Bola.com, Jakarta - Peran vital pemain sayap dalam pentas sepak bola Indonesia sudah tak perlu disangsikan lagi. Gaya sepak bola Indonesia yang mengandalkan kecepatan dua sayap turut menyuburkan kemunculan pemain sayap di Tanah Air.
Legenda sepak bola Indonesia tak jarang adalah seorang pemain sayap murni. Ingat si Abdul Kadir yang medapat julukan Si Kancil? Pemain adalan Persebaya Surabaya di era 1970an itu adalah penyerang kiri luar yang dalam sepak bola modern berperan sebagai sayap.
Ada pula Andi Lala yang juga punya posisi sebagai penyerang kanan luar. Pemain asal Makassar itu muncul sebagai andalan Persija Jakarta dan Timnas Indonesia, juga di era 1970an.
Baca Juga
Kini, saat dunia sepak bola Indonesia memasuki fase profesional, kekuatan pemain sayap tidak berkurang sedikit pun. Bahkan di gelaran Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo, banyak tumbuh pemain sayap muda yang mulai mekar bersama klubnya.
Sebut saja Ambrizal Umanailo di Persija Jakarta. Lalu ada Ahmad Nufiandani di Arema Cronus dan juga David Laly di Persib Bandung. Mereka adalah penerus gaya bermain sepak bola ala Indonesia yang megandalkan kecepatan dari dua sayap.
Menarik jika mereka bisa menjadi sayap Tanah Air, yakni penerus generasi sepak bola Indonesia. Tak hanya mereka, masih banyak sayap-sayap lain yang bermekaran di TSC dan mereka layak untuk bisa membela nama Indonesia di ajang Internasional sebagai penerus sayap Garuda.
Bola.com merangkum beberapa nama pemain sayap muda yang penampilannya di TSC layak untuk bisa berlanjut di Timnas Indonesia.
Ambrizal Umanailo
Ambrizal Umanailo (Persija Jakarta)
Sosok muda Ambrizal Umanailo kini menjadi buah bibir di kalangan pendukung Persija Jakarta dan penikmat sepak bola Indonesia. Aksi pemain berusia 19 tahun itu cukup membuka mata para pecandu bola saat laga pembuka TSC di Jayapura, 29 Apri 2016.
Serangan eksplosif Ambrizal dari sisi kanan penyerangan Persija membuat Persipura cukup kewalahan mengawal pergerakan pemain asal Ternate, Maluku, itu. Pemilihan Ambrizal juga tidak lepas dari mata elang pelatih Paulo Camargo yang melihat kemampuannya sebagai seorang sayap andal.
Bahkan saat melawan Persela Lamongan, Ambrizal ditempatkan sebagai second striker di belakang penyerang Jose Adolfo Guerra. Hasilnya, pemain yang besar dari Villa 2000 itu menyumbangkan satu gol dan satu assist sekaligus mengatrol posisi Macan Kemayoran di papan atas TSC 2016.
Dengan kemampuannya yang masih bisa terus berkembang di TSC 2016, Ambrizal menjadi pemain yang patut diberi kesempatan untuk membela Timnas Indonesia. Bakat besar dan talenta yang dimiliki Ambrizal akan menjadi senjata utama Indonesia di masa mendatang.
David Laly
David Laly (Persib Bandung)
Papua seolah tidak bisa berhenti untuk menelurkan pemain berbakat. Dari era Johanis Auri, Hengky Heipon, Eduard Ivakdalam hingga kini Boaz Solossa, tanah Papua sama sekali tak kekurangan pemain bertalenta hebat. Bahkan, stok pemain sayap yang lahir di tanah Papua terus muncul, salah satunya adalah David Laly.
Pria kelahiran Wamena 23 tahun silam yang kini bermain untuk Persib Bandung, kini sudah dikenal sebagai pemain sayap kanan yang licin. Gerakan David cukup membuat keder para bek untuk bisa menghentikannya.
Terbukti David kini sudah empat kali tampil sebagai pemain inti di Persib sebagai sayap kanan. Total tembakan David ke gawang lawan pun cukup baik, dengan 42 kali tembakan.
Tidak perlu dicari alasan kenapa David selalu menjadi pemain inti di setiap laga Persib. Satu gol spektakuler ke gawang Bali United pada pekan ketiga TSC 2016 menjadi bukti yang sahih bagai mantan pemain Pelita Bandung Raya itu bisa membuat keputusan yang tepat sebagai seorang sayap.
Tak hanya cetakan gol indah ke gawang Bali United. Dalam urusan operan alias assist, David juga tak kalah mentereng dengan sayap-sayap lainnya. Pemain yang hobi bernyanyi itu punya akurasi operan yang bagus, yakni di angka 80 persen.
Dengan statistik seperti itu, David layak menjadi pemain sayap Timnas Indonsia era baru. Kemampuannya berdansa di sisi serangan Persib menjadi salah satu daya tarik David. Gaya lugas David dalam menyisir sisi kanan pun sangat diperlukan Indonesia di laga internasional.
Irsyad Maulana
Irsyad Maulana (Semen Padang)
Nama Irsyad Maulana kini sudah mulai dikenal pecandu sepak bola Indonesia. Tak lain dan tak bukan karena penampilannya sebagai sayap kiri sekaligus gelandang serang Semen Padang yang tergolong luar biasa di TSC 2016.
Pemain kelahiran Payakumbuh 22 tahun silam itu membuat penampilan Semen Padang saat ini menjadi trengginas. Bukti paling nyata adalah saat Irsyad melepaskan dua gol ke gawang Persela Lamongan dalam pekan kelima TSC 2016 akhir pekan lalu, sekaligus mengantarkan klub urang awak itu menang atas Laskar Joko Tingkir dengan skor 4-0.
Tak hanya itu, performa oke Irsyad sebagai sayap kiri juga membuat Semen Padang tampil meyakinkan pada dua pekan awal TSC. Di pekan pertama, Irsyad turut membantu Semen Padang meraih kemenangan atas PSM lewat skor 2-1. Di pekan kedua, Irsyad membuat barisan pertahanan Persija pusing tujuh keliling dengan gerakan berbahaya dari sisi kiri serangan Semen Padang.
Dengan catatan statistik yang cukup baik, yakni 74 persen umpan yang ditorehkan Irsyad selama TSC 2016, wajar jika pemain yang besar dari Semen Padang U-21 itu berangan bisa membela Timnas Indonesia di ajang sepak bola internasional.
Bayu Gatra
Bayu Gatra (Madura United)
Sosok pemain kelahiran Jember 23 tahun silam itu melesat bersama Persisam Putra Samarinda di masa Indonesia Super League. Kini di kompetisi TSC 2016, nama Bayu Gatra mencuat sebagai andalan Madura United.
Klub berjuluk Laskar Sape Kerrab itu beruntung bisa mendapatkan Bayu yang fasih bermain sebagai sayap kiri dan kanan. Tak hanya di sayap, Bayu juga ahli dalam memainkan peran sebagai gelandang menyerang.
Dua kemampuan itulah yang membuat Madura United memilih Bayu sebagai pemain andalan di TSC 2016 musim ini. Liukan yang khas serta kecepatannya yang tak bisa dikejar seorang Jordi Alba pun, membuat Bayu selalu menjadi pilihan utama Madura di empat pertandingan awal TSC.
Tercatat Bayu sudah melepaskan lima umpan terobosan dan tiga umpan lambung selama empat pekan bersama Madura. Akurasi operan Bayu pun cukup baik dengan 77 persen umpan berhasil. Meski belum mencetak satu gol, kecepatan Bayu Gatra di sayap cukup membuat Bayu layak menempati satu tempat di Timnas senior Indonesia.
Ahmad Nufiandini
Ahmad Nufiandani (Arema Cronus)
Arema Cronus sungguh beruntung punya pemain sayap kana bertipikal cepat seperti Ahmad Nufiandani. Pemain kelahiran Kediri itu punya kemampuan yang cukup bagus di posisinya saat ini. Kecepatan merupakan modal utama Nufiandani untuk bisa bertahan sebagai pemain inti Singo Edan.
Performa Nufiandani tak perlu disangsikan lagi. Ia merupakan pemain muda yang diberi kesempatan pelatih Milomir Seslija untuk bermain sebagai pemain inti selama 90 menit alias bermain penuh pada laga pertamanya sejak kembali bergabung dengan Arema, tepatnya kala Singo Edan menjamu Persegres Gresik United (27/5/2016).
Bukan tanpa alasan pelatih asal Bosnia-Herzegovina itu memainkan pemain berusia 20 tahun sebagai andalan tim besar macam Arema. Dengan modal kecepatan menusuk ke jantung pertahanan lawan, Nufiandani sudah menggusur pemain senior, Arif Suyono, yang juga berposisi sama dengan dirinya. Cedera yang dialami Dendi Santoso juga membuat Nufiandini menjadi pemain yang pas untuk mengisi pos Dendi.
Tetapi, tanggung jawab Nufiandini yang sudah dipilih oleh coach Milo dijawab sangat manis oleh pemain yang pernah membela Persijap Jepara itu.
Pemain yang juga sebagai anggota TNI itu layak memperkuat sayap Timnas Indonesia. Apalagi Nufiandani punya pengalaman berharga saat ia membela Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2015. Di gelaran terakhir sebelum Indonesia dibekukan oleh pemerintah dan FIFA, Nufiandani menjadi andalan Garuda Muda dengan torehan dua golnya. Kini, dengan performa yang sedang meningkat di klub, nama Nufiandini layak menjadi sayap baru Timnas senior Indonesia.