Analisis Ibnu Grahan soal Kekalahan Bhayangkara SU dari Arema

oleh Zaidan Nazarul diperbarui 16 Mei 2016, 21:00 WIB
Pelatih Bhayangkara SU, Ibnu Grahan, langsung mengevaluasi skuatnya pasca kekalahan 0-3 dari Arema di TSC 2016 (15/5/2016). (Bola.com/Iwan Setiawan)

Bola.com, Surabaya - Usai kalah telak 0-3 dari Arema Cronus, pelatih kepala Bhayangkara Surabaya United, Ibnu Grahan, membeberkan sejumlah alasan yang menyebabkan timnya bak terkapar tak berdaya.

Selain menyoal kelemahan timnya, Ibnu juga menilai beberapa hal lain yang membuat timnya tak mampu berbuat banyak di laga ini. Ibnu menilai, penampilan kedua pemain asing barunya di laga ini belum maksimal.

Gelandang asal Brasil, Paulo Helber dan Thiago Furtuoso dos Santos, terlihat masih canggung. Kedua pemain baru ini dianggap masih butuh adaptasi untuk bisa menyesuaikan dengan perannya masing-masing.

Khusus Helber, yang menggantikan posisi Abel Gebor di laga ini, berkali-kali tidak mampu memutus serangan yang dibangun Arema dari tengah. Kalah di sektor sentral inilah yang membuat pertahanan Bhayangkara SU mudah ditembus lawan.

Beberapa kali gelandang serang Arema Cronus, Srdan Lopicic maupun Esteban Vizcarra, memang tampak leluasa menembus pertahanan Bhayangkara SU. "Mereka baru turun sekali di pertandingan resmi. Butuh proses untuk bisa menyatu dengan tim," kata Ibnu.

Advertisement

Tidak hanya penampilan kurang optimal kedua pemain impornya, organisasi bertahan tim ini juga dianggap tidak optimal. Gol kedua yang dicetak Sunarto adalah bukti Rudy Widodo dkk. tidak mengantisipasi datangnya lini kedua Arema sehingga saat terjadi bola muntah, Sunarto bisa berdiri bebas dan melakukan tembakan ke arah gawang.

Begitu pula gol Gustavo Giron yang memotong datangnya bola dari tendangan sudut. Buruknya antisipasi bola-bola mati dinilai sebuah kelengahan yang dilakukan para pemain belakang. Padahal, dalam latihan maupun briefing satu jam sebelum pertandingan, Ibnu sudah mengingatkan Otavio Dutra cs. supaya mengawasi dan mengikuti setiap pemain Arema yang bergerak.

"Ada dua pemain Arema bergerak tanpa pengawalan berarti sehingga bola bisa langsung dipotong sebelum jatuh ke mereka. Sementara pemain kami statis menunggu datangnya bola," keluh Ibnu.

Terlepas dari kesalahan itu, ia juga menilai lini depan timnya tidak tajam. Ada beberapa kali peluang yang menurutnya bisa menjadi gol, tetapi justru terbuang begitu saja. Salah satunya tendangan dari luar kotak penalti yang dilakukan Ilham Udin Armaiyn.

"Berkali-kali sudah saya sampaikan supaya tidak perlu keras untuk menyelesaikan peluang, tapi yang terjadi justru sebaliknya," kata sang pelatih.

Kurangnya ketenangan serta kesabaran anak buahnya serta dalam membangun serangan dan menyelesaikan peluang dianggap menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dibenahi Ibnu dan jajaran tim pelatih Bhayangkara Surabaya United.