Bola.com, Makassar - Kebersamaan PSM Makassar dan Luciano Leandro hanya berlangsung selama tiga bulan. Sejak Kamis (19/5/2016), manajemen PSM resmi mencopot Luciano dari jabatannya sebagai pelatih kepala Juku Eja di Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by Ooredoo.
Luciano dinilai gagal mengembalikan karakter khas PSM yang permainan cepat dan keras. Mantan gelandang kharismatik PSM dan Persija Jakarta pun dianggap terlalu santun dan tidak bisa tegas ke pemain.
Ditemui bola.com pada Jumat (20/5/2016) sore di Hotel Aswin, tempatnya menginap selama di Makassar, Luciano mengaku berat meninggalkan PSM, tim yang sangat dicintainya.
Tapi, sebagai pelatih profesional, Luciano menerima keputusan manejemen sebagai risiko yang harus diterimanya kapan saja.Terkait penilaian manajemen soal sikapnya, Luciano mengaku enggan berpolemik.
Baca Juga
Menurutnya, ada sejumlah faktor yang membuatnya terkesan 'lembek' di PSM. Setelah tidak lagi di PSM, Luciano mengungkapkan dirinya kembali ke aktivitas semula di Brasil, yakni jadi manajer klub Liga Desportivo de Macae dan mengurus Hotel Makassar miliknya. Dia juga mengaku sudah mendapatkan tawaran melatih sebuah klub di Brasil.
Secara eksklusif kepada bola.com, Luciano tidak menampik masih memendam keinginan kembali ke PSM, klub yang sangat dicintainya. Mengapa? Berikut penuturannya:
Anda sedih terpaksa meninggalkan PSM sebelum kompetisi TSC 2016 selesai?
Saya sedih bukan karena dipecat. PSM adalah klub yang sangat berarti dalam karier sepakbola saya. Bagi saya, PSM adalah keluarga. Jadi, berat buat saya meninggalkan klub ini. Tapi, (pemecatan) ini mungkin jalan terbaik buat saya dan PSM. Karena, saya juga punya keluarga dan pekerjaan di Brasil yang butuh kehadiran saya.
Anda mendapat pengalaman berharga selama jadi pelath PSM?
Banyak yang saya dapatkan di PSM. Di klub ini, pelatih tidak sekadar juru taktik di lapangan. Tapi, juga jadi teman, sahabat dan orang tua buat pemain. Saya akui belum bisa maksimal memberikan yang terbaik buat Tim Juku Eja. Karena memang kondisi tim memang belum sepenuhnya profesional.
Saya sulit bertindak tegas ke pemain, karena mereka juga belum mendapatkan pelayanan yang maksimal dari klub. Tapi, sudahlah, saya berharap ke depan PSM bisa lebih baik. (Luciano menolak menjawab pelayanan seperti apa yang tidak maksimal diberikan PSM ke awak tim).
Hanya Kenal Satu Pemain
Apa saran Anda buat PSM?
Yang utama adalah kembalikan kebersamaan tim seperti dulu ketika saya masih jadi pemain PSM Makassar. Semua elemen tim berfungsi sesuai tugas masing-masing. Tanpa intervensi dan saling melengkapi layaknya sebuah tim. Saya yakin, klub ini bisa kembali berprestasi seperti dulu.
Ketika masih berstatus sebagai pemain, Anda sangat dipuja oleh suporter. Beda dengan saat jadi pelatih. Ada komentar soal ini?
Itu hal biasa dalam sepak bola teman (panggilan akrab ke bola.com). Saya tidak ingin menyalahkan suporter karena mereka tentu berharap PSM kembali juara seperti dulu. Sebagai mantan pemain PSM, saya juga begitu. Tapi, dalam sepakbola ada yang namanya proses.
Dalam tim sekarang, saya hanya mengenal betul satu pemain yakni Alex Silva karena saya sudah lama mengamati penampilannya. Selebihnya saya tidak tahu, karena bukan saya yang mendatangkan pemain. Saya butuh waktu untuk memahami karakter pemain. Padahal, manajemen dan suporter punya ekpektasi tinggi buat tim ini. Kondisi PSM memang berbeda dengan tim lain seperti Persipura, misalnya. Dan, saya mengerti kondisi ini.
Manajemen PSM menawari Anda jabatan sebagai manajer teknik. Anda mau menerimanya?
Ini bukan soal mau atau tidak. Saya sulit menerimanya dengan alasan menjaga suasana tim. Apalagi, keluarga di menginginkan saya kembali secepatnya ke Brasil. Yang ada dalam pikiran saya saat ini adalah menyelesaikan segala urusan dengan manajemen PSM. Apalagi, tiket saya bakal kadaluarsa pada 1 Juni nanti.
Ada keinginan kembali lagi ke PSM suatu saat nanti?
Luciano Leandro mencintai PSM sampai kapan pun. Jadi, saya tentu masih ingin kembali ke PSM. Tentu dengan suasana dan kondisi tim yang lebih baik. Saya juga tidak mungkin meninggalkan pekerjaan dan keluarga di Brasil tanpa itu. Saya tentu tidak ingin pengalaman saat ini terulang lagi.