Bola.com, Jakarta - Atlet angkat besi Indonesia, Eko Yuli Irawan, memiliki segudang prestasi dalam kariernya. Mulai dari juara nasional, merebut medali SEA Games hingga perunggu Olimpiade.
Namun, siapa sangka ada cerita menarik yang melatarbelakangi kesuksesan atlet berusia 26 tahun tersebut. Dalam wawancaranya dengan Fox Sports Asia, belum lama ini, Eko Yuli mengaku awalnya tak tahu ada cabang olahraga angkat besi.
"Awalnya tidak tahu ada olahraga angkat besi. Tapi memang ada tempat latihannya di depan rumah. Lalu kami sempat main-main ke sana karena di ajak teman," cerita Eko Yuli.
"Pas pertama datang sudah disuruh latihan, mereka mengira kami ingin latihan. Setengah tahun latihan di sana, saya dipercaya ikut kejuaraan nasional tingkat remaja 2001 dan dapat medali emas," tambahnya.
Baca Juga
Layaknya kebanyakan atlet, Eko Yuli harus mengawali perjuangannya dari titik tersulit. Pria kelahiran Lampung ini mengaku hanya menerima upah Rp 3.000 per minggu pada awal kariernya.
"Itu sudah cukup banyak untuk pemuda seperti saya. Lama kelamaan meningkat hingga Rp 10.000 per minggu. Uang itu saya berikan kepada orang tua, terserah mereka mau diapakan," kata Eko Yuli.
Benih yang ditabur Eko Yuli akhirnya berbuah manis. Kini, dia menjelma jadi andalan tim Merah Putih. Berbagai prestasi dia raih. Itu juga berpengaruh terhadap penghasilannya.
Dari penghasilannya itu, Eko Yuli bersyukur sudah bisa menyenangkan orang tuanya. "Ya sudah bisa menyenangkan orang tua. Bangun rumah, beli sawah, sampai mereka bisa naik haji," tuturnya.
Dominan di SEA Games, Belum Sempurna di Olimpiade
Dari sisi prestasi, Eko Yuli juga merasa bersyukur. Pria yang mendapatkan julukan Lionel Messi angkat Besi Indonesia ini tampil dominan pada ajang SEA Games.
Empat kali ikut perhelatan dua tahun tersebut, Eko Yuli selau meraih medali emas. Tak Hanya itu, dia juga selalu memecahkan rekor.
"Setiap Sea Games saya mendapatkan medali emas dan memecahkan rekor. Empat kali emas dan empat kali mecahin rekor. Saya juga tak menyangka. Saya hanya memberikan yang terbaik dan mengikuti intruksi pelatih," ujarnya.
Sedangkan pada ajang Olimpiade, Eko Yuli juga selalu meraih medali. Namun, dia belum menuntaskan ambisi untuk meraih medali emas. Pada Olimpiade 2008 dan 2012, Eko Yuli hanya mampu mendapat medali perunggu.
"Saya sudah bersyukur dapat medali perunggu. Kalau dibilang puas, tidak, tetapi saya bersyukur karena target medali emas olimpiade. Sebelum tercapai itu belum ada kata puas agar terpacu untuk mendapatkannya," tutur Eko Yuli.
Eko Yuli punya kesempatan mewujudkan ambisi itu pada Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Namun, dia mengakui itu tak akan mudah.
"Korea Utara dan China adalah lawan terberat. Sulit untuk mengalahkan mereka. Namun, saya sudah tahu kelebihan dan kelemahan mereka," ungkap Eko Yuli.