Bola.com, Bandung - Persib Bandung yang akan bersua Persija Jakarta pada Sabtu (16/7/2016) dalam lanjutan Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo jadi salah satu klub yang punya rekam jejak sering gonta-ganti pelatih. Jarang ada pelatih bisa tenang menjalankan tugasnya dalam waktu yang lama.
Tercatat sebanyak 23 pelatih silih berganti menangani Persib sejak Liga Indonesia edisi perdana 1995-1996. Angka yang terhitung tinggi, menegaskan kalau kursi pelatih di Maung Bandung selalu panas.
Baca Juga
Bukan cerita aneh lagi kalau dalam satu musim, Persib bisa memakai jasa dua hingga tiga pelatih. Manajemen Persib tipikal tangan besi pada pelatih yang mereka pekerjakan. Hal itu dipengaruhi tuntutan tinggi bobotoh yang selalu ingin tim kesayangan juara kompetisi kasta elite.
Djadjang Nurdjaman, yang baru saja menjalankan tugas sebagai nakhoda Persib menggantikan Dejan Antonic, terhitung sosok yang sering wira-wiri di Persib, baik sebagai asisten atau pelatih kepala.
Ia tercatat sebagai sosok yang sukses mempersembahkan gelar juara Indonesia Super League 2014, mengakhiri dahaga panjang trofi sejak musim 1995-1996. Apakah kali ini Djanur bakal langgeng di Tim Pangeran Biru?
Tidak ada jaminan soal itu. Dukungan besar yang diberikan para fans saat ini pun bisa berubah jadi cacian jika di akhir Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredeoo, Persib Bandung gagal juara.
Dengan bekal keuangan berlimpah, Persib amat leluasa memboyong pemain-pemain berkualitas dengan banderol mahal. Namun, kualitas skuat tak jadi jaminan datangnya gelar juara. Fakta menunjukkan, skuat Maung Bandung selalu mentereng dari musim ke musim.
Hanya, hal itu tidak lantas membuat mereka langganan juara atau setidaknya stabil berada di jajaran atas klasemen kompetisi kasta elite.
Sponsored by:
Andrejz Sledzianowski
Sebuah perubahan besar dilakukan Persib Bandung di Liga Indonesia musim 2003. Untuk kali pertama mereka menggunakan tenaga pemain asing, termasuk mendatangkan pelatih asal Polandia, Marek Andrejz Sledzianowski.
Marek memboyong kuartet legiun asing asal negaranya, Mariusz Mucharski, Pawel Bocian, Piotr Orlinski, dan Maciej Dolega. Kedatangan mereka menciptakan euforia di kalangan bobotoh, yang bertahun-tahun hanya bisa menyaksikan pemain-pemain lokal saja.
Di sisi lain, Marek meremajakan skuat lokal Persib dengan talenta-talenta muda. Dengan berani sang mentor melepas pemain-pemain senior macam, Yaris Riyadi, Suwita Pata, Cecep Supriatna, Sujana. Sebagai gantinya dimunculkan pemain-pemain belia, seperti: Yosef Nandang, Rahman F., Jaenal Abidin, Jaja Hidayat, dan Eka Santika.
Apesnya, perubahan ini membuat Persib goncang. Di bawah kendali Marek, Persib mencatat noda hitam. Persib melewati 12 pertandingan beruntun tanpa meraih kemenangan sekalipun. Tanpa ampun, Marek dipaksa angkat kaki oleh manajemen.
Dua asisten, Bambang Sukowiyono dan Iwan Sunarya, dipilih sebagai caretaker. Petinggi klub juga mendatangkan Juan Antonio Paez asal Cile.
Hanya, Paez tidak langsung dikontrak sebagai pelatih kepala. Ia diminta menjadi direktur teknik terlebih dahulu. Baru pada pengujung putaran pertama kompetisi ia diminta turun gunung.
Paez mengemban misi berat mengangkat Persib dari posisi juru kunci klasemen. Saat menjalankan tugasnya ia didampingi Yaya Sunarya dan Kun Syanto. Langkah awal sang pelatih dengan melakukan perombakan besar-besaran di jajaran pemain. Sejumlah pemain lokal juga didepak.
Nama-nama gres macam, Marwal Iskandar, Suwandi H.S.,Mulyono Geroda, dan Agus Setiawan (kiper) didatangkan ke kota kembang. Kuartet Polandia dipaksa angkat kaki digantikan pemain-pemain asing asal Cile, Alejandro Tobar, Rodrigo Lemunao (tapi dicoret lagi), Rodrigo Alejandro Sanhueza, serta Claudio Lizama.
Meski perubahan itu dilakukan secara signifikan, tidak membuat performa Persib membaik. Tim Maung Bandung mengakhiri kompetisi di peringkat ke-16 dari 20 tim peserta kompetisi kasta elite.
Mengacu kepada aturan awal PSSI yang menyebutkan enam tim terbawah langsung terdegradasi, semestinya Persib turun kasta musim depan.
Beruntung buat Persib, pada pertengahan musim, PSSI (kala itu dipimpin Agum Gumelar) mengubah aturan main soal promosi-degradasi. Tim yang menempati peringkat 15 dan 16 masih diberi kesempatan melalui babak play-off dengan peringkat dua tim Divisi I.
Pertandingan play-off dihelat di Stadion Manahan, Solo. Setelah memainkan tiga partai play-off, Persib akhirnya selamat. Mereka lolos dari degradasi setelah mencatat kemenangan 1-0 atas Persela Lamongan dan PSIM Yogyakarta serta bermain imbang 4-4 dengan Perseden Denpasar.
Sponsored by:
Juan Antonio Paez
Walau Persib Bandung lolos dari degradasi pada musim 2003, manajemen Tim Maung Bandung memberi catatan kepada Juan Antonio Paez. Ia diberi beban berat, target juara di Liga Indonesia 2004.
Paez tidak banyak melakukan perubahan komposisi skuat. Guna menambah daya dobrak ia mendatangkan trio penyerang asal Cile, Julio Lopez, Angelo Andres Espinoza, dan Adrian Colombo. Di sisi lain, ia juga merekrut dua pilar Timnas Indonesia, Alexander Pulalo dan Imran Nahumaruri.
Manajemen Persib juga sukses merayu pemain asal Jawa Barat layaknya Usep Munandar, Deden Hermawan (Barito Putra), Erik Setiawan (Persebaya Surabaya), dan Andi Supendi (Persija Jakarta), untuk kembali ke tim.
Dengan materi skuat yang terhitung kompetitif semestinya Persib bisa eksis di jajaran papan atas klasemen. Sayang, hal itu tidak terjadi. Intrik di jajaran staf pelatih membuat Persib oleng di tengah kompetisi.
Bersitegang dengan Paez, pelatih kiper Boyke Adam memilih mundur dari tim. Sang mentor juga ribut dengan manajer tim, H.M. Sanusi, yang diikuti pengunduran diri sang figur pemimpin.
Menjelang akhir putaran pertama, intrik kian tajam. Secara mengejutkan Paez mencoret Julio Lopez dan Adrian Colombo. Keputusan yang dinilai aneh karena keduanya tampil apik. Torehan gol keduanya menembus 16 biji. Alasan sang pelatih, Colombo cedera sementara Lopez punya masalah pribadi.
Belakangan Angelo Andres Espinoza juga dibuang. Demikian pula Andi Supendi, serta Dadang Sudradjat. Sebagai gantinya, Persib mendatangkan duet striker baru, Osvaldo Moreno (Paraguay) dan Cristian Molina (Cile).
Merasa tak setuju dengan keputusan-keputusan Paez, bek matang pengalaman Nur'alim memilih mundur dari tim. Tekanan meminta Paez keluar dari Persib makin kencang dari bobotoh dan juga manajemen.
Tak tahan dengan suara-suara sumbang, Paez akhirnya memutuskan mengundurkan diri setelah Persib mengalahkan Persipura Jayapura 1-0 di Stadion Siliwangi (8/8/2004).
"Buat apa saya melatih kalau tidak didukung," ungkap Paez kepada para jurnalis Kota Kembang.
Namun, setelah diadakan pembicaraan tingkat tinggi di Hotel Grand Hyatt, pengurus meminta Paez untuk melanjutkan tugasnya, setidaknya hingga akhir musim. Paez mengalah.
Walau kondisi internal tidak kondusif, Persib sukses menempati posisi keenam klasemen akhir. Tetap saja hal itu tetap dianggap sebuah kegagalan. Juan Paez akhirnya menyudahi karier di Bandung dengan perasaan gusar bukan kepalang.
Risnandar Soendoro
Pada Liga Indonesia 2006, Risnandar Soendoro (almarhum), didapuk menjadi pelatih Persib menggantikan seniornya, Indra M. Thohir. Apesnya baru dua laga kompetisi ia sudah lengser.
Risnandar terpaksa harus mengundurkan diri karena desakan ribuan bobotoh yang melakukan aksi unjuk rasa besar-besaran di Stadion Siliwangi, sesaat setelah Charis Yulianto cs. mengalami kekalahan kedua dari Persijap Jepara 0-1.
Pada pertandingan pembuka yang juga dihelat di Bandung, Persib kalah 1-2 dari PSIS Semarang. Risnandar awalnya berkeras, minta waktu tambahan ke manajemen Tim Maung Bandung. Setidaknya ia diberi kesempatan memimpin tim satu laga lagi. Namun, manajemen Persib yang ditekan bobotoh tak mengabulkan permintaan sang mentor.
"Saya mundur demi kebaikan Persib ke depannya," ungkap Risnandar singkat.
Sebagai bentuk rasa tanggung jawab, keputusan mundur Risnandar juga diikuti asistennya, Encas Tonif. Untuk mengisi kekosongan pelatih saat menjalani pertandingan away di Medan dan Deli Serdang, untuk sementara pengurus Persib menunjuk pelatih Persib U-23, Djadjang Nurdjaman, untuk mendampingi Dedi Sutendi, asisten pelatih Risnandar yang masih tetap berada di tim.
Belakangan Arcan Iurie Anatolievici yang sebelumnya menukangi Persija Jakarta didatangkan untuk mengisi kekosongan pelatih kepala di Persib.
Pelatih asal Moldova tersebut mendatangkan dua legiun asing baru, Kosin Hattahairathanakool (Thailand) dan striker Reduoane Barkaoui (Maroko).
Sebelumnya, Persib sudah memiliki Antonio Claudio (Brasil), Nipont Chanrawut, dan Pradith Taweetchai (Thailand). Di tangan Iurie kondisi Persib masih goyah.
Klub berulangkali masuk zona papan bawah. Tim Pangeran Biru menyudahi kompetisi dengan berada di posisi 12 dari 14 klub kontestan Wilayah Barat (kala itu LI dibagi dua wilayah). Pencapaian itu terhitung jeblok karena hanya terpaut satu strip dari zona degradasi.
Arcan Iurie
Jeblok di musim sebelumnya, Arcan Iurie tetap mendapat kepercayaan menangani Maung Bandung pada Liga Indonesia musim 2007-2008. Ia dibebani target tinggi wajib juara oleh Ketua Umum Persib, Dada Rosada.
Iurie diberi kebebasan membangun fondasi Persib. Ia mendatangkan pemain-pemain asing, Nyeck Nyobe Georges Clement (Kamerun), Patricio Jimenez Diaz, Lorenzo Cabanas (Cili), dan Christian Bekamenga (Kamerun). Keempat pemain itu bergabung dengan Reduoane Barkaoui yang menjadi satu-satunya pemain asing yang dipertahankan.
Untuk deretan pemain lokal, Persib memboyong Tema Mursadat (Persikota Tangerang), Nova Arianto (Persebaya Surabaya), Sonny Kurniawan (Persija Jakarta), Bayu Sutha (Persema Malang) dan memulangkan Suwita Pata dari PSIS Semarang serta Aji Nurpijal dari Mitra Kukar. Dengan komposisi pemain yang mentereng, Persib masuk daftar unggulan kampiun musim tersebut.
Apesnya, dengan skuat kinclong Persib tampil angin-anginan di fase penyisihan Grup Barat. Iurie dipecat sehari setelah tim berjuluk Maung Bandung mengalami kekalahan saat menjamu Sriwijaya FC 0-1.
Keputusan diumumkan Ketua Umum Persib, Dada Rosada, seusai melakukan rapat tertutup dengan sejumlah pengurus serta elemen masyarakat pencinta Persib, Kamis (29/11/2007).
Arcan Iurie mengaku sudah tidak nyaman menjalankan tugas. Kondisi psikologisnya terganggu karena keluarganya kerap mendapat teror dari fans fanatik Persib. "Sulit bagi saya untuk bisa berkonsentrasi. Saya terima keputusan manajemen memecat saya," ujar Iurie, yang pada musim 2005 sukses mengantar Persija jadi runner-up kompetisi.
Untuk mengisi kekosongan jabatan pelatih, manajemen Persib memercayakan kepada lima asisten pelatih, masing-masing Djadjang Nurdjaman, Robby Darwis, Adeng Hudaya, Anwar Sanusi, serta Dino Syafrianto sebagai caretaker pelatih.
Sayang, keputusan menepikan Iurie terhitung terlambat, Persib gagal bangkit di lima pertandingan sisa kompetisi. Mereka gagal melaju ke babak 8 besar.
Jaya Hartono
Pada musim 2008-2009, pengurus Persib mengontrak pelatih lokal Jaya Hartono yang sukses mengantarkan klub kuda hitam Persik Kediri jadi juara Liga Indonesia 2003.
Kompetisi LI pada musim ini berganti nama menjadi Indonesia Super League, dengan format satu wilayah.
Persib memulai kompetisi dengan kemenangan 5-2 atas Persela Lamongan di Stadion Siliwangi, namun kemudian kalah tiga kali berturut-turut ketika melawan Persija Jakarta, Persipura Jayapura, dan Persiwa Wamena.
Ketika paruh pertama musim selesai, Persib berada di papan tengah klasemen, jauh dari target manajemen yang menginginkan Persib menjadi juara ISL sehingga ada spekulasi Jaya Hartono akan dipecat, namun dia bertahan.
Pada paruh kedua, Persib berhasil bangkit. Secara tak terduga Tim Pangeran Biru melesat ke posisi tiga besar. Pada pertandingan terakhir Cristian Gonzales dkk. menaklukkan rival utama, Persija Jakarta, dengan skor 2-1. Perbendaharaan poin mereka sama dengan Persiwa Wamena, namun Persib unggul selisih gol.
Di sisi lain, Jaya juga sukses mengantar Persib melaju ke babak 16 besar Copa Indonesia untuk pertama kalinya dalam sejarah klub tersebut setelah mengalahkan Persires Rengat 2-1. Sayang, laju Persib terhenti setelah kalah 4-2 agregat melawan Sriwijaya FC.
Sukses di musim perdana tidak lantas membuat Jaya Hartono bisa tenang pada musim berikutnya. Dibebani target wajib juara di ISL 2009-2010, tekanan dirasakan Jaya sejak laga perdana.
Apesnya langkah Maung Bandung tertatih-ratih. Kinerja Jaya terus mendapat sorotan bobotoh. Tidak tahan terus dirongrong, ia akhirnya meletakkan jabatan.
Jaya menyatakan mundur dari kursi pelatih dalam jumpa pers di Stadion Persib, Bandung, Jumat (16/4/2010). "Saya menyatakan mundur dari jabatan saya sebagai pelatih Persib. Surat pengunduran diri saya, telah diserahkan kepada Manajer Persib, Umuh Muchtar, hari ini. Saya masih menunggu keputusan resmi dari manajemen PT Persib Bandung Bermartabat," ungkap Jaya.
Jaya mengakui alasan dirinya mundur dari kursi pelatih Persib karena tidak tahan dengan tekanan pendukung fanatik Persib Bandung. Ia terus terang mengaku tersinggung dengan keberadaan spanduk di stadion yang dirasa mengintimidasi dan menginjak-injak harga dirinya.
"Saya sangat tidak nyaman dengan hinaan dari Viking, pendukung Persib. Selama ini saya telah all-out untuk membuat Persib meraih kemenangan di setiap pertandingan. Saya tetap manusia, yang memiliki batas kesabaran," tuturnya.
Jaya juga memaparkan adanya tekanan yang mengintimidasi tersebut telah ada sejak tiga pekan sebelumnya. Namun, puncaknya pada saat kekalahan Persib atas Persijap Jepara dengan skor 1-2, Sabtu (10/4/2010).
"Kini saya akan beristirahat. Keluarga saya telah mendukung keputusan ini," ucapnya ketika itu.
Di bawah kendali Jaya, Persib menderita 10 kali kekalahan di ISL 2009-2010. Sepeninggal sang pelatih, tugas melatih Persib Bandung diambil alih Roby Darwis dan Yusuf Bachtiar.
Dejan Antonic
Dejan Antonic datang ke Persib dengan rasa percaya tinggi. Pelatih yang sebelumnya menukangi Pelita Bandung Raya tersebut meyakini ia bisa mengulang sukses Djadjang Nurdjaman, yang mempersembahkan gelar Indonesia Super League 2014 dan Piala Presiden 2015.
Nakhoda asal Serbia tersebut pada musim 2014 jadi buah bibir karena sukses meloloskan PBR yang berstatus klub semenjana ke semifinal ISL. Ia sempat digadang-gadang jadi pelatih Timnas Indonesia menggantikan Alfred Riedl seusai gagal Piala AFF 2014.
Dejan didatangkan dengan harapan bisa membantu proses regenerasi di Tim Pangeran Biru. Ia dikenal sebagai pelatih yang senang memberdayakan pemain muda.
Tekanan sudah dirasakan Dejan di masa awal kepemimpinannya. Bobotoh mulai sering membanding-bandingkan dirinya dengan Djanur, terutama ketika Persib hanya menjadi runner-up di turnamen Bali Island Cup dan Torabika Bhayangkara Cup. Di dua ajang tersebut Atep dkk. kalah bersaing dari Arema Cronus.
Apesnya langkah Persib tersendat di laga-laga awal Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo. Maung Bandung seret kemenangan.
Pada laga pembuka di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, mereka hanya bermain 1-1 melawan Sriwijaya FC. Selanjutnya Hariono cs. hanya memetik hasil draw 1-1 di markas Pusamania Borneo FC.
Sempat meraih kemenangan di kandang atas Bali United 2-0, berikutnya performa Persib kembali melempem dengan hasil imbang 0-0 kontra Madura United.
Kinerja pemain-pemain bawaan Dejan layaknya Juan Belencoso, Kim Kurniawan, Hermawan, serta David Laly jadi perhatian bobotoh.
Posisi Dejan kian sulit setelah Persib dihajar Bhayangkara Surabaya United 1-4 di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo. Ia sempat bersitegang dengan bobotoh seusai pertandingan.
Lantaran tidak tahan dengan tekanan, Dejan Antonic memutuskan mengundurkan diri. "Saya tidak merasa nyaman bekerja di bawah tekanan seperti ini," ucap mantan pelatih Pro Duta dan Arema IPL tersebut.
Manajemen Persib menujuk asisten pelatih, Herrie Setyawan, sebagai caretaker di dua laga, yakni saat menghadapi Mitra Kukar (2-1) dan Persegres Gresik United (1-2). Djadjang Nurdjaman akhirnya diminta comeback.
Tidak ada jaminan posisi Djanur bakal langgeng di Persib Bandung. Seperti pendahulu-pendahulunya, ia pun menghadapi tuntutan tinggi. Jika Maung Bandung gagal juara TSC 2016, bukan tidak mungkin ia harus mengucapkan sayonara kepada klub yang membesarkannya sebagai pemain atau pelatih.
Sponsored by: