Bola.com, Jakarta - Walau bukan berstatus kompetisi resmi, Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 Presented by IM3 Ooredoo, banjir sponsor. Pemasukan yang didapat pengelola kompetisi PT Gelora Trisula Semesta (GTS) sebagian besar dibagikan ke klub. Tim-tim peserta TSC A mendapat gelontoran dana gemuk dengan angka menembus Rp 180 miliar.
Perinciannya, sebanyak Rp 90 miliar dibagi rata ke 18 kontestan kompetisi, di mana tiap klub mendapat injeksi dana subsidi Rp 5 miliar.
Baca Juga
"Sebelum kompetisi digelar kami sudah mengucurkan kocek Rp 500 juta. Pada bulan ini setoran dana sebesar Rp 1,5 miliar ke klub akan disusulkan. Sisa subsidi akan kucurkan secara berkala selama enam bulan ke depan," terang Joko Driyono, Direktur Utama PT Gelora Trisula Semesta pada Kamis (4/5/2016) malam.
Tak berhenti sampai di situ, klub-klub juga mendapat bagian kue pemasukan sponsorship berupa hak siar pertandingan serta apresiasi peringkat kompetisi yang angkanya menembus Rp 90 miliar.
Berbeda dengan jatah uang subsidi, pembagian uang ini angkanya tidak rata. Besarannya tergantung frekuensi siaran langsung, angka rating, serta posisi peringkat sebuah klub di akhir kompetisi.
"Formulasi perbedaan besarannya masih belum ketuk palu. Kami terus melakukan komunikasi ke klub-klub, agar menemukan skema pembagian uang aspek komersial kompetisi yang adil dan bisa diterima semua," tutur Joko.
Total pemasukan PT GTS dari perusahaan-perusahaan yang menjadi sponsor TSC 2016 kabarnya menembus angka Rp 450 miliar. Sisa uang yang tidak dibagikan ke klub-klub TSC A dialokasikan untuk menopang pendanaan pelaksanaan TSC B, Liga Nusantara, dan Piala Suratin.
"Kami ingin memastikan kalau perhelatan sepak bola berbagai level kembali hidup. Tidak hanya kompetisi elite, tapi juga level Divisi Utama, amatir, dan juga pembinaan usia dini. Kompetisi-kompetisi ini bisa berjalan jika disubsidi, karena nilai jual komersialnya tidak selaku TSC A," terang Joko.
Joko Driyono memastikan laporan keuangan PT GTS akan dibuka secara transparan ke klub-klub pemegang saham serta Kemenpora. "Keterbukaan ini bagian dari era baru kompetisi profesional Tanah Air," ucap pria asal Ngawi yang juga menjabat sebagai CEO PT Liga Indonesia tersebut.