Bola.com, Manchester - Pertengahan 2015, Forbes melansir Manchester United sebagai klub dengan nilai pasar tertinggi di Inggris. Nilai The Red Devils yang diperkirakan sebesar 2,2 miliar poundsterling, jauh di atas Manchester City, Chelsea, Arsenal, maupun Liverpool.
Hanya Real Madrid dan Barcelona yang diketahui lebih bernilai ketimbang Manchester United. Kedua klub asal Spanyol itu hanya unggul tipis dari Setan Merah yang berada di posisi ketiga dunia.
Baca Juga
Jauh sebelum fakta ini termuat, Manchester United pernah berada di ambang kehancuran pada akhir 1920-an. Kas uang klub itu menipis, bahkan sudah tidak bisa lagi membayar gaji pemain serta staf pelatih.
Pihak bank enggan memberikan pinjaman untuk menolong klub. Alasannya sederhana, Manchester United tidak punya pemimpin yang bisa menjamin untuk mengganti pinjaman dari bank.
Kehancuran Manchester United saat itu dianggap karena faktor kehilangan sosok pemimpin sekaligus pemilik klub, John Henry Davies. Davies yang menanamkan modal untuk tim sejak 1902, meninggal dunia pada 1927.
Bak kehilangan orangtua, Manchester United kemudian dikelola tanpa arah. Tidak ada orang di dalam klub yang bisa mengambil keputusan dengan tepat. Manajemen klub menutup pintu rapat- rapat terhadap para suporter yang ingin mengetahui kelanjutan nasib The Red Devils.
Para suporter panik melihat klub yang didukungnya mulai salah arah. Sebagian pendukung setia kecewa dan tidak ingin lagi menonton Setan Merah di Old Trafford. Manchester United pun terdegradasi dari kasta tertinggi Inggris pada 1931.
James W. Gibson, sang penyelamat klub
Situasi pelik menghantam seluruh lapisan klub. Manchester United kesulitan menemukan orang yang mau mengambil langkah berani dan cenderung spekulatif untuk menjalani roda klub. Sampai pada akhirnya, James W. Gibson datang dengan membawa harapan.
19 Desember 1931, sekretaris klub, Walter Crinkmer, mengunjungi kediaman Gibson di Hale Barnes. Di rumah yang biasa disebut Alanor itu, Crinkmer menjelaskan kepada Gibson pokok permasalahan utang yang menimpa Manchester United.
Crinkmer berhasil meyakinkan Gibson. Sang sekretaris pulang dengan membawa cek sebesar 2.000 poundsterling. Nilai yang saat itu cukup untuk membayar gaji pemain, ofisial, dan sisanya membelikan daging kalkun untuk para pemain.
Namun, cek tersebut dirasa tidak cukup bagi Manchester United. Uang itu hanya mampu menggaji pemain dan staf hingga awal tahun 1932. Crinkmer menagih janji Gibson untuk terus mendanai Setan Merah.
Gibson menepati janji kepada Crinkmer. Dengan latar belakang pengusaha lokal yang gemar olahraga, Gibson akhirnya setuju untuk menyokong klub yang sedang berlaga di kasta kedua kompetisi Inggris.
"Masih ada cukup ruang bagi dua klub di kota Manchester," kata Gibson yang bisa diartikan siap memberikan modal Manchester United untuk terus menemani Manchester City sebagai klub asal kota industri itu.
Utang dan popularitas Manchester United
Selama beberapa dekade mampu mempunyai pemilik kompeten dan diikuti meningkatnya prestasi klub, Manchester United dibeli seorang pengusaha Amerika Serikat, Malcolm Glazer, pada 2005. Glazer mengakuisisi klub dari pemilik sebelumnya, yakni John Magnier dan J.P. McManus, dengan dana sekitar 800 juta poundsterling.
Akan tetapi, dengan otak sebagai investor, Glazer membeli Manchester United menggunakan dana pinjaman dari berbagai pihak. Alhasil secara garis besar, Glazer diwajibkan untuk membayar utang hasil peminjamannya tersebut.
Namun, Glazer memiliki ide yang ternyata bertolak belakang dengan para suporter. Bagaimana tidak, sang taipan memutuskan hanya setengah membayar kewajibannya itu dan setengah lagi dibebankan kepada Manchester United.
The Red Devils kembali memiliki utang yang terakhir kali dialami pada era 1930-an. Bayang-bayang kehancuran klub karena masalah tersebut kembali dirasakan para pendukung fanatiknya.
Sementara itu, pihak manajemen tetap tenang menghadapi kepanikan yang dirasakan para suporter. "Nilai pasar Manchester United meningkat pada tahun lalu (2004). Itu menjadi alasan investor mau menanamkan modal ke klub ini. Sir Alex Ferguson akan mendapat dana untuk aktivitas pada bursa transfer," sebut pernyataan resmi klub.
Pernyataan pihak Manchester United tidak membuat sebagian suporter tenang. Hal tersebut terbukti dengan dibentuknya beberapa kelompok suporter penentang Glazer.
"Jumlah utang yang harus dibayar sangatlah besar. Biaya bunga sungguh besar, apalagi utang yang menumpuk hingga 660 juta poundsterling? Harga tiket pertandingan akan meningkat demi mengakali pembayaran utang klub. Kami akan menjadi korban," tulis pernyataan dari The Manchester United Supporters Trust.
Setelah lebih dari satu dekade menguasai Manchester United, tidak ada tanda-tanda keluarga Glazer bakal meninggalkan kekuasaan itu. Seiring waktu pun, utang klub kini berkurang menjadi sekitar 300-an juta poundsterling pada awal 2016.
Jumlah utang yang dimiliki memang bisa memengaruhi kondisi keuangan Manchester United. Namun, nilai pasar klub terbukti masih menjadi yang tertinggi dibandingkan klub Inggris lain.
Seiring perkembangan waktu, jumlah suporter Manchester United bahkan meningkat hampir satu miliar orang. Ditambah, Setan Merah masih memiliki nilai jual tinggi bagi para sponsor.
Contoh termudah dengan masuknya Adidas sebagai apparel baru Manchester United pada musim ini. Kabarnya, perusahaan asal Jerman itu menyuntik dana hingga 750 juta poundsterling sebagai kesepakatan kerja sama selama 10 tahun.
Secara gamblang bisa dikatakan, keluarga Glazer bisa saja menjual klub kapanpun mereka inginkan. Sebab, keuntungan besar ada di depan mata dengan nilai pasar klub saat ini. Bila saat dibeli, nilai pasar Manchester United sekitar 800 juta poundsterling, kini jumlahnya meningkat menjadi 2,2 miliar poundsterling.
Sumber: Berbagai sumber