Bola.com, Makassar - Bagi PSM Makassar, gelar juara di Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 Presented by IM3 Ooredoo bukan sekadar mengembalikan pamor Juku Eja sebagai klub tertua dengan tradisi juara di Tanah Air.
"Manajemen ingin memperkuat brand image PSM untuk menaikkan nilai tawar klub ini di mata sponsor. Ke depan, kami ingin PSM bisa eksis saat sepak bola Indonesia sudah jadi industri nyata," ujar Munafri Arifuddin, CEO PSM, kepada bola.com di Menara Bosowa, Jumat (22/4/2016).
Menurut Munafri, ada tiga aspek yang jadi fokus utama manajemen untuk membuat PSM lebih siap merealisasikan target di TSC 2016, yakni persiapan tim, fasilitas pendukung, dan keuangan.
"Sejauh ini kinerja manajemen masih dalam jalur. Kalau pun ada kekurangan, masih dalam batas kewajaran," jelas Munafri, yang merupakan salah satu petinggi di Bosowa Corporation ini.
Baca Juga
Menurut Munafri, sampai saat ini PSM masih mendapat subsidi dari Bosowa karena kondisi persepakbolaan Indonesia belum bisa jadi industri yang bisa membawa keuntungan buat perusahaan.
"Alasan Bosowa mengambil alih kepemilikan PSM semata karena melihat ada kesamaan semangat dan kebersamaan sebagai aset Sulawesi Selatan. Kami ingin PSM dan Bosowa sama-sama jadi kebanggaan daerah ini," tegas Munafri yang juga adik ipar Sadikin Aksa, pemilik PSM ini.
Di lain pihak, Munafri menambahkan pihaknya berharap dapat bersinergi dengan pemerintah untuk mendongkrak kemajuan sepak bola di Sulsel. "Di belahan dunia manapun, peran pemerintah sangat vital. Khususnya penyediaan infrastruktur berupa stadion dan fasilitas pendukung untuk pembinaan usia muda," paparnya.
Selanjutnya
Munaftri memberi contoh sepak bola di Italia. Peran pemerintah Negeri Piza sangat kental di balik sukses AC Milan, Inter Milan, dan Juventus yang sempat jadi raja Eropa dan dunia.
Selama berpuluh-puluh tahun klub profesional di Italia menyewa stadion berstandar internasional yang disediakan pemerintah. Baru dalam tiga tahun terakhir, Juventus memakai stadion milik sendiri, yakni Juventus Stadium.
Ke depan, Munafri berharap persepakbolaan kembali kondusif. Pasalnya, dalam rencana jangka panjang, PSM ingin membangun fasilitas dan sarana latihan yang lebih representatif.
"Kami sudah sedang melakukan observasi pada dua lokasi, yakni di Maros dan Gowa. Tahun depan, kami akan memulai pembangunan pada salah satu lokasi tersebut," katanya.
Alasan manajemen memilih daerah pinggiran Makassar agar konsentrasi tim lebih fokus dalam latihan. "Seperti klub di Eropa. Rata-rata home ground mereka berada di pinggiran kota,"jelas Munafri.
Tidak hanya fokus ke tim senior, manajemen juga berencana membuat akademi untuk menampung talenta muda di Makassar. "Kami juga akan berafiliasi dengan klub besar di Eropa terkait program kepelatihan," ucapnya.
Munafri berharap kehadiran TSC 2016 jadi momentum kebangkitan klub dan sepak bola Indonesia. "Saya dan PSM memberi apresiasi kepada pemilik dan pengurus klub yang tetap bersemangat ikut TSC 2016 setelah vakum berkompetisi selama setahun," katanya.
Munafri Arifuddin yakin bila seluruh elemen sepak bola dan pemerintah bersatu, Indonesia bisa merenda asa bersaing di level Asia dan dunia. Dia merujuk kiprah Thailand yang selangkah lagi lolos ke Piala Dunia 2018.
"Padahal, Indonesia sudah pernah mencatatkan prestasi semacam itu pada kualifikasi Piala Dunia 1958 dan Pra Piala Dunia 1986," tegasnya.