Bola.com, Jakarta - Pebalap Indonesia mulai unjuk gigi di kancah balap mobil Internasional. Selain Rio Haryanto yang tampil pada ajang F1, ada juga nama Sean Gelael dan Philo Paz Armand yang bakal bertarung pada ajang GP2.
Baca Juga
Nama terakhir yang disebutkan mungkin masih terdengar asing di telinga pencinta olahraga balap mobil di Indonesia. Philo memang belum setenar Rio atau Sean. Namun, kemampuan dan ambisinya tak kalah dibanding dua rekannya itu.
Sebenarnya pebalap berusia 19 tahun itu bukan nama baru dalam dunia otomotif. Philo sudah beberapa tahun berkecimpung dalam olahraga yang memacu adrenalin tersebut.
Dia pun sudah mengenal dunia balap sejak usianya 12 tahun. "Saya pertama kali kenal balap karena diajak papa. Dulu papa memang suka balap, jadi dia membawa saya ke dunia balap dan saya pertama kali ikut balap pada usia 12 tahun," cerita Philo kepada Bola.com, belum lama ini.
"Mulai balap pertama kali di gokar, waktu itu di Sentul. Baru satu bulan terjun di balap, saya langsung ikut kejuaraan," tambahnya.
Berawal dari gokar, Philo kemudian terjun dalam beberapa kejuaraan internasional. Sebut saja Formula Renault 2.0 BARC Winter Series, Formula Renault 2.0 NEC, Formula Renault 2.0 Alps, Eurocup Formula Renault 2.0, dan Formula Renault 3.5 World Series.
Dari sekian balapan yang dilakoni, momen yang menurut Philo tak akan pernah terlupakan adalah turun di Sirkuit Monte Carlo di Monaco pada ajang Formula Renault 3.5 World Series 2015. Dia mengaku akan selalu terkenang momen di mana dia keluar pit di sirkuit tersebut untuk pertama kalinya.
"Itu lumayan kaget. Dari kecil kalau nonton F1, trek yang paling wow adalah Monte Carlo. Selama ini hanya lihat di televisi atau saat main playstation. Sampai akhirnya bisa balapan di sana rasanya luar biasa," ungkap Philo.
Mulai dari Sebatas Hobi
Cerita menarik tersaji pada awal karier Philo dalam dunia balap mobil single seater. Berawal dari ajakan sang papa, dia kemudian mulai menemukan "keterikatan" terhadap olahraga ini.
Memang pada awalnya hanya sebatas hobi saja. Namun, setelah melewati beberapa momen, pebalap kelahiran Jakarta ini mulai serius untuk menekuninya.
"Pertama cuma sebatas mengikuti apa yang disuruh papa, namun lama-lama suka sendiri dan menjadi hobi. Kemudian menjadi serius. Pada 2009, saya merebut gelar juara nasional, terus saya pindah ke Eropa untuk ikut ajang gokar. Sampai pada titik itu, saya berpikir ini tidak bisa disebut sekedar hobi lagi, lalu diputuskan untuk diseriusi menjadi sebuah karier," ujar Philo.
Pindah ke Eropa, tepatnya di Verona, Italia, bisa dibilang menjadi titik awal karier Philo. Di sana dia banyak belajar, tak hanya soal balap tapi juga soal mental.
Philo mengaku keputusan untuk hijrah ke Eropa bukanlah kehendaknya. Namun, demi menekuni karier balapnya, rekan dekat Sean ini rela untuk mandiri di negeri orang.
"Itu tak bisa dibilang kehendak sendiri karena saya masih berusia 13 tahun. Dulu papa bilang kalau mau serius, pindah ke Eropa dan tekuni balap di sana. Jadi pilihannya serius balap atau cuma hobi. Saya memilih untuk serius, jadi saya pindah ke sana," cerita Philo.
Tinggal di Eropa tanpa didampingi keluarga jelas menjadi hal yang berat untuk dihadapi Philo pada usia tersebut. Jauh dari orang tua membuat Philo sempat takut. Namun lambat laun, semuanya bisa teratasi.
"Kesulitannya jauh dari orang tua. Memang papa waktu baru pindah ke Eropa sempat tinggal di sana satu dua bulan. Cuma setelah itu saya mulai sendiri. Saya belajar mandiri saja, mandiri saat kecil," ujar Philo.
"Dulu sering ingin pulang kembali ke rumah. Kalau sudah lama di sini lalu dalam waktu singkat pindah ke sana begitu terasa kaget, tapi lama-lama akhirnya bisa saya atasi," imbuhnya.
Antara Basket dan Balap
Sebelum memilih serius terjun ke dunia balap, Philo sempat bimbang. Layaknya seorang bocah, dia masih labil dalam memutuskan apa yang menjadi tujuannya.
Pebalap bukan satu di antara beberapa bidang yang terlintas di pikiran Philo. Menjadi pemain basket mungkin menjadi pekerjaan yang lebih menarik buatnya kala itu. Apalagi saat itu dia memang aktif bermain basket.
"Lalu papa ajak balap mulai hobi dari serius. Dulu saya masih aktif di basket dan balap. Kemudian disuruh memilih antara basket atau balap, saya pilih balap," ungkapnya.
Lantas kenapa memilih balap? "Lebih menantang adrenalin. Basket memang olahraga yang cukup keras, tapi kalau balap lebih menantang adrenalin," tutur Philo.
Pilihan yang akhirnya dijalani dengan sepenuh hati oleh Philo. Tak ada keraguan, misinya kini cuma satu, menjadi pebalap hebat dalam olahraga balap mobil single seater.
Meski fokusnya di dunia balap, Philo tak ingin kehilangan masa mudanya. Diakui pria bernama lengkap Philo Paz Patric Armand waktu untuk bersenang-senang menjadi terbatas, namun bukan berarti balap mengekang kehidupan masa mudanya.
"Pasti terbatas. Cuma tidak seketat seperti yang orang bayangkan. Ini semua tergantung cara mengatur waktu. Saya pikir selama melakukan pekerjaan Anda dan fokus, Anda bisa mengatur waktu untuk menikmati hidup dan bergaul dengan orang lain," tutur Philo.
2
Merangkai Mimpi Menuju F1
Fokus utama Philo saat ini adalah mengejar target tampil di F1. Ambisi yang sudah dia bangun sejak tampil pada ajang gokar.
Namun, Philo enggan memikirkan target itu sekarang. Dia ingin menjalaninya tahap demi tahap. Pertama adalah menyelesaikan tugasnya sebagai pebalap tim GP2, Trident Racing, dengan baik.
"Sekarang saya ingin berpikir soal target sekarang dulu, race by race. Untuk ke depannya nanti dulu. Karier dalam balap, sama seperti balapan sendiri. Kita tidak tahu kesempatan apa yang akan datang, atau hal apa yang akan hilang," ucap Philo.
"Saya pikir harus dijalani tahap per tahap. Jelas mimpi ke F1 itu ada. Sebenarnya saya tidak terlalu suka F1. Saya suka balap single seater, kelas paling atas F1, jadi targetnya F1," tambahnya.
Sebelum menatap F1, Philo ingin menyelesaikan tugasnya sebagai pebalap GP2 terlebih dulu. Ya, Philo ingin menunjukkan kepada publik bahwa dirinya memang layak untuk tampil pada ajang F1. Caranya jelas, dengan mencetak prestasi.
Lantas apa target Philo bersama Trident musim ini? "Target untuk setengah tahun pertama adalah konsisten di top 12 hingga top 15. Itu target yang realistis. Jika saya bisa capai tujuan itu, baru saya akan menentukan target berikutnya. Untuk sekarang saya fokus ke target itu dulu," ujarnya.
Peran Besar Orang Tua
Jelas Philo tak akan mampu mengejar mimpi itu sendiri. Dia butuh banyak dukungan dari semua pihak, terutama orang tua.
Beruntung bagi Philo, orang tuanya, Maxwell Armand Oktoselja dan Jenifer Supit, begitu mendukung. Keduanya, khususnya sang papa, justru mendorongnya untuk serius menggeluti bidang ini.
"Orang yang paling berperan dalam karier saya jelas orang tua. Mereka yang selalu mendukung saya sejak pertama. Waktu dari kecil saya selalu ingin menjadi ini, itu, namun mereka tetap mendukung. Mereka sangat membantu saya," ucap Philo.
Philo mengatakan kedua orang tuanya tak pernah menekan dalam hal mengambil keputusan. Maxwell dan Jenifer percaya penuh kepada sang anak untuk menentukan langkahnya.
Lantas bagaimana Philo dalam menumbuhkan motivasi dalam dirinya? "Jika orang mau sesuatu dan itu yang ingin dia dapatkan, dia tak akan kehilangan motivasi. Meski setiap hari melakukan hal yang sama, intinya fokus saja ke hal apa yang diinginkan," jawabnya.
Soal Rio dan Harapan buat Motorsport Tanah Air
Sekali lagi, fokus Philo adalah menjadi pebalap hebat. Dia tentunya ingin seperti Rio Haryanto, pebalap Indonesia pertama yang tampil pada ajang F1. Dia ingin seperti Rio, pebalap yang membuat Indonesia kini mendapat sorotan dunia.
Philo mengakui Rio telah memberikan jalan buat pebalap Indonesia untuk bisa mengikuti jejaknya. Kesuksesan pebalap Manor Racing tersebut membuktikan tampil di F1 buat pebalap Indonesia bukan hal mustahil.
"Dia pebalap Indonesia pertama di F1. Dia membuka pintu untuk pebalap Indonesia lainnya untuk ke F1. Saya hanya bisa mengatakan semoga berhasil, lakukan yang terbaik untuk menunjukkan dunia bahwa Indonesia bisa bersaing," kata Philo.
Philo juga melihat kesuksesan Rio sebagai bukti dunia motorsport di Indonesia sudah berkembang pesat. Dia pun mengaku senang olahraga balap di Tanah Air mulai bangkit dan menunjukkan eksistensinya di kancah internasiona.
"Semoga apa yang ada sekarang bisa diteruskan. Tentu kita ingin terus berkembang setiap tahunnya. Apalagi Indonesia sudah dilihat dunia," ujarnya.
"Selain itu, Indonesia juga harus membangun lebih banyak trek agar lebih memudahkan orang bisa masuk ke dunia balap, apalagi single seater. Menurut saya trek yang diketahui cuma Sentul, kalau ada Sentul lain di semua daerah jelas akan lebih baik," tambah Philo Paz Armand.