Bola.com, Malang - Nostalgia. Kata itu yang tepat untuk memaknai sisi lain pertemuan PSM Makassar dengan Arema Cronus dalam lanjutan Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo, Minggu (12/6/2016) di Stadion Andi Mattalatta Mattoangin, Makassar. Hal ini tak lain karena pelatih anyar PSM, Robert Alberts, pernah membawa Arema juara ISL 2010.
Hingga saat ini kenangan manis raihan prestasi itu masih membekas. Kelompok suporter Arema, Aremania, masih memuja Robert Alberts karena keberhasilannya mempersembahkan prestasi juara ISL.
Baca Juga
Di sisi lain, di tim Arema ada tujuh pemain era kepelatihan Robert yang masih bertahan sampai sekarang. Namun, tidak semua dari mereka bisa bereuni di Makassar karena sebagian mengalami cedera.
Terlepas dari kebugaran para pemain itu, siapa saja tujuh pemain era juara yang masih bertahan di Arema? Berikut daftarnya:
1. Kurnia Meiga Hermansyah
Kiper tangguh ini tidak akan pernah bisa melupakan musim 2010 bersama Robert. Sebab, di tahun itu pula Meiga muncul. Tepatnya di pertengahan musim. Dia menggantikan peran kiper utama, Markus Haris Maulana, yang cabut di putaran kedua.
Selain meraih gelar juara, Meiga yang waktu itu masih berumur 20 tahun, meraih gelar individu yang amat bergengsi di tahun yang sama, yaitu pemain terbaik ISL.
Performa Kurnia Meiga konsisten hingga kini. Jebolan Diklat Ragunan ini sempat beberapa bulan pindah dari Arema ISL ke Arema IPL pada 2012 lantaran dualisme Arema. Lantaran panggilan hati, akhirnya adik kandung kiper senior Achmad Kurniawan ini kembali ke Arema ISL.
Hingga saat ini kiper asal Jakarta ini tercatat sebagai pemain terlama Singo Edan dengan total delapan tahun mengabdi. Tetapi, di awal 2016 Meiga sempat pamit trial ke klub Jepang, Gamba Osaka, namun akhirnya batal dan memilih kembali ke Malang.
Masa paling suram di tim Arema juga baru saja dilewatinya, yakni terbebas dari cedera lutut parah pada 2015. Setelah lebih dari enam bulan istirahat, dia berjuang keras memulihkan trauma. Beberapa kali Meiga harus duduk di bangku cadangan untuk menunggu kesempatan datang lagi dan di Torabica Bhayangkara Cup dia bisa bangkit hingga ajang TSC 2016.
Berikutnya
2. Juan Revi Auriqto
Di era Robert, gelandang yang kini berusia 29 tahun itu jadi pemain serba bisa. Kadang ditempatkan sebagai gelandang bertahan, sayap kanan dan stopper karena karakter bermainnya cukup keras dan tanpa kompromi sehingga Juan Revi juga cocok difungsikan sebagai penghenti serangan lawan.
Juan Revi jadi pemain penting meski lebih banyak masuk sebagai pengganti karena dia bisa membuat pertahanan di era Robert makin kokoh. Selepas era juara, jebolan tim PON Jatim ini sempat pindah ke Deltras Sidoarjo saat musim 2011 berakhir. Hal itu merupakan dampak perpecahan Arema. Tetapi apes, dia justru cedera parah di Deltras dan harus menjalani operasi.
Pada 2013 dia sempat hampir kembali ke Arema. Namun, manajemen Singo Edan sempat belum percaya dengan kondisi sang pemain pasca operasi sehingga Revi sempat berkelana di Divisi Utama bersama PSS Sleman. Di sana dia bersinar dan ditarik Arema kembali di musim 2014 era kepelatihan almarhum Suharno.
Hingga sekarang Revi masih bertahan. Dia gelandang yang punya karakter berbeda dengan gelandang lain Arema. Jika berhadapan dengan tim yang punya playmaker andal, pelatih Milomir Seslija akan menugaskan Revi untuk mematikan pergerakan gelandang lawan tersebut.
Berikutnya
3. Johan Ahmad Alfarizi
Cerita Johan Ahmad Alfarizi hampir sama dengan Kurnia Meiga. Bek jebolan Akademi Arema ini mulai muncul di musim 2010. Dia mulai dapat kesempatan bermain meski dari bangku cadangan. Sebab, di posisi bek sayap kiri sudah ada dua pemain senior seperti Hermawan dan Beny Wahyudi.
Tetapi, bakatnya sudah mulai terlihat sehingga musim selanjutnya bek yang akrab disapa Jhon ini mulai lebih banyak mendapat kesempatan bermain. Meski demikian, pemilik nomor punggung 87 itu tentu sangat berterimakasih kepada Robert karena dia tercatat sebagai pemain professional sejak era itu.
Jhon dikenal sebagai pemain yang benar-benar memburu kesempatan main. Itu terlihat jelas pada musim 2013. Ketika dia jarang dapat kesempatan main di era Rahmad Darmawan, Jhon meminta dipinjamkan kepada Persija Jakarta pada pertengahan musim.Di klub ibu kota negara dia makin berkembang sehingga Arema menariknya kembali awal musim 2014.
Hingga saat ini, Jhon selalu jadi pilihan utama di posisi bek sayap kiri. Stamina, kecepatan, dan akurasi umpan yang bagus jadi andalannya sehingga dia sempat mencicipi kostum Timnas Indonesia sebelum sanksi pembekuan PSSI oleh FIFA turun pada 2015.
Berikutnya
4. Benny Wahyudi
Meski mengandalkan kaki kanan, Benny Wahyudi justru jadi andalan Robert sebagai bek sayap kiri di musim 2010. Sebab, di posisi kanan sudah ada Zulkifli Syukur yang tampil konsisten. Tetapi, justru di posisi itu Beny berkembang karena dia makin banyak mendapat kesempatan bermain menggantikan posisi Hermawan (kini membela Persib Bandung), yang waktu itu mengalami cedera lutut.
Permainan gemilangnya juga membuat Benny beberapa kali dipanggil Timnas senior. Namun sama seperti Juan Revi, pemain asal Turen, Kabupaten Malang, itu sempat hengkang ke Deltras Sidoarjo ketika Arema pecah pada 2012.
Hanya setahun pindah, Benny kembali ke Arema musim 2013 era kepelatihan Rahmad Darmawan. Namun, dia mulai banyak duduk di bangku cadangan karena pelatih memilih Hasim Kipuw atau Thierry Gathuessi waktu itu.
Tahun 2014 juga tak beda jauh. Tetapi, kesempatan bermain mulai meningkat. Dia dimainkan sebagai starter dalam separuh musim itu karena almarhum pelatih Suharno menurunkan Benny jika Arema main menyerang atau tampil di kandang. Sedangkan saat tandang posisinya diisi Gathuessi.
Barulah di TSC 2016 kali ini Benny kembali jadi pilihan utama di sektor bek sayap kanan karena pesaingnya, Syaiful Indra Cahya, masih berkutat dengan cedera hamstring. Kesempatan ini akan digunakan Benny untuk membuktikan bahwa dia belum habis kendati usianya kini sudah 30 tahun.
Berikutnya
5. Sunarto
Peran Sunarto belum terlihat di era Robert. Tetapi, bakatnya sudah tercium karena itu jebolan Akademi Arema ini dikontrak dan masuk sebagai pemain profesional waktu itu.
Setelah masuk dalam skuat juara musim 2010, Sunarto dapat julukan The Joker di musim berikutnya. Almarhum pelatih Miroslav Janu memberikan julukan itu karena perannya sebagai pemecah kebuntuan. Sunarto kerap mencetak gol penting ketika masuk sebagai pengganti.
Namun, saat Arema pecah pada 2012, dia sempat ikut mayoritas rekannya ke Arema IPL. Sunarto akhirnya kembali ke Arema ISL di pertengahan musim dan jadi striker utama ketika itu.
Tahun-tahun selanjutnya Sunarto sepertinya sudah ditakdirkan jadi supersub karena dia lebih sering main dari bangku cadangan, tapi memberikan kontribusi yang penting.
Meski pelatih berganti dari Rahmad Darmawan, almarhum Suharno, Joko Susilo hingga Milomir Seslija, jebolan Akademi Arema ini masih tak beranjak sebagai The Joker atau supersub karena dia diyakini butuh waktu untuk membaca situasi sebelum masuk ke lapangan.
Berikutnya
6. Dendi Santoso
Pemain sayap yang satu ini secara khusus tidak bisa reuni dengan Robert saat Arema bermain di Makassar. Sebab, Dendi masih berkutat dengan cedera patah tulang fibula di kaki kanan. Tentu dia menyesal karena tak bisa bertemu dengan Robert dalam waktu dekat karena Robert ikut punya andil dalam kariernya.
Dendi memang sudah bergabung dengan tim senior Arema setengah tahun sebelum Robert datang. Namun, dia bisa merasakan gelar juara di usia muda berkat pelatih asal Belanda tersebut.
Potensi Dendi sudah terlihat saat di Arema Junior. Itu sebabnya dia promosi ke tim senior lebih dulu ketimbang dua rekan lainnya, Sunarto dan Ahmad Alfarizi. Selain cepat, Dendi dikenal sebagai pemain cerdik. Cukup sulit mengambil bola yang ada di kakinya.
Perihal karier, dia sam seperti Meiga dan Sunarto. Sempat hengkang ke Arema IPL setengah musim, tetapi kembali dan langsung jadi andalan Arema ISL. Performanya sempat menurun dua tahun lalu.
Tetapi sejak dipegang Milomir Seslija, Dendi Santoso seakan lahir kembali sehingga dia dipercaya sebagai starter di sayap kanan. Namun, dia mengalami patah tulang fibula di pertandingan pertama TSC 2016 sehingga harus istirahat minimal dua bulan untuk memulihkan cedera.
Berikutnya
7. Ahmad Bustomi
Sama seperti Dendi, Bustomi tidak bisa melakukan reuni dengan Robert di Makassar. Gelandang 30 tahun ini cedera otot lutut kanan sejak turnamen Torabika Bhayangkara Cup.
Melihat ke belakang, Bustomi menjelma jadi salah satu gelandang terbaik Indonesia di era Robert sehingga dia jadi salah satu andalan lini tengah Timnas Indonesia senior.
Namanya meroket seusai ikut membawa Arema juara ISL musim 2010. Saat Arema pecah, Bustomi tidak memilih Arema IPL atau klub Jawa Timur lainnya karena dia memilih bergabung dengan Mitra Kukar tahun 2012-2013.
Saat kembali ke Arema musim 2014, dia dipercaya jadi kapten tim. Tetapi, dia mulai akrab dengan cedera. Mulai cedera engkel sampai lutut kerap menghantuinya.
Yang paling parah di era kepelatihan Milomir Seslija saat ini. Pemain yang akrab disapa Cimot itu seakan menghilang karena cedera. Baru pulih dari cedera engkel, Bustomi langsung diadang cedera lutut kanan yang penyembuhannya sudah berjalan dua bulan lebih. Diprediksi Ahmad Bustomi baru bergabung dengan tim lagi seusai lebaran.
Baca Juga
3 Fakta Miring Timnas Indonesia Selama Fase Grup yang Membuat Pasukan STY Limbung Lalu Hancur di Piala AFF 2024
Deretan Hal yang Membuat Rekam Jejak Timnas Indonesia Layak Dapat Pujian Meski Gagal di Piala AFF 2024
3 Penyebab Timnas Indonesia Gagal Total di Piala AFF 2024: Tidak Ada Gol dari Pemain Depan!