Bola.com, Jakarta - Alfred Riedl hanya punya waktu kurang dari enam bulan untuk membangun skuat Timnas Indonesia untuk Piala AFF pada akhir 2016. Tugas yang tidak mudah mengingat pelatih asal Austria tersebut sudah setahun lebih menepi, tidak mengikuti perkembangan sepak bola Indonesia.
PSSI menginginkan Alfred melibatkan pemain-pemain muda. Tapi tentu bukan berarti skuat Tim Merah-Putih tertutup buat pemain-pemain tua usia. Dengan beban target juara, terlalu gegabah memaksakan diri menurunkan hanya pemain-pemain belia pada ajang yang level persaingannya ketat.
Baca Juga
Alfred diberi ruang memilih pemain-pemain berpengalaman dalam skuat Timnas Indonesia, untuk mendampingi para pemain muda yang ada di tim. Sejak dua pekan lalu pelatih yang sukses mengantar Indonesia ke final Piala AFF 2010 sibuk memantau laga-laga Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo.
Untuk tahap awal, perhatian diberikan kepada tim-tim elite macam Persija Jakarta, Sriwijaya FC, Persib Bandung, dan Arema Cronus. Di klub-klub tersebut banjir bintang-bintang lokal sarat pengalaman.
Sinyal kalau Alfred Riedl bakal memanggil pemain pelanggan Timnas Indonesia menguat. Akan tetapi semua berpulang pada stabilitas permainan pemain-pemain tersebut. Sang mentor menegaskan hanya akan memilih pemain dengan jam terbang tinggi plus rapor bagus saat bermain di pentas kompetisi.
Bola.com mencatat setidaknya ada lima pemain gaek yang punya peluang masuk Timnas Indonesia di Piala AFF 2016 nanti. Mungkinkah Alfred Riedl bakal melirik mereka?
Cristian Gonzales
Jika nantinya dipilih Alfred Riedl membela Timnas Indonesia di ajang Piala AFF pada akhir tahun 2016 nanti, usia Cristian Gonzales genap 40 tahun. Amat mungkin ia menjadi pemain tertua di perhelatan turnamen.
Usia pemain naturalisasi berdarah Uruguay tak bisa dibilang ideal sebagai pesepak bola profesional, sudah terlalu uzur. Biasanya pada usia tersebut seorang pesepak bola sudah memutuskan diri gantung sepatu alias pensiun.
Namun, Gonzales adalah kasus istimewa. Pada usia yang terbilang tua permainannya masih kompetitif. El Loco (Si Gila) mungkin tak lagi memiliki kecepatan atau berpostur ideal, namun naluri mencetak golnya masih tinggi.
Di klubnya Arema Cronus ia masih menjadi andalan utama mencetak gol. Di sejumlah turnamen sepanjang tahun 2015 hingga awal 2016, Gonzales unjuk produk produktivitas yang tak kalah dibanding penyerang-penyerang muda yang usianya jauh di bawah dirinya.
Sayang pada awal Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo, ia mendapat musibah cedera patah tulang rusuk. Ia terpaksa melihat aksi rekan-rekan setimnya dari pinggir lapangan.
Buktinya, saat kembali pulih Cristian Gonzales langsung on-fire. Ia mencetak gol tunggal kemenangan Tim Singo Edan atas Persija Jakarta.
Arema Cronus saat ini menjadi pemimpin klasemen sementara kompetisi kasta elite. Namun, harus diakui daya sengat lini depan mereka berkurang tanpa Gonzales. Penyerang asal Australia, Gustavo Giron, terlihat belum benar-benar nyetel dengan timnya.
Kembalinya pengoleksi 11 gol untuk membela Timnas Indonesia amat dinanti. Jika ia bisa kembali produktif, peluangnya kembali membela Tim Merah-Putih, karena Alfred Riedl tipikal pelatih yang tidak memandang usia.
Firman Utina
Semenjak Fachry Husaini dan Ansyari Lubis pensiun, Firman Utina jadi penerus tongkat estafet pengisi posisi playmaker di Timnas Indonesia. Dianugerahi bakat skill individu yang mumpuni, pemain kelahiran Manado, 15 Desember 1981, sukses mempertahankan level permainan terbaik sepanjang 17 tahun. Ia tak pernah absen di Piala AFF sejak 2004.
Publik sepak bola Tanah Air mengakui bahwa belum ada pemain yang berperan sebagai pengatur permainan seciamik Firman hingga saat ini. Gelandang serang yang bakatnya ditemukan pelatih senior Benny Dollo di sebuah ajang tarkam tersebut bisa eksis dalam waktu yang lama di tengah kepungan pengatur-pengatur serangan impor yang mendominasi kompetisi kasta elite.
Di usianya yang tak lagi muda (saat ini 34 tahun), Firman jadi salah satu pemain penting bagi Persib Bandung saat memenangi gelar Indonesia Super League 2014 dan Piala Presiden 2015. Kini ia mencari tantangan baru di Sriwijaya FC.
Kehadiran Firman amat krusial di Tim Laskar Wong Kito, ia jadi pemasok utama umpan-umpan matang bagi dua striker Brasil haus gol, Alberto Goncalves dan Hilton Moreira. Eksistensi tim asuhan Widodo C. Putro di jajaran atas klasemen TSC 2016 menegaskan kalau Firman masih kompetitif untuk bersaing memperebutkan satu tempat di sektor tengah Timnas Indonesia pada Piala AFF 2016.
Patut diingat, Firman Utina kapten kedua di Piala AFF 2014. Sepanjang menangani Tim Merah-Putih, Alfred selalu menempatkan satu pemain berpengaruh dalam timnya. Kehadiran figur ini untuk memimpin rekan-rekannya serta menularkan virus semangat kepada para pemain muda.
Muhammad Ridwan
Banyak orang berpikir karier Muhammad Ridwan sudah habis, ketika dirinya dihantam cedera lutut pada 2015. Sepanjang tahun ia lebih banyak menepi dari lapangan berjuang memulihkan kondisinya. Sadar proses penyembuhan cedera bakal memakan waktu lama, Ridwan mundur dari Persib Bandung sesusai Piala Presiden 2015.
Musim sebelumnya, Ridwan jadi salah satu kartu truf Maung Bandung saat mengunci gelar juara ISL 2014.
Saat diumumkan Sriwijaya FC sebagai salah satu pemain Laskar Wong Kito, banyak orang meragukan Ridwan bisa kembali ke level permainan terbaik. Usianya yang sudah menembus 35 tahun jadi salah satu alasan.
Bermain sebagai gelandang sayap kanan, Ridwan dituntut memiliki kecepatan, hal yang amat sulit tentunya bagi pemain dengan usia uzur seperti dia. Apalagi sang pemain baru saja cedera panjang.
Nyatanya, pemain binaan PSIS Semarang membuktikan kalau dirinya belum habis. Hingga pekan ketujuh Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo, ia menjadi pilihan utama Sriwijaya FC. Ridwan masih terlihat memiliki kondisi fisik prima. Kelebihannya menyorongkan umpan-umpan silang serta melakukan terobosan ke area kotak penalti lawan belum hilang.
Ridwan yang kelahiran 8 Juli 1980, sampai saat ini belum pernah mendeklarasikan pensiun dari Timnas Indonesia. Ia bahkan menyatakan punya hasrat besar bermain di Piala AFF 2016.
Namun, tentu ia kini tak mudah baginya untuk bisa merebut satu tempat di skuat Tim Garuda. Ia harus bersaing dengan deretan gelandang atau penyerang sayap kanan muda yang grafik permainannya tengah menanjak. Pemain-pemain macam Ramdani Lestaluhu, Zulham Zamrun, Atep, Ilham Udin, tak bisa begitu saja dikesampingkan oleh Alfred Riedl.
Maman Abdurrahman
Pada periode 2003-2010 nama Maman Abdurrahman jadi pelanggan menghuni Timnas Indonesia, baik di level junior atau senior. Sinar kebintangan bek tengah yang dibina Persijatim Jakarta Timur tersebut mulai meredup pada musim 2013. Cedera lutut kambuhan membuat pemain berusia 35 tahun tersebut terpaksa menepi dari Persib Bandung.
Ia sempat direkrut oleh Sriwijaya FC, namun kesulitan bersaing karena cedera kambuhan. Pada musim 2014 Maman mencoba mengais peruntungan di klub Divisi Utama, Persita Tangerang. Walau menjadi pilihan inti nama Maman tak terangkat.
Kiprahnya mulai mendapat perhatian setelah bergabung ke Persija di turnamen Piala Jenderal Sudirman. Ia dibawa masuk ke Tim Macan Kemayoran dibawa mentornya di Persita, Bambang Nurdiansyah.
Maman mulai terlihat bersinar di ajang Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo. Paulo Camargo mempercayakan posisi inti kepada Maman. Walau usianya tak lagi muda, Maman sukses menujukkan stabilitas permainan di jantung pertahanan Persija.
Bersama stoper asing asal Brasil, William Pacheco,Maman hampir tak tergantikan menjadi pemain inti. Duet dua bek jangkung ini terhitung sulit ditembus lawan.
Maman Abdurrahman terlihat seperti menemukan kembali jati dirinya sebagai bek tangguh. Penampilannya bersama Persija mengingatkan saat dirinya berada di masa-masa emas karier bersama Persib Bandung dan PSIS Semarang.
Jika penampilannya tetap stabil sampai akhir musim, amat mungkin jika pemain kelahiran 12 Mei 1982 itu kembali berkesempatan mencicipi posisi bek inti Timnas Indonesia di Piala AFF 2016. Bicara pengalaman, Maman tercatat sudah 27 kali membela Tim Merah-Putih.
Puncak penampilannya terlihat saat Indonesia berlaga di Piala Asia 2007. Lini pertahanan Tim Garuda sulit ditembus tim-tim elite macam Korea Selatan dan Arab Saudi.
Sergio van Dijk
Salah satu alasan Sergio van Dijk rela berganti kewarganegaraan dari Belanda ke Indonesia adalah agar berkesempatan membela Timnas Indonesia. Sayang, kala mendapat kesempatan berkostum Tim Garuda di Piala AFF 2014, striker yang pernah menjadi Top Scorer A-League musim 2010 itu, gagal menujukkan taringnya.
Sergio mandul gol di sepanjang fase penyisihan Piala AFF yang digelat di Vietnam. Sebelumnya, ia juga kurang bertaji saat Indonesia menjalani Kualifikasi Piala Dunia 2014.
Dua pelatih Timnas Indonesia kala itu, Jacksen F. Tiago dan Alfred Riedl, menyebut secara permainan, Sergio tidak buruk. Hanya saja ia tidak dinaungi keberuntungan untuk mencetak gol.
Penyerang kelahiran 6 Agustus 1982 membuktikannya di level klub. Musim lalu di Liga Thailand ia menyumbang 15 gol buat Suphanburi. Ketajamannya ini membuat klub asal Australia, Adelaide United merekrutnya buat keperluan play-off Liga Champion Asia 2016.
Pada bulan Februari silam, Adelaide takluk 1-2 dari klub Tiongkok, Shandong Luneng, gagal ke putaran final LCA. Dalam pertandingan Sergio menyumbang assist. Kontraknya tak diperpanjang karena kuota pemain asing Adelaide buat A-League sudah penuh.
Selepas itu, ia sempat menganggur selama dua bulan sebelum akhirnya digaet Persib Bandung. Di klub ini pada ISL 2013 Sergio van Dijk mencetak 21 gol. Harapannya, ia bisa kembali mengulang pencapaian serupa di masa comeback ke Maung Bandung.
Ketajaman Sergio van Dijk belum terlihat karena ia tengah dibekap cedera. Hanya banyak pengamat memprediksi jika kembali fit gol demi gol akan lahir dari kaki dan kepala sang pemain. Jika itu terjadi hampir pasti Alfred Riedl bakal memboyongnya ke Piala AFF 2016.