Bola.com, Jakarta - Profesi sebagai wasit selalu penuh dengan tantangan. Hal itu diakui sang pengadil pada final Torabika Bhayangkara Cup 2016, Nusur Fadilah.
Maklum, tak semua pihak merasa puas dengan keputusan yang diambil korps baju hitam dalam sebuah pertandingan. Pengalaman itu pula yang dirasakan Nusur saat bertugas memimpin laga Torabika Bhayangkara Cup, 3 April 2016.
Pada laga final antara Arema Cronus melawan Persib Bandung, Nusur menerima banyak protes terkait kepemimpinannya di lapangan. Mulai dari pelatih hingga pemain merasa tidak puas dengan kinerja wasit asal Jakarta Pusat ini.
Baca Juga
Tantangan pada laga final itu justru membuat Nusur semakin yakin dengan pilihannya menjadi wasit. Pria yang mengantongi lisensi C1 Nasional itu memang ingin menekuni profesi wasit karena dorongan pribadi dan keluarga.
Ditemui bola.com di Lapangan Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, Selasa (19/4/2016), Nusur bercerita tentang keinginannya menjadi wasit sampai pertandingan terbaik yang pernah ia pimpin. Berikut petikan wawancara dengan wasit yang pernah membela Persijatim Jakarta Timur U-18 ini:
Bagaimana persiapan Anda untuk memimpin pertandingan Torabika Soccer Championship presented by IM3 Ooredoo?
Saya terus berlatih dan mengasah kemampuan saya tentang pemahaman pertandingan karena tugas utama seorang wasit adalah terus berlatih dan belajar untuk memperbaiki kekurangan.
Apa yang membuat Anda memilih untuk menekuni profesi sebagai wasit?
Sebelumnya saya adalah pemain sepak bola. Saya besar dari SSB Bina Taruna dan pernah memperkuat tim juara Persijatim Jakarta Timur U-18 di ajang Piala Soeratin 2000. Saya juga pernah memperkuat klub Divisi 2, Citra Muda. Namun, karena faktor usia akhirnya saya memutuskan untuk menjadi wasit.
Keluarga saya adalah keluarga wasit. Tiga adik saya adalah wasit dari Pengcab Jakarta Timur sedangkan saya wasit Pengcab Jakarta Pusat. Sedangkan ayah saya juga pernah jadi wasit tapi tak sampai skala nasional.
Selama ini pernah punya kendala dalam menjalankan tugas sebagai wasit?
Ada. Tapi, sejauh ini saya selalu mempersiapkan diri jelang pertandingan agar bisa meminimalisir kesalahan yang terjadi di lapangan.
Pertandingan apa yang paling berkesan saat memimpin sebuah laga sepak bola?
Dari sekian banyak prtandingan yang saya pimpin yang paling berkesan adalah final Torabika Bhayangkara Cup. Sebuah kebanggan bisa memimpin laga dua klub besar Indonesia, Persib dan Arema. Itu adalah pengalaman yang paling berkesan bagi saya.
Partai final Torabika Bhayangkara sempat terhenti karena adanya protes. Bagaimana Anda melihatnya?
Protes, apalagi dari tim yang sedang tertinggal itu suatu hal yang wajar. Namun, jika kita yakin dengan keputusan yang dibuat tidak akan menjadi masalah. Kami sebagai wasit sudah menjalankan tugas dengan tegas dan sesuai aturan. Final Torabika Bhayangkara Cup 2016 memang sempat terhenti karena protes tapi apa yang saya lakukan adalah keputusan yang tepat.