Bola.com, Padang - Indonesia adalah negara besar. Tidak hanya memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di jagat ini. Dengan jumlah lebih dari 13 ribu pulau, yang tersebar dari Rondo-Merauke, Miangas hingga Dana, Indonesia bahkan lebih luas dari gabungan 11 negara di kawasan Eropa Barat.
Kondisi geografis itu tentu jadi tantangan dalam setiap sendi kehidupan di negeri ini. Tidak terkecuali, dalam hal olahraga, khususnya sepak bola. Operator kompetisi atau turnamen, seperti PT Gelora Trisula Semesta (GTS), senantiasa menjadikan kondisi geografis sebagai pertimbangan utama dalam hal pembagian grup.
Klub yang berada dalam satu pulau diprioritaskan untuk dijadikan satu grup demi efisiensi dan efektivitas, baik dalam hal waktu maupun biaya. Namun, hal itu pun tidak lantas jadi solusi sempurna karena dalam beberapa kasus, klub tetap harus mengeluarkan biaya dan waktu ekstra untuk menjalani laga tandang.
Apalagi, bila klub itu turun dalam kompetisi atau turnamen yang menggunakan sistem kompetisi penuh seperti Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 Presented by IM3 Ooredoo.
Baca Juga
Semen Padang jadi contoh klub yang merasakan betapa beratnya medan geografis yang dimiliki Indonesia. Untuk bertandang ke Serui, kota asal Perseru, klub berjulukan tim Kabau Sirah itu harus menempuh sekira 6.700 kilometer dari Padang.
Transportasi yang digunakan relatif nyaman, yakni pesawat terbang. Tetapi, jangan salah menyangka perjalanan dari Padang ke Serui bakal dicapai dengan gampang, kendati menaiki pesawat terbang.
Tim asuhan pelatih Nilmaizar itu harus naik-turun pesawat dengan transit setidaknya di tiga bandara, sebelum sampai ke Serui, dengan total waktu tempuh berjam-jam lamanya bahkan hingga berganti hari menyesuaikan jadwal penerbangan.
Ada beberapa opsi rute yang bisa ditempuh Semen Padang untuk menjalani tur tandang ke Serui. Sesuai jadwal yang dirilis PT GTS, tim Kabau Sirah akan dijamu Perseru di Stadion Marora pada 11 Juni 2016. Namun, bola.com mencoba menggambarkan betapa jauh dan mahalnya perjalanan yang bakal ditempuh Hengki Ardiles cs. dengan rute paling lazim yang biasa diambil mayoritas klub di Tanah Air ketika bertandang ke Serui, mengacu pada ISL 2014.
Selanjutnya
1. Padang-Jakarta
Melalui situs untuk mendapatkan tiket penerbangan yang belakangan marak di Indonesia, bola.com mendapatkan tiket termurah untuk sekali jalan per orang, pada tanggal 7 Juni 2016, rute Padang-Jakarta, mencapai Rp 441 ribu. Lama perjalanan berkisar 1 jam 50 menit.
2. Jakarta-Makassar
Lantaran tidak ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Makassar, yang menjadi gerbang penerbangan ke wilayah Indonesia Timur, perjalanan harus melalui Jakarta dan dilanjutkan ke Makassar. Untuk penerbangan Jakarta-Makassar, tiket termurah yang berhasil diperoleh berkisar Rp 552 ribu, dengan lama perjalanan 2 jam 25 menit.
3. Makassar-Biak
Setelah transit di Makassar, tim harus melanjutkan perjalanan menuju Biak. Tim harus transit karena lagi-lagi, tidak ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Biak. Transit di Makassar menjadi opsi paling lazim.
Untuk mencapai Biak dari Makassar, manajemen Semen Padang setidaknya harus merogoh bujet sebesar Rp 1,2 juta. Mayoritas maskapai menawarkan perjalanan dengan transit di Sorong atau Jayapura, dengan konsekuensi waktu tempuh lebih lama dan biaya lebih mahal.
Perjalanan langsung dari Makassar ke Biak bisa ditempuh selama 2 jam 55 menit.
4. Biak-Serui
Setiba di Biak, seluruh rombongan harus berganti menggunakan penerbangan perintis menaiki pesawat yang lebih kecil untuk mencapai Serui. Untuk mengangkut seluruh tim dan barang bawaan, kerap digunakan dua pesawat sekaligus dengan maskapai semisal Susi Air. Lama perjalanan dari Biak ke Serui hanya sekira 30 menit. Tiker pesawat untuk per orang paling murah berkisar Rp 800 ribu.
Opsi lain, rombongan tim bisa menempuh perjalanan laut dengan menggunakan kapal laut, tentu dengan waktu perjalanan jauh lebih lama, sekitar 4-5 jam, kendati dari segi biaya lebih murah.
Perjalanan Biak-Serui ini cukup menguji nyali karena sangat bergantung pada kondisi cuaca. Turbulensi bukan hal baru bagi mereka yang kerap merasakan penerbangan Biak-Serui dan sebaliknya.
Jadi, dari opsi rute di atas, bisa diperoleh gambaran, untuk tiap pemain yang dibawa ke Serui dari Padang, manajemen harus merogoh kocek sebesar Rp 2,93 juta. Jumlah itu baru untuk sekali jalan, dengan catatan angka itu diperoleh bola.com pada medio pekan akhir April 2016. Untuk penerbangan pulang-pergi, manajemen mengeluarkan dana per pemain setidaknya Rp 5,86 juta.
Tinggal kalikan saja dengan berapa pemain yang akan dibawa Nilmaizar untuk meladeni Perseru di Stadion Marora untuk bujet total yang wajib disiapkan tim Kabau Sirah. Jangan lupa, jumlah itu belum termasuk akomodasi alias penginapan tim, termasuk bila harus transit berjam-jam lamanya di salah satu bandara.
Mahal dan jauhnya perjalanan ke Serui ini sempat jadi bahasan menarik tidak hanya pemain, tetapi juga pelatih. Pelatih Persela, Stefan Hansson, pernah berkomentar tur ke Serui adalah sesuatu yang "gila". "Benar-benar luar biasa! Indonesia memang luar biasa," ujar Hansson sambil menggelengkan kepalanya tanda takjub, kala masih membesut Mitra Kukar.
Eks pemain Persisam Putra Samarinda, Bayu Gatra, kepada bola.com juga menyampaikan hal yang kurang lebih sama. "Ngeri tapi sekaligus seru dan asik, naik pesawat kecil ke Serui dari Biak," katanya beberapa waktu lalu.
Anda siap mencoba merasakan sensasi perjalanan panjang, mahal, nan menantang yang dijalani tim Semen Padang menuju Serui?