Robert Rene Alberts, Kembali ke PSM karena Tugas Belum Tuntas

oleh Abdi Satria diperbarui 02 Jun 2016, 07:00 WIB
Robert Rene Alberts, menyelesaikan urusan yang tertunda dengan PSM. (Bola.com/Rudi Riana)

Bola.com, Makassar - Robert Rene Alberts dan PSM Makassar akhirnya kembali berjodoh setelah berpisah selama lima tahun. Rabu (1/6/2016), pelatih asal Belanda ini resmi jadi pelatih PSM setelah bersepakat dengan manajemen Juku Eja.

Mantan pelatih Arema Indonesia ini akan menangani PSM sampai Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 Presented by IM3 Ooredoo berakhir. Manajemen PSM membebani target minimal tiga besar di akhir musim kepada Robert.

Robert mengaku tidak terbebani target itu. Pasalnya, dirinya sudah memiliki gambaran umum peta kekuatan klub di TSC 2016. Dengan alasan itulah, pelatih yang sukses membawa Arema juara ISL 2009-2010 ini optimistis PSM bisa bersaing di TSC 2016.

Advertisement

Di lain pihak, Robert menilai manajemen PSM memiliki visi dan misi yang sama dengannya yakni ingin membawa PSM dan sepak bola Indonesia lebih baik.

Kepada bola.com yang menemuinya usai jumpa media, Rabu (1/6/2016), Robert Rene Alberts menjelaskan alasannya kembali ke PSM dan apa yang akan dilakukannya untuk mengembalikan kejayaan Juku Eja. Berikut penuturannya.

Apa alasan Anda menerima tawaran manajemen PSM?

Sebelum menjawab pertanyaan Anda, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Mr. Munafri Arifuddin (CEO PSM) yang telah mempercayai saya sebagai pelatih PSM. Terus terang, saya sangat bahagia bisa kembali ke PSM, klub tertua dengan tradisi juara di Indonesia dan didukung oleh suporter yang fanatik.

Bagi saya, PSM adalah jodoh yang kembali bersama setelah berpisah selama lima tahun. Terus terang, berat buat saya meninggalkan PSM saat itu. Selain sudah menyatu dengan pemain dan suasana tim, penampilan PSM saat ini lumayan bagus dengan materi pemain yang rata-rata. PSM pun sempat bertengger di peringat dua klasemen sementara ISL 2010-2011.

Saat itu, saya merasa PSM bisa bersaing untuk meraih juara. Tapi, saya harus mengubur impian itu karena PSM pindah ke IPL yang bersatus breakaway league. Saya tidak mungkin melatih klub yang tampil di kompetisi yang tidak diakui federasi resmi. Intinya, saya kembali ke PSM karena merasa tugas saya belum selesai di klub ini.

Manajemen PSM membebani Anda membawa Juku Eja bertengger di peringkat tiga besar di akhir TSC 2016. Anda optimistis bisa mewujudkannya?

Ini bukan soal optimistis atau tidak. Saya yakin bisa mencapainya kalau manajemen, pemain, dan seluruh elemen dalam tim bersatu dan punya tujuan yang sama. Dalam sepak bola, apa saja bisa terjadi.

Anda sudah memiliki gambaran kekuatan dan kelemahan PSM?

Secara detail memang tidak karena saya baru sekali menyaksikan langsung penampilan PSM saat dijamu PS TNI di Bogor. Saya melihat PSM masih menyimpan sejumlah kelemahan. Tapi, itu hal normal karena tidak ada satu pun klub di dunia ini yang tidak memiliki kelemahan.

Saya butuh waktu untuk mempelajari secara cermat dan detail kondisi tim. Setelah itu, saya akan berusaha menemukan solusinya setelah berdiskusi dengan staf kepelatihan dan manajemen. Saya yakin tidak akan lama, karena saya melihat ada semangat pada diri pemain untuk membawa PSM berprestasi.

Anda tidak memiliki banyak waktu membenahi PSM sebelum menjamu Arema Cronus di Stadion Andi Mattalatta Mattoangin, 12 Juni 2016. Ada komentar?

Sebenarnya saya tidak ingin berkomentar banyak soal Arema karena bukan hanya mereka yang akan PSM hadapi di kompetisi ini. Saya hanya bisa bilang, bahwa Arema adalah tim yang matang dengan materi pemain di atas rata-rata.

Artinya, saya harus bekerja keras untuk meningkatkan kemampuan tim agar PSM bisa mengimbangi Arema dan tim papan atas lainnya.

Arema adalah klub yang pernah Anda bawa jadi juara liga. Anda tidak terbebani oleh romantisme dengan klub asal Malang itu?

Saya adalah pelatih profesional. Saya memang punya kenangan indah bersama Arema. Tapi, saat ini saya adalah pelatih PSM dan tugas saya adalah membawa PSM mengimbangi dan bahkan mengalahkan mereka. Apalagi, PSM bermain di Stadion Andi Mattalatta Mattoangin.

Manajemen PSM memiliki visi mengembangkan kemampuan pemain muda Makassar dan di tim saat ini ada sejumlah pemain yang masih berusia 23 tahun ke bawah. Anda ingin memaksimalkan kemampuan mereka?

Saya sejalan dengan visi manajemen PSM. Saya juga sangat senang melihat pemain muda bisa berkembang. Tapi, soal mendapatkan menit bermain tergantung dari sang pemain itu sendiri. Intinya, saya ingin memberi kesempatan yang sama kepada setiap pemain tanpa peduli dengan usia mereka.

Tentunya, pemain juga harus sadar bahwa pemilihan daftar starter tergantung oleh kesiapan mereka sendiri dan strategi yang akan terapkan karena tidak mungkin kami menghadapi setiap lawan dengan strategi yang selalu sama.

Contohnya, saat menghadapi PS TNI, PSM memakai pola 4-1-2-3 dengan memakai tiga gelandang yang berkarakter sama yakni Rizky Pellu, Rasyid Bakri, dan Syamsul Chaeruddin. Bisa saja pada pertandingan selanjutnya saya tetap menerapkan strategi itu atau memakai pola berbeda. Kita lihat saja nanti.

Di sisi lain, saya juga harus menyiasati kondisi agar fisik pemain tidak drop selama bulan Ramadan. Tidak mungkin saya menerapkan porsi latihan sama dengan bulan di luar Ramadan karena mayoritas pemain PSM adalah muslim.