Bola.com, Singapura - Sony Dwi Kuncoro menunggu dengan sabar saat pemain Korea Selatan, Son Wan Ho, mengajukan challenge atau protes atas poin penentu kemenangannya pada babak final Singapura Terbuka Super Series 2016 di Singapore Indoor Stadium, Minggu (17/4/2016). Sesuai aturan, wasit akan memutarkan tayangan ulang yang berupa video, grafis, atau animasi untuk melihat posisi jatuh bola.
Hasilnya tak berubah. Shuttlecock itu memang masuk dan Sony dipastikan merebut gelar juara di ajang super series tersebut dengan skor 21-16, 13-21, 21-14.
Baca Juga
Pria berusia 31 tahun itu kemudian dengan emosional merayakan kemenangan yang sudah lama dinanti-nantikannya. Setelah enam tahun, Sony akhirnya bisa kembali merasakan indahnya memenangi gelar di level super series. Tak lama berselang, Sony menghampiri perempuan berjaket pink yang duduk di pinggir lapangan. Keduanya kemudian berpelukan sembari tersenyum bahagia.
Perempuan berjaket warna pink dan berambut panjang tersebut selalu hadir setiap kali Sony bertanding. Namanya Gading Safitri. Dia merupakan istri Sony. Namun, statusnya bukan hanya istri, melainkan juga pelatih sekaligus manajer sang pemain.
Gading bukan manajer dan pelatih biasa. Wanita cantik tersebut juga menjadi salah satu inspirasi Sony untuk bangkit dari masa keterpurukan. Dukungan tak kenal lelah dari sang istri berhasil membuat Sony menemukan cahaya terang di ujung terowongan gelap yang dilaluinya selama hampir dua tahun terakhir ini.
Ya, Sony memang sempat mengalami masa-masa sangat sulit setelah mendapati dirinya dicoret dari Pelatnas PBSI pada Juni 2014 karena dianggap sudah tak bisa berkembang.
“Setelah meninggalkan pelatnas, saya merasa terpukul karena merasa masih bisa bermain bagus, tapi harus meninggalkan pelatnas. Saya merasa shock. Saya berusaha sebaik mungkin menemukan permainan terbaik, tetapi feeling terhadap pertandingan dan latihan telah hilang,” ujar Sony, seperti dilansir Badzine, seusai final Singapura Terbuka 2016.
Bermain hingga Usia 35 Tahun
Sony Dwi Kuncoro mengaku butuh waktu lama untuk memulihkan diri dari situasi sulit tersebut. Namun, dia merasa beruntung bisa melewati masa-masa itu. Hal itu tak lepas dari peran seseorang yang sangat penting dalam hidupnya, yaitu sang istri, Gading Safitri.
“Saya butuh waktu panjang, hampir setahun, untuk pulih. Akhirnya saya bisa menang di berbagai tingkat seperti level Challenge, Grand Prix, dan Super Series,” beber Sony.
“Itu semua berkat dukungan dari keluarga saya dan istri yang juga merangkap pelatih dan manajer saya. Saya hanya ingin berterima kasih kepada istri saya dan mempersembahkan titel ini sebagai hadiah untuknya yang hanya bekerja untuk menemani saya berlatih,” imbuh pria yang tinggal di Surabaya tersebut.
Selama berkarier di dunia bulutangkis, Sony telah mengoleksi berbagai gelar bergengsi, di antaranya lima titel super series dan medali perunggu di Olimpiade Athena 2004. Namun, Sony yang kini berusia 31 tahun belum ingin berhenti. Gelar di Singapura Terbuka justru melecutnya terus berprestasi meski usianya tak lagi muda.
“Melihat pemain seperti Lin Dan, Lee Chong Wei dan pemain lain yang seusia atau lebih tua dibanding saya, membuat saya terinspirasi. Sebelumnya, saya pernah selevel atau malah lebih baik daripada mereka. Jika mereka bisa melakukannya, mengapa saya tidak? Itu memberi motivasi kepada saya. Jika Anda mau bekerja keras, pasti ada kesempatan,” kata pebulutangkis berpostur 174 cm tersebut.
“Sepanjang masih punya motivasi kuat untuk berlatih dan bermain, saya merasa bisa bermain hingga usia 35 tahun. Banyak contohnya seperti Lee Hyun Il dan Boonsak Ponsana. Saya berharap bisa memenangi lebih banyak turnamen setelah ini,” sambung Sony Dwi Kuncoro.