Bola.com, Jakarta - Sriwijaya FC pertama kali meramaikan kompetisi kasta tertinggi di Tanah Air tahun 2004. Tim berjulukan Laskar Wong Kito untuk pertama kali bermain di Palembang setelah mengakuisisi Persijatim Solo FC.
Kala itu, proses pembelian klub yang awalnya memiliki nama Persijatim Jakarta Timur dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, saat masih dipimpin oleh Gubernur, Syahrial Oesman. Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan oleh Syahrial dan pemilik Persijatim Solo FC, Muhammad Zein pada 23 Oktober 2004.
Baca Juga
Setelah proses akuisisi beres, Sriwijaya FC kemudian meramaikan kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia. Namun, tak seperti sekarang, Sriwijaya saat itu lebih banyak berkutat di zona papan tengah. Kondisi itu berlangsung selama tiga musim sebelum akhirnya salah satu pelatih top di Indonesia, Rahmad Darmawan ditunjuk sebagai pelatih tahun 2007.
RD, sapaan akrab Rahmad, didatangkan manajemen Sriwijaya FC dari tim ibu kota, Persija Jakarta. Bersama pelatih asal Metro, Lampung, klub yang bermarkas di Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring itu merasakan masa keemasannya.
Rahmad yang dibekali pemain kelas satu macam Christian Warobay, Zah Rahan, Christian Lenglolo, dan Keith Kayamba Gumbs berhasil mengawinkan dua gelar, Divisi Utama Liga Indonesia dan Piala Indonesia musim 2007-2008 pada musim pertamanya.
Musim berikutnya, Rahmad memang gagal membawa Sriwijaya mempertahankan gelar Liga Super Indonesia dan harus rela jadi juru kunci di penyisihan grup Liga Champions Asia. Meski begitu, manajemen tim masih bisa tersenyum karena anak asuh Rahmad tetap mampu membawa pulang gelar Piala Indonesia tahun 2009. Gelar yang sama kembali di bawa Rahmad ke Palembang tahun 2010.
Setelah ditinggal RD, Sriwijaya FC harus menunggu selama dua musim untuk kembali membawa gelar prestisius ke bumi Sriwijaya. Pada 2012, bersama pelatih asal Solo, Kashartadi, Laskar Wong Kito kembali menjadi yang terbaik dalam kompetisi dengan format satu wilayah. Momen juara itu belum mampu diulangi Sriwijaya FC sampai dengan saat ini.
Musim ini, Sriwijaya FC sedang mencoba membangun kembali tim yang bisa bersaing dalam perebutan gelar juara di Indonesia Soccer Championship A 2016. Para pemain bintang seperti Beto Goncalves, Hilton Moreira, Firman Utina, Yu Hyun-koo, Achmad Jufriyanto, dan yang paling gres, Eka Ramdani, didatangkan manajemen demi mewujudkan target tersebut.
Skuat yang dihuni para pemain bintang itu juga sudah mulai unjuk gigi dengan finis di peringkat tiga dalam dua turnamen terakhir, Piala Gubernur Kaltim dan Piala Bhayangkara 2016. Bahkan, Beto berhasil menempatkan dirinya sebagai top scorer di dua turnamen tersebut
Namun demikian, persiapan SFC menyambut turnamen jangka panjang ISC A 2016 mengalami sedikit kendala dengan adanya pergantian pelatih dari Benny Dollo ke Widodo Cahyono Putro. Maklum, pergantian pelatih ini terjadi hanya dua pekan jelang kick off ISC A 2016. Jika transisi dari Bendol ke Widodo berjalan mulus, target juara di Torabika Soccer Championship 2016 2016 bukan hanya sekadar angan-angan belaka.
Data Klub
Berdiri : 1976 (Persijatim Jakarta Timur)
Stadion : Gelora Sriwijaya Jakabaring
Prestasi: Juara Liga Indonesia 2008 dan 2012, Piala Indonesia 2008, 2009, dan 2010, Inter Island 2010, 2012, Community Shield 2010
Daftar Pemain
Kiper: Dian Agus Prasetyo, Yogi Triana
Belakang: Fachrudin Aryanto, Thierry Gathuessi, Ahmad Jufriyanto, Ngurah Wahyu Trisnajaya, Zalnando, Syaiful Indra Cahya, Supardi Nasir
Tengah: Ichsan Kurniawan, Hapit Ibrahim, Muhammad Ridwan, Yohanis Nabar, Firman Utina, Manda Cingi, Eka Ramdani, Amirul Mukminin
Depan: T.A Musafry, Airlangga Sucipto, Hilton Moreira, Alberto Goncalves
Bintang
BINTANG: ALBERTO GONCALVES
Striker asal Brasil, Beto Goncalves baru sekitar tiga bulan berkostum Sriwijaya FC. Meski terbilang singkat, kehadiran mantan pemain Penang FA itu terbukti memberikan dampak signifikan di lini depan Laskar Wong Kito.
Bukti itu bisa dilihat dari keberhasilan striker gaek berusia 35 tahun menjadi top scorer di Piala Gubernur Kaltim dan Piala Bhayangkara. Di Piala Gubernur Kaltim, Beto sukses mengemas 5 gol dan 3 gol di Piala Bhayangkara, bersanding dengan striker Persib Bandung, Samsul Arif Munip.
Ketajaman yang diperlihatkan Beto memang tidak terlalu mengejutkan. Meski, harus diakui performa mantan pemain Persipura Jayapura dan Arema Cronus itu tidak terlalu mengesankan saat memperkuat klub Malaysia, Penang FA.
Saat mengantarkan Penang FA promosi ke Malaysia Super League musim lalu, Beto hanya mencetak lima gol selama satu musim. Minimnya gol dari top scorer Indonesia Super League musim 2011-12 membuat dirinya terdepak dari skuat Penang FA.
"Ketajaman Beto tidak perlu diragukan lagi oleh siapapun. Namun, di Malaysia situasinya berbeda karena dia kesulitan untuk mencetak gol ke gawang lawan," kata Jacksen F. Tiago, pelatih Penang FA yang sedang diistirahatkan soal alasannya melepas sang pemain.
Dicoretnya Beto dari skuat Penang menjadi berkah bagi Laskar Wong Kito yang langsung mengontrak sang pemain untuk menghadapi Indonesia Soccer Championship (ISC) A 2016. Berbeda dengan kisah petualangannya di Negeri Jiran, Beto justru begitu berbahaya bersama Sriwijaya FC
Produktivitas Beto bersama Sriwijaya juga diprediksi akan semakin meningkat seiring kehadiran, Hilton Moreira. Keduanya pemain ini sudah saling mengenal karena pernah main bareng di Penang FA.
Selama berkarier di Indonesia sejak 2007, Beto juga dikenal sebagai pemain yang berbahaya saat berada di kotak penalti lawan. Bersama Persipura, ia mencetak lebih dari 70 gol dan ikut andil mengantarkan tim Mutiara Hitam merengkuh gelar Indonesia Super League 2008-2009.
Insting golnya yang tinggi juga tetap terlihat saat semusim memperkuat Arema pada 2012. Kala itu, pemain bernama lengkap Alberto Goncalves Da Costa mencetak 17 gol bagi tim Singo Edan.
Pelatih
PELATIH: WIDODO C. PUTRO
Dipilihnya Widodo Cahyono Putro sebagai pelatih anyar Sriwijaya FC terbilang mengejutkan. Selain minim pengalaman menangani tim papan atas, Widodo juga hanya punya waktu yang sedikit untuk mempersiapkan tim menghadapi ISC A 2016.
Situasi ini jelas tak menguntungkan bagi Sriwijaya FC dan Widodo. Meski, mantan pelatih Gresik United itu punya kapabilitas karena termasuk dalam deretan salah satu pemain muda berbakat di Tanah Air.
Soal dipilihnya Widodo, manajemen Laskar Wong Kito mempunyai alasan kuat. Mantan pelatih timnas U-21 tidak memiliki rencana untuk merombak skuat yang ditinggalkan pelatih berpengalaman, Benny Dollo.
Meski gagal juara di Piala Gubernur Kaltim dan Piala Bhayangkara, materi pemain Sriwijaya FC memang terhitung kelas satu. Di skuat dua kali juara Liga Indonesia bercokol nama Alberto Goncalves, Hilton Moreira, Firman Utina, Eka Ramdani, dan Achmad Jufriyanto.
"Kami tidak ingin pelatih melakukan perombakan tim mengingat tidak cukup waktu lagi untuk merombak tim. Widodo melanjutkan yang sudah ada, tidak merombak total tim Sriwijaya FC," ucap Muchendi Mazarekki, Direktur Teknik Sriwijaya.
Bicara jejak rekam sebagai pelatih, Widodo lebih banyak menghabiskan waktu sebagai pelatih di timnas ketimbang klub. Ia sempat menjadi asisten pelatih timnas senior, timnas U-23, dan menjadi pelatih kepala timnas U-21.
Prestasi terbaiknya sebagai pelatih terjadi saat mengantarkan timnas U-21 finis sebagai runner up di turnamen Sultan Hassanal Bolkiah tahun 2012.
Sementara untuk level klub, Widodo belum mampu mencatatkan prestasi yang mengesankan. Mantan pemain yang pernah dinobatkan sebagai pencetak gol terbaik di Piala Asia 1996 itu hanya dipercaya menangani tim-tim papan tengah.
Maka itu, keputusan manajemen Sriwijaya mempercayakan posisi pelatih kepada Widodo menjadi ujian terbesar bagi salah satu striker terbaik yang pernah dimiliki Indonesia ini.