Mengintip Kondisi Terakhir 6 Pesaing Indonesia di Piala AFF 2016

oleh Aning Jati diperbarui 10 Jun 2016, 06:00 WIB
Mengulik para pesaing Timnas Indonesia di Piala AFF 2016. (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Sesuai jadwal, Piala AFF 2016 bergulir pada 19 November-17 Desember 2016. Seperti edisi sebelum-sebelumnya, turnamen untuk timnas senior di regional ASEAN ini dimulai dengan fase penyisihan grup. Myanmar dan Filipina ditunjuk sebagai tuan rumah fase penyisihan grup sementara partai semifinal dan final digelar dengan sistem kandang-tandang.

Sebanyak tujuh tim, yakni Thailand (juara bertahan), Malaysia, Singapura, Vietnam, Myanmar, Filipina, dan Indonesia sudah dipastikan tampil di putaran final. Satu tim lagi ditentukan melalui fase kualifikasi. 

Empat tim, yakni Kamboja, Timor-Leste, Laos, dan Brunei Darussalam akan berebut satu tiket terakhir ke Piala AFF 2016. Babak kualifikasi ini dimainkan di Kamboja, 13-22 Oktober.

Melihat situasi terkini, cukup menarik mencermati kiprah para pesaing untuk mengetahui posisi Indonesia dalam peta persaingan Piala AFF 2016 yang tinggal menyisakan lima bulan lagi.

Seperti diketahui, enam pesaing berat Indonesia (minus negara yang masuk dari babak kualifikasi), tak bisa dipandang sebelah mata. Faktanya, sejak Piala AFF digelar pada 1996, Indonesia belum pernah sekalipun mengangkat trofi juara dan lebih sering jadi runner-up.

Advertisement

Sementara Thailand dan Singapura sama-sama jadi pengoleksi trofi terbanyak, dengan jadi juara sebanyak empat kali, disusul Malaysia dan Vietnam masing-masing satu gelar. 

Filipina dan Myanmar memang belum pernah merebut juara, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, sepak bola mereka mengalami kemajuan pesat yang dibuktikan dengan makin baiknya grafik ranking FIFA kedua negara tetangga ini.

Di sisi lain, sejak dibekukan pemerintah dan FIFA, praktis timnas Indonesia vakum. Meski sanksi FIFA sudah dicabut pada 13 Mei 2016, geliat Timnas juga belum terlihat karena PSSI masih dalam proses mencari pelatih kepala. Bisa dipastikan upaya Timnas memperkecil ketertinggalan dengan negara tetangga tidak akan mudah.

Pasalnya, dalam durasi setahun ketika Indonesia vakum dari pentas internasional, negara di kawasan ASEAN berlomba-lomba menempa timnas mereka untuk jadi yang terbaik.

Bola.com mencoba merangkum apa saja yang dilakukan dan diperoleh timnas negara pesaing selama setahun terakhir, yang berpotensi merusak ambisi Indonesia jadi yang terbaik di Piala AFF 2016:

2 dari 7 halaman

1

Thailand, juara bertahan Piala AFF, yang masih jadi kandidat terkuat merebut gelar juara Piala AFF tahun ini. (Bola.com/Bangkok Post)

1. Thailand
Tak bisa dimungkiri, Thailand merupakan kandidat terkuat untuk kembali merebut trofi juara. Hal ini bukan tanpa sebab mengingat kiprah tim asuhan pelatih Kiatisuk Senamuang ini cukup sensasional ketimbang negara di regional ASEAN lain.

Thailand, merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang mampu lolos ke putaran tiga Kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Asia setelah sukses jadi juara Grup F pada putaran kedua.

Itu artinya, mimpi warga Negara Gajah Putih melihat timnas kebanggaan tampil di Piala Dunia 2018 tinggal sejengkal. Syaratnya, Thailand bisa finis di posisi dua besar Grup B yang juga dihuni Australia, Jepang, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Irak. Dua tim teratas bakal langsung mendapat tiket ke putaran final Piala Dunia.

Bila finis di peringkat ketiga, Thailand masih berpeluang tampil di putaran final Piala Dunia asal bisa mengalahkan tim peringkat ketiga dari Grup A, serta mengandaskan tim peringkat empat dari zona CONCACAF pada play-off antarkonfederasi.

Modal apik untuk memulai perjuangan di putaran ketiga diperoleh Thailand. Pada Minggu (5/6/2016) mereka merebut trofi juara King's Cup untuk pertama kali dalam sembilan tahun terakhir. Di laga puncak, Kroekrit Taweekarn cs. menundukkan Yordania dengan skor 2-0.

"Thailand tim kuat dan saya percaya mereka akan membuat kejutan dalam kualifikasi Piala Dunia nanti," puji pelatih Yordania, Abdulla Abu Zema, seperti dikutip di Bangkok Post.

Sebagai tambahan, Thailand memiliki posisi ranking FIFA tertinggi di ASEAN saat ini, yakni 117.

3 dari 7 halaman

2

Di bawah kendali pelatih baru, Nguyen Huu Thang, Vietnam seolah lahir baru dan siap menebar ancaman di Piala AFF 2016. (Bola.com/Vietmaz)

2. Vietnam
Perubahan ingin diperlihatkan pelatih anyar Vietnam, Nguyen Huu Thang, yang menggantikan pelatih sebelumnya, Toshiya Miura, pada Maret 2016.

Huu Thang, seperti dikutip di Bongda Plus, berani memadukan pemain muda dan senior dalam tim. Pelatih yang juga mantan pemain timnas Vietnam pada medio 90-an hingga awal 2000-an itu tidak hanya memperkuat lini tengahnya dengan permainan kombinasi melainkan juga menerapkan serangan teroganisasi. Huu Thang juga membangun rasa percaya diri anak asuhannya.

Sejauh ini perpaduan itu membuahkan hasil apik. Sejak ditangani pelatih 44 tahun itu, Vietnam meraih empat kemenangan dari lima laga.

Terakhir, Le Cong Vinh cs. membungkam Singapura di partai puncak Aya Bank Cup, 3-0, 6 Juni 2016, untuk merebut trofi kejuaraan turnamen edisi perdana yang juga diikuti Myanmar serta Hong Kong ini.

Selain bersiap mewujudkan target merebut juara Piala AFF 2016, Vietnam juga bersiap menjalani putaran ketiga kualifikasi Piala Asia 2019. Vietnam bersaing dengan 24 peserta demi memperebutkan 12 tiket ke putaran final Piala Asia 2019.

Timnas Vietnam terpaksa menjalani kualifikasi putaran ketiga Piala Asia 2019 karena gagal merebut slot otomatis, yakni berada di peringkat dua teratas dalam Grup F Kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Asia. 

Vietnam, per 2 Juni 2016 menduduki ranking FIFA ke-133 atau ketiga tertinggi di antara negara ASEAN. Di sisi lain, pernyataan Le Cong Vinh yang akan gantung sepatu seusai Piala AFF 2016 bisa jadi ancaman bagi Indonesia karena striker berusia 30 tahun ini yang masuk daftar top scorer sepanjang Piala AFF dengan koleksi 14 gol ini pasti menginginkan prestasi sebelum pensiun.

4 dari 7 halaman

3

Timnas Malaysia beranjak keluar dari masa suram sejak ditangani Ong Kim Swee. (Bola.com/FAM)

3. Malaysia
Dalam setahun terakhir timnas Malaysia bisa dibilang dalam masa suram. Kekalahan 0-10 dari Uni Emirat Arab (UEA) pada kualifikasi Piala Dunia Zona Asia Grup A pada 3 September 2015, disusul kerusuhan di Stadion Shah Alam kala menjamu Arab Saudi (8/9/2015), jadi bukti.

Namun, sesungguhnya hal itu hanyalah reaksi atas loyonya penampilan Harimau Malaysia terutama sejak dikalahkan Thailand di laga final Piala AFF 2015.

Sebelum kekalahan 0-10 dari UEA, Harimau Malaysia yang ketika itu ditangani pelatih Dollah Salleh pernah kalah 0-6 dari Oman (laga persahabatan) dan Palestina (kualifikasi Piala Dunia Zona Asia Grup A).

Kondisi membaik saat Dollah Salleh mundur dan kursi pelatih timnas Malaysia secara resmi diisi Ong Kim Swee. Sejak Januari 2016, Malaysia sudah tampil pada lima pertandingan, resmi maupun persahabatan. Hasilnya, satu laga berakhir dengan kekalahan, dua laga berjalan imbang, dan dua pertandingan berakhir dengan kemenangan.

Dua kemenangan itu terjadi pada play-off kualifikasi Piala Asia 2019 melawan Timor Leste. Kemenangan dengan skor identik 3-0 itu membawa Harimau Malaysia melaju ke putaran ketiga kualifikasi Piala Asia 2019 setelah tersingkir dari kualifikasi Piala Dunia 2018.

Melihat tren ini, bukan tak mungkin Malaysia kembali mengaum dan jadi rival panas Indonesia di Piala AFF 2016. Di penghitungan ranking FIFA, Malaysia naik satu peringkat dari 174 ke 174 per 2 Juni 2016.

Sebagai persiapan menuju Piala AFF 2016, Malaysia sudah mengagendakan uji coba melawan Papua Nugini (17/6/2016), Kaledonia Baru (22/6/2016), dan Fiji (26/6/2016).

5 dari 7 halaman

4

Timnas Singapura masih berupaya bangkit sejak ditinggal pelatih Radojko Avramovic. (Bola.com/FAS)

4. Singapura
Beban berat ada di bahu V. Sundramoorthy, pelatih anyar timnas Singapura. Berstatus sebagai pelatih sementara, V. Sundramoorthy yang baru menjabat sebagai pelatih sementara timnas Singapura sejak 14 hari lalu, ditarget merebut gelar juara Piala AFF.

Media massa Singapura terbilang pesimistis dengan target itu mengingat tren timnas dari negara dengan biaya hidup termahal di dunia ini menurun sejak Radojko Avramovic hengkang dari kursi pelatih timnas. Pelatih asal Serbia itu menduduki kursi panas sejak 2003-2012 dan memberikan sejumlah prestasi, termasuk tiga kali juara Piala AFF (2004, 2007, 2012) dan medali perunggu SEA Games 2007.

Suksesor Avramovic, Bernd Stange, gagal membawa Singapura lolos dari penyisihan grup Piala AFF 2014. Langkah Singapura di kualifikasi Piala Dunia Zona Asia juga telah terhenti setelah hanya finis di posisi ketiga Grup E.

Kini Sundramoorthy, yang berstatus mantan pemain timnas Singapura era 80-90an ini harus meracik skuat generasi baru. Pasalnya, dari 23 pemain yang disiapkan untuk ajang terakhir yang diikuti timnas Singapura, 2016 Aya Bank Cup di Myanmar, 13 pemain di antaranya berusia 21-25 tahun.

Namun, pemain kawakan yang namanya sudah tak asing di kalangan pencinta sepak bola Indonesia, Shahril Ishak dan Baihakki Khaizan, masih tergabung dalam tim.

Indonesia jelas tak boleh memandang rendah Singapura karena meski dihuni pemain muda, mulai menunjukkan peningkatan. Terbaru, Hariss Harun dkk. mampu melaju hingga final 2016 Aya Bank Cup kendati akhirnya kalah 0-3 dari Vietnam.

Selain berpacu mempersiapkan tim untuk Piala AFF 2016, pemilik ranking 149 FIFA per 2 Juni 2016 ini juga sedang bersiap menjalani putaran ketiga kualifikasi Piala Asia 2019.

6 dari 7 halaman

5

Timnas Filipina tak ingin jadi semifinalis untuk keempat kalinya. Di Piala AFF 2016, mereka mengincar partai puncak. (Bola.com/FIFA)

5. Filipina
Filipina terus bergerak maju dalam pembinaan sepak bola. Bukti nyata adalah dengan konsistensi timnas negara itu yang selalu lolos ke semifinal Piala AFF. Prestasi itu dicatat dalam tiga penyelenggaraan terakhir Piala AFF, yaitu 2010, 2012, dan 2014.

Kini jelang Piala AFF 2016, Filipina makin mantap mempersiapkan tim. Langkah awal Federasi Sepak Bola Filipina (PFF) dengan memperpanjang kontrak pelatih asal Amerika Serikat (AS), Thomas Dooley. Tidak tanggung-tanggung, Thomas Dooley yang dikontrak sejak 2014 lalu, diperpanjang sampai 2018.

Target PFF buat Thomas Dooley dalam perpanjangan kontrak ini adalah membawa Filipina lolos ke final Piala AFF. "Target kami adalah mencapai final setelah tiga edisi terakhir Piala AFF kami hanya jadi semifinalis," kata Mariano Araneta, Presiden PFF.

Modal timnas pemilik ranking FIFA ke-120 per 2 Juni 2016 ini untuk bisa mencapai target final terlihat cukup mentereng. Selain mampu bertahan sampai putaran kedua kualifikasi Piala Dunia 2018, Filipina sudah memastikan tempat di putaran ketiga kualifikasi Piala Asia 2019.

Sebagai pemanasan juga sudah dirancang pertandingan persahabatan pada September mendatang. Dengan format kandang dan tandang, timnas Filipina akan menghadapi Kirgistan dalam uji coba, tepatnya pada 16 September dan 9 November 2016.

Untuk materi pemain timnas, ada banyak pemain Filipina yang sekarang berkiprah di luar negeri. Mereka adalah Neil Etheridge (Walsall), Javier Patino (Henan Jianye), Luke Woodland (Bradford Park Avenue), Roland Müller (Etoile Carouge FC), Stephan Palla (Wolfsberger AC), Alvaro Silva (Daejeon Citizen), Philip Greatwich (Baltimore Bohemians), dan Denis Wolf (Havelse).

 

7 dari 7 halaman

6

Timnas Myanmar proyeksi Piala AFF 2016 boleh dibilang sebagai generasi emas. (Bola.com/HFKA)

6. Myanmar
Skuat timnas Myanmar tahun ini bisa dikatakan sebagai generasi emas. Hal itu terkait keberhasilan timnas Myanmar U-20 lolos ke putaran final Piala Dunia U-20 2015. Kini, mayoritas pemain yang tahun lalu memperkuat U-20 sudah promosi ke timnas senior.

Kebetulan pelatih timnas U-20 Myanmar di Piala Dunia U-20 2015 saat itu, Gerd Zeise, juga ikut dinaikkan jabatannya menjadi pelatih timnas senior. Zeise menggantikan posisi Radojko Avramovic yang dipecat karena dianggap gagal menghadirkan prestasi pada medio Oktober 2015.

Jadi, tidak heran bila prototipe timnas Myanmar senior pada tahun ini sudah memiliki kekompakan karena kebersamaan yang begitu lama.

Momen tahun ini dengan jadi salah satu tuan rumah penyisihan grup Piala AFF 2016, akan dipakai sebagai titik tolak untuk berlari cepat. Myanmar tidak ingin lagi dianggap sebagai tim kelas dua di Asia Tenggara, melainkan bersaing dengan Vietnam, Singapura, dan Thailand.

Gerd Zeise percaya kolaborasi mayoritas mantan pemain timnas Myanmar dengan tenaga senior seperti Kyaw Ko Ko, Yan Aung Kyaw, dan Zaw Min Tun, bisa mewujudkan target Myanmar untuk berbicara banyak di level Asia Tenggara, hingga nanti persaingan di Asia.

Hanya, melihat kondisi terakhir, Ziese harus bekerja keras menempa timnya jadi lebih baik. Pasalnya, dari tujuh laga yang dijalaninya bersama timnas senior sejauh ini, baik laga resmi maupun partai uji coba, pelatih asal Jerman itu baru memberikan satu kemenangan dan dua hasil imbang.

Satu kemenangan itu dicatatkan atas Hong Kong di ajang Aya Bank Cup (6/6/2016). Kemenangan 3-0 itu membuat Myanmar menduduki peringkat ketiga dari empat peserta. Sedangkan gelar juara diraih Vietnam yang di final menang 3-0 atas Singapura.

Beruntung, perjuangan Myanmar untuk mendapat tiket berlaga di Piala Asia 2019 masih berlanjut. Timnas berjulukan The White Angels ini lolos ke putaran ketiga kualifikasi Piala Asia 2019.

Bila mengacu pada ranking FIFA per 2 Juni 2016, Myanmar yang memiliki ranking 161 ada di urutan ke-5 negara ASEAN di bawah Thailand, Filipina, Vietnam, dan Singapura.