Starting XI Terbaik pada Fase Grup Piala Eropa 2016

oleh Teguh Iman Mulia diperbarui 23 Jun 2016, 20:30 WIB
Starting XI Terbaik Fase Grup Piala Eropa 2016 (Bola.com/Rudi Riana)

Bola.com, Jakarta - Fase grup Piala Eropa 2016 telah berakhir. Sebanyak 16 negara memastikan tiket lolos ke babak 16 besar Piala Eropa 2016.

Selama fase grup bergulir, beberapa pemain tampil menonjol. Bahkan, banyak pemain yang tampil bagus justru dari negara-negara yang bukan favorit juara.

Advertisement

Bola.com akan merangkum 11 pemain yang pantas mengisi starting XI selama fase grup Piala Eropa 2016 berdasarkan statistik Squawka.com.

1. Michael McGovern (Irlandia Utara)
Irlandia Utara salah satu tim yang tak diperhitungkan justru lolos ke babak 16 besar sebagai peringkat ketiga terbaik salam fase grup. McGovern menjadi salah satu dari beberapa pemain yang punya andil penting membawa Irlandia Utara lolos ke perdelapan final. Ia mencatatkan rata-rata 6,5 penyelamatan per laga, dan rata-rata kebobolan 0,67 gol dalam setiap pertandingan selama fase grup.

2. Darijo Srna (Kroasia)
Pada usia yang sudah tidak muda lagi ditambah kabar buruk tentang kematian sang ayah tidak membuat performa bek sayap 34 tahun tersebut menurun. Terbukti, ia selalu tampil di tiga pertandingan fase grup dan tampil apik kala Kroasia mengalahkan Spanyol 2-1. Dari catatan yang didapatkan, pemain 182 cm tersebut berhasil memenangkan duel sebesar 71 persen dan berhasil melakukan enam umpan kunci di setiap pertandingan. Terbaik di antara pemain sayap grup C selama fase grup.

3. Fabian Schar (Swiss)
Schar juga merupakan satu-satunya pemain Swiss yang pantas masuk Best XI selama Fase grup. Terbukti, bek tengah Hoffenhaim tersebut berhasil mencatatkan 57 persen menang duel udara, melakukan umpan akurat 89 persen, serta berhasil mencetak gol kontra Albania yang membuat timnas Swiss berhasil merengkuh kemenangan pertama saat itu. Selain itu pemain 24 tahun tersebut sukses mencatat rata-rata 21 kali clearance, tujuh intercept dan lima block selama fase grup.

4. Jerome Boateng (Jerman)
Memang catatan Boateng tak sebagus Fabian Schar, namun ia mampu menjadi penyeimbang lini belakang Jerman dengan baik saat Phillip Lahm memutuskan gantung sepatu. Terbukti sepanjang tiga laga yang dipertandingkan, Jerman tampil apik tanpa sekalipun kebobolan. Selama fase grup pemain Bayern Munchen tersebut menorehkan 87 persen umpan akurat, 13 clearance, empat intercept dan sekali block setiap pertandingan.

5. Jonas Hector (Jerman)
Namanya cukup akrab bagi penikmat Bundesliga. Penampilan apiknya bersama FC Koln ia tularkan ke timnas Jerman. Bersama Boateng, pemain yang permainannya mirip Jordi Alba tersebut mampu tampil aktif baik saat menyerang maupun bertahan. Penampilan apik tersebut ia buktikan lewat lesatan 150 umpan sukses di setiap pertandingan. Selain itu rata-rata Hector sukses mendulang 11 clearance dan lima intercept. Squawka secara resmi memberikan nilai 100 untuk performanya kali ini.

6. Toni Kross (Jerman)
Tak hanya Real Madrid, Jerman pun mulai menjadikan Kross sebagai andalan di lini tengah setelah menurunnya performa Bastian Schweinsteiger selama berseragam Manchester United. Terbukti 282 operan sukses berhasil dilayangan di setiap pertandingan. Terbanyak dibanding gelandang bertahan di Piala Eropa 2016. Selain itu ia juga berhasil memenangakn enam dari 10 duel udara di setiap pertandingan. Satu assist serta sembilan umpan kunci yang bisa membuahkan gol sudah sepantasnya pemain 26 tahun tersebut menjadi pemain terbaik selama fase grup Piala Eropa 2016.

7. Axel Witsel (Belgia)
Posisinya sempat terganggu dengan kehadiran Marouane Fellaini di pentas akbar Benua Biru tahun ini. Namun, Witsel berhasil membuktikan torehan mencolok diantara gelandang bertahan Belgia selama fase grup. Catatan 92 persen operan sukses di setiap laga membuat Belgia sukses lolos ke putaran 16 besar. selain itu pemain Zenit St Petersburg tersebut menjadi aktor di balik kesuksesan Belgia mengalahkan Republik Irlandia dengan satu gol pada awal babak pertama.

8. Ivan Perisic (Kroasia)
Konsistennya performa Luka Modric serta Ivan Rakitic di lini tengah Kroasia membuat performa Ivan Perisic jauh lebih baik dibandingakan saat ia membela Inter Milan. Gelandang energik 27 tahun tersebut berkontribusi atas kemenangan kontra Spanyol dan Republik Ceska dengan dua golnya. Selain gol perisic juga berandil dalam terciptanya gol Kroasia lewat lesatan satu assist dan dua umpan kunci selama fase grup.

9. Andres Iniesta (Spanyol)
Catatan satu assist dan delapan umpan kunci membuat Iniesta pantas dimasukkan ke daftar Best XI. Meskipun dalam tiga pertandingan hanya memperoleh dua kemenangan tak lantas membuat performa jenderal Barcelona tersebut pudar. Daya jelajah yang luas dibanding gelandang Spanyol lainnya dan torehan 246 operan selama fase grup membuat Spanyol mampu tampil stabil dan selalu menguasai jalannya pertandingan. Menjadi Man of the Match kontra Republik Ceska menjadi bukti akan hal itu.

10. Dimitri Payet (Prancis)
Siapa sangka gelandang tim papan tengah West Ham United tersebut mampu menjadi pembeda di setiap pertandingan Prancis. Dua gol penentu pada akhir babak kedua membuat gelandang 29 tahun tersebut menjadi buah bibir. Sebanyak 91 operan sukses bukanlah catatan buruk bagi gelandang serang suatu tim, namun yang perlu menjadi perhitungan adalah saat ia mampu menjadi pemecah kebuntuan saat Olivier Giroud tak maksimal pada laga pembuka Piala Eropa. Hasil tersebut membuatnya berhasil menjadi Man of the Match kontra Albania.

11. Gareth Bale (Wales)
Bukan Cristiano Ronaldo yang mengisi pos lini serang Best XI kali ini, melainkan Gareth Bale. Penampilan konsisten yang ia tunjukan bersama Aaron Ramsey serta Joe Allen membuat Wales sukses mengunci status juara Grup B dari tangan Inggris. Jumlah 157 poin diberikan Squawka atas performa gemilangnya selama fase grup. Poin tersebut didapatkan dari torehan tiga gol, tiga key pass dan 80 persen umpan akurat. 

Sumber: Squawka