Kezia.

Kezia begitu dekat dengan kedua adiknya, terutama Keanon. Mereka sering saling bantu kalau sudah menjurus dalam urusan balap. Namun, kalau sudah satu lintasan, terkadang status mereka sebagai kakak-adik terlupakan.

Kezia Santoso berpose dengan sang bunda, Meniek Santoso

"Kami pernah berantem gara-gara senggolan saat balapan. Kalau sudah begitu orang tua biasanya membiarkan kami beradu argumen. Namun, karena saudara marahannya tak lama. Setelah emosi mereda, ya kami baikan lagi," ujar Kezia.

Sosok lain yang menginspirasi Kezia sehingga bisa tetap bertahan di dunia balap adalah Rio Haryanto. Kezia mengagumi Rio bukan hanya karena pebalap F1 pertama dari Indonesia itu saudara sepupunya.

"Pebalap idola saya itu Rio Haryanto. Kami sama-sama dari Solo dan punya hubungan yang cukup dekat meski jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. Saya menjadikan Rio sebagai panutan karena tahu kerja keras dia dari awal hingga bisa jadi pebalap F1. Semangat dan dedikasinya layak dicontoh dan dijadikan inspirasi. Selain itu, kepribadian Rio juga bagus. Dia orangnya tetap rendah hati meski sudah terkenal. Wajar jika dia begitu dicintai fans," kata Kezia.

Kezia punya hubungan dekat dengan para pebalap lain. Meski rival di trek, saat selepas balapan mereka tetap sahabat.

"Kami dekat karena umurnya tak beda jauh. Maklum setiap pekan kami ketemu terus, dari latihan sampai balapan. Di trek kami pesaing, tapi di luar kami berteman. Biasanya kami sering jalan bareng buat makan di luar atau nonton," tutur Kezia.

Berwajah cantik dan berprestasi, wajar jika Kezia punya banyak penggemar. Dia pun bersyukur karena memiliki fans yang perhatian. Dukungan dari mereka membuat Kezia terus bersemangat dalam menggapai cita-cita tertinggi sebagai pebalap.

"Saya cukup aktif di media sosial seperti Instagram dan Facebook. Terkadang kalau ada waktu saya suka membaca pesan dari fans. Ucapan semangat dari mereka membuat saya menjadi termotivasi untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi ke depannya," kata Kezia.

Impian sebagai Pebalap

Kezia membutuhkan suntikan motivasi untuk menjaga semangat dalam diri tetap berkobar. Maklum, kehidupannya super sibuk. Selain sekolah, dia juga mesti latihan. Latihan fisik dilakukan seminggu dua kali bersama pelatih fisik yang juga menangani Rio Haryanto, Dennis van Rhee. Untuk teknik, Kezia berlatih setiap akhir pekan di Sentul dari pagi sampai sore hari.

Sejak kecil, waktu Kezia sudah tersita untuk mengejar karier dan sekolah. Dia hampir tak punya waktu untuk bermain layaknya teman-teman sebayanya. Meski demikian, Kezia tak pernah merasa kehilangan kebahagiaan masa kecil apalagi menyesali pilihan jalan hidupnya.

"Saya masih bisa pergi dengan teman-teman saat malam Minggu. Selain itu, di trek juga saya punya banyak teman. Jadi, saya enjoy terus. Mengatur waktu buat latihan dan belajar pun tak ada masalah. Selama ini keduanya bisa berjalan beriringan. Hanya, kalau habis ikut kejuaraan di luar negeri saya suka izin. Beruntung, sekolah mendukung," kata Kezia.

Kezia Santoso berharap karier balapnya bisa sampai ke kelas yang tertinggi. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Kezia sadar tak selamanya jadi pebalap. Karena itu, dia selalu mengutamakan pendidikan. Dia ingin menuntut ilmu setinggi mungkin. Rencananya, dia melanjutkan studi sekaligus meneruskan karier balap di luar negeri.

"Setelah lulus SMA, saya ingin melanjutkan kuliah di Belanda. Namun, balapan juga tetap jalan. Jika sudah bisa mengatur jadwal dengan baik, saya akan mengikuti kejuaraan balap di sana. Saya memang tak bisa lama-lama tak balapan," kata Kezia.

Lalu, apa impian tertinggi Kezia sebagai pebalap? Apakah ingin menjadi pebalap F1 seperti sang idola Rio Haryanto?

"Saya tak mau muluk-muluk ingin jadi pebalap F1. Saat ini saya masih fokus di gokart dan akan mengikuti berbagai kejuaraan nasional dan tingkat Asia. Tapi ke depannya saya ingin mencoba ajang balap lain. Tahun ini rencananya saya ikut tes balap formula 4 di Malaysia. Doakan semoga kesampaian," tutur Kezia.