Bola.com, Jakarta - “Offence wins tickets, while defence wins titles”. Ungkapan ini kembali terbukti benar dengan keluarnya Arema Cronus sebagai juara Torabika Bhayangkara Cup 2016. Sudah jadi rahasia umum bahwa salah satu kekuatan Singo Edan terletak di pertahanan yang sukar ditembus. Arema hanya kebobolan 1 gol sepanjang turnamen.
Secara statistik, sangat terlihat bagaimana susahnya tim-tim lawan untuk melepaskan tembakan akurat ke gawang Kurnia Meiga dan Kadek Wardana. Rata-rata, tim lawan hanya melepaskan 2 tembakan tepat sasaran ke gawang Arema. Dari 6 lawan yang dihadapi, Persipura yang paling banyak mengarahkan tembakan ke gawang (5).
Arema sangat konsisten dalam hal statistik bertahan. Untuk rataan tekel (36,5), intersep (19,5), dan pelanggaran (15,3), Arema selalu berada di peringkat 3 besar. Dengan tingginya angka-angka tersebut, wajar apabila tim lawan kesulitan menyusun serangan untuk sekedar masuk ke sepertiga area bertahan Hamka Hamzah dkk.
Baca Juga
Memang, akurasi tekel Arema tidak terlalu mengesankan, hanya mencapai (56%). Namun, tingginya jumlah tekel gagal (96) itu sendiri menunjukkan adanya pressing ketat dari para punggawa Singo Edan ketika lawan menguasai bola. Jumlah pelanggaran yang cukup tinggi menunjukkan beberapa tekel gagal yang dilakukan tidak berakhir sia-sia. Ketika tendangan bebas terjadi, lini tengah punya kesempatan untuk turun dan membantu organisasi pertahanan.
Lini tengah Arema punya peran vital dalam membantu pertahanan. Meski secara tim punya rataan tekel tinggi, namun dari 10 besar pemain yang memiliki rataan tekel tertinggi, tidak ada satupun nama pemain Arema di sana. Nama Ryuji Utomo (4,67), Hendro Siswanto (4,67), dan Esteban Vizcarra (4,5) baru muncul di bawahnya.
Angka yang berdekatan mengindikasikan tugas merebut bola terbagi merata untuk 11 pemain Arema yang tampil di lapangan. Selain itu, keberadaan Vizcarra membuktikan bahwa pergerakan duo sayap Arema yang sering bergerak dari sayap ke tengah untuk mempersempit area permainan lawan ternyata berjalan efektif.
Lini tengah menjadi semacam tembok awal yang kokoh bagi lawan. Sebagai informasi tambahan, Vizcarra adalah pemain Arema yang punya rataan pelanggaran tertinggi (2), sementara Hendro menjadi gelandang dengan rataan intersep (2.67) terbaik ketiga di turnamen.
Adanya petarung bola dari lini tengah seperti Vizcarra dan Hendro memudahkan bek-bek Arema untuk memposisikan diri dan memotong umpan pemain lawan yang terdesak pressing lini tengah. Hasilnya, Goran Gancev sukses melakukan 3 intersep per laga.
Kalaupun lawan memutuskan untuk bermain umpan jauh maupun menyerang lewat sayap langsung ke kotak penalti, masih ada Kadek Wardana (3) maupun Hamka Hamzah (2.8) yang memiliki rataan intersep terbaik setelah Goran. Bek sayap sepertinya hanya perlu memojokkan pemain lawan untuk memastikan lawan kesulitan melepaskan umpan akurat.
Strategi yang disusun Milomir Seslija ini membuat setiap lawan Arema serba salah dalam melakukan serangan. Tidak heran jika tim kebanggaan masyarakat Malang ini akhirnya keluar sebagai kampiun.