Bola.com, Jakarta - Klub-klub Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo terhitung kejam dalam menghakimi kinerja pelatih. Baru tujuh pekan kompetisi kasta elite berjalan sudah empat pelatih jadi korban pemecatan.
Hasil-hasil buruk yang diraih jadi alasan tim-tim TSC 2016 untuk melengserkan secara paksa para nakhoda. Mereka seakan tutup mata, dengan faktor-faktor lain di luar pelatih yang jadi penyebab terpuruknya prestasi klub di awal musim.
Baca Juga
Padahal kalau mau fair, tugas pelatih-pelatih menghadapi TSC 2016 terhitung berat. Waktu persiapan membangun tim amat mepet. Para pemain yang tersedia banyak yang mengganggur lama karena vakumnya kompetisi imbas konflik panas antara PSSI dengan Menpora, Imam Nahrawi.
Di sisi lain, terkadang klub-klub pun tidak realistis mematok target. Dengan kualitas pemain yang pas-pasan mereka menuntut prestasi setinggi langit. Waktu penghakiman kepada pelatih terlalu pendek. Kompetisi baru seperempat jalan, sejatinya seorang pelatih masih punya cukup waktu untuk memperbaiki kinerja tim asuhannya.
Akan tetapi inilah realita yang harus dihadapi para pelatih dunia sepak bola profesional tersebut. Saat berjaya mengantar tim yang diasuhnya berprestasi mereka dipuja. Tapi saat sebaliknya, pencapaian tim melempem, para komandan pasukan harus siap-siap didepak.
Pasti pelatih-pelatih yang bersaing di pentas kompetisi tidak bisa duduk tenang hingga akhir musim. Jika pencapaian tim asuhannya jeblok, mereka bakal jadi korban pendepakan.
Siapa-siapa pelatih yang menjadi korban keganasan klub-klub peserta TSC 2016?
Eduard Tjong: Merasa Gagal
Eduard Tjong memutuskan mundur dari kursi pelatih PS TNI. Rentetan hasil buruk yang dijalani Manahati Lestusen dkk. di Torabika Soccer Champhionship (TSC) 2016 presented by M3 Oreedoo jadi penyebab utama arsitek asal Solo itu memutuskan menepi.
Hingga pekan ketujuh, PS TNI terjerembab di papan bawah dan jadi satu-satunya kontestan yang belum pernah meraih kemenangan. Edu terakhir memimpin pasukannya pada saat PS TNI dihajar Persipura Jayapura, 1-3, di Stadion Pakansari, Bogor, Minggu (19/6/2016).
Sebelum TSC 2016 bergulir, tim hasil pembelian saham klub Persiram Raja Ampat itu sejatinya membidik papan atas bahkan runner-up. Namun, sedari awal langkah mereka cukup berat.
Dimulai kekalahan 1-2 atas Madura United di kandang sendiri, PS TNI sempat jadi bulan-bulanan Mitra Kukar, 1-4, di Stadion Siliwangi, Bandung (14/5/2016), setelah sebelumnya menahan Surabaya United Bhayangkara 0-0.
Selanjutnya PS TNI bermain imbang 0-0 melawan Pesegres Gresik United, 1-1 kontra PSM Makassar, dan kalah 0-1 saat bertandang ke markas Persija Jakarta.
Manajemen PS TNI disebut sudah menerima pengunduran diri Eduard Tjong. Media Officer PS TNI, Djoko Purwanto, menyebut alasan mundur Edu karena merasa tak sanggup mengangkat tim. Untuk sementara pelatih lama PS TNI, Suharto AD, akan kembali ke kursi panas pelatih kepala.
Luciano Leandro: Kurang Dukungan
PSM Makassar resmi mendepak Luciano Leandro sebagai pelatih kepala tim seusai Tim Juku Eja kalah 0-1 melawan Perseru Serui. Awalnya pelatih asal Brasil itu masih dikesempatan menangani tim, setidaknya untuk satu laga ke depan melawan Barito Putera.
Hanya karena tekanan dari suporter, manajemen PSM kemudian merevisi keputusannya. Luciano ditawari posisi baru sebagai penasehat teknik. Luciano yang merasa tersinggung memutuskan untuk sekalian mundur.
Sejak datang ke Makassar, Luciano mendapat beban target yang terhitung berat yakni juara kompetisi. Hal yang terhitung sulit dilakukan karena PSM mengandalkan mayoritas pemain putra daerah. Saat melakukan seleksi pemain, sang mentor kerap direcoki. Pemain-pemain bawaannya dari Brasil dipulangkan karena penampilannya tak memuaskan di mata suporter di sejumlah duel uji coba.
Apesnya di dua turnamen mini pramusim, Trofeo Persija dan Segitiga Makassar PSM gagal juara. Suara-suara yang menginginkan Luciano mundur bermunculan.
PSM di tangan mantan pemain asing yang berjaya di Persija dan PSM tersebut tertatih-tatih langkahnya di awal TSC 2016.
Pada laga pembuka kompetisi Syamsul Chaerrudin dkk. takluk dari Semen Padang 1-2. Posisi Luciano sempat di atas angin kala PSM menang 2-1 atas Persela. Belakangan, kritikan tajam kembali menghujamnya saat Tim Ayam Jantan dari Timur kalah menghadapi Perseru.
Luciano akhirnya memilih mundur dari tim karena merasa diperlakukan tidak layak oleh petinggi PSM dan juga suporter. Ia digantikan sementara oleh Tony Ho. PSM sempat bangkit dengan mengantungi kemenangan 1-0 versus Barito, setelah itu bermain draw 1-1 kontra PS TNI.
Manajemen PSM mendatangkan pelatih asal Belanda, Robert Rene Albert, yang pernah menukangi PSM pada awal musim 2010-2011. Ironisnya arsitek asal Belanda tersebut terlihat belum bisa mengangkat performa Ferdinand Sinaga dkk.
PSM takluk di kandang sendiri dari Arema Cronus 0-1. Berikutnya mereka digasak Sriwijaya FC 1-0. Terakhir Tim Juku Eja kembali kalah di Makassar, dipermak Pusamania Borneo FC.
Robert, berencana melakukan cuci gudang pemain pada putaran kedua kompetisi. Ia berjanji dengan materi pemain sesuai keinginannya PSM bakal bangkit dari keterpurukan.
Dejan Antonic: Tekanan Bobotoh
Tragis. Satu kata yang pas menggambarkan perjalanan Dejan Antonicdi Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo.
Datang ke Maung Bandung, dengan prestasi mengantarkan klub semenjana Pelita Bandung Raya ke semifinal Indonesia Super League 2014, pelatih asal Serbia tersebut memutuskan mundur setelah Persib menjalani enam laga kompetisi.
Ia tidak tahan terhadap tekanan dari Bobotoh Persib. Dejan Antonic mundur dari Persibpasca kekalahan telak 1-4 Tim Pangerang Biru dari Bhayangkara Surabaya United pada pekan keenam TSC 2016, pada Sabtu (11/6/2016).
Di tangan Dejan perjalanan tim juara ISL 2014 di awal kompetisi memang tidak mulus.
Persib hanya meraih satu kemenangan, yakni kala menjajal kekuatan Bali United dengan skor 2-0. Selebihnya Tim Pangeran Biru hanya meraih hasil imbang melawan Sriwijaya FC (1-1), Pusamania Borneo FC (0-0), Persiba Balikpapan (1-1), dan Madura United (0-0). Duel kontra SFC dan MU jadi sorotan karena dihelat di kandang sendiri Stadion Si Jalak Harupat, Soreang.
Kekalahan atas Bhayangkara Surabaya United, menjadi pembenaran bagi bobotoh kalau Dejan bukan sosok yag tepat menukangi Tim Maung Bandung. Ia kalah prestasi dibanding pendahulunya yang mempersembahkan trofi ISL 2014 dan Piala Presiden 2015.
Menepinya Dejan semkin mempertegas kalau Persib neraka bagi pelatih asing. Sebelumnya ada tujuh arsitek impor yang pernah singgah di Persib Marek Janota/Polandia (1982), Marek Andre Sledzianowski/Polandia (2003), Juan Antonio Paez/Cile (2003-2004), Arcan Iurie Anatolievici/Moldova (2006-2007), Darko Daniel Janackovic/Serbia (2 bulan di tahun 2010), Jovo Cuckovic/Serbia (2010), dan Drago Mamic/Kroasia (2011). Tidak ada satu pun di antara mereka yang berprestasi!
Dejan dianggap sebagai pelatih yang banyak melakukan kesalahan dalam pemilihan pemain. Keputusannya menggaet striker gaek asal Spanyol, Juan Belencoso, dari klub Hong Kong, Kitchee, yang paling disorot. Sang striker mandul gol.
Sang mentor dinilai terlalu menganakemaskan sejumlah mantan pemain PBR yang hijrah ke Persib. Dejan sendiri menyesalkan vonis kegagalan terhadap dirinya yang ia nilai terlalu dini. Persib masih punya peluang untuk juara karena masih banyak laga yang dijalani.
Untuk sementara posisi Dejan diisi asistennya Herrie Setyawan. Santer mencuat rumor Djadjang Nurdjaman bakal kembali turun gunung pasca Lebaran.
Stefan Hansson: Dana Belanja Terbatas
Setelah gagal mengantarkan Persela Lamongan memenangi laga keempat TSC 2016 kontra Persipura, Senin (23/5/2016) di Stadion Surajaya, Lamongan, pelatih kepala Stefan Hansson menyatakan mundur.
Keputusan ini sebagai bentuk pertanggungjawaban pelatih asal Swedia itu atas kegagalan meraih hasil-hasil positif di sejumlah laga awal musim.
Sejak menangani Persela, Stefan belum sekalipun memberikan kemenangan. Di masa persiapan, Persela belum sekalipun menang dari tim selevel, kalah dari PSM dan seri 0-0 dengan Gresik United. Choirul Huda cs. juga dikalahkan PSS Sleman 1-2.
Memasuki Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo, prestasi Persela lebih parah. Dari empat laga yang mereka jalani, Persela kalah 0-1 dari Persegres Gresik United, 1-2 dari PSM Makassar dan Persija Jakarta, dan tumbang di tangan Persipura 0-1.
Namun dari empat kekalahan, dua kekalahan di kandang dari Persegres Gresik United dan Persipura jadi catatan terburuk Dzumafo Herman dkk. Pasalnya, selama keikutsertaan mereka di kompetisi Tanah Air selama ini, Persela dikenal sebagai tim yang sulit ditaklukkan di kandang sendiri.
Apa yang dialami Stefan Hansson terasa tragis, karena sebelumnya pada ISL 2014 ia sukses mengantarkan Mitra Kukar ke fase babak 8 besar. Hanya memang bedanya di Persela Hansson tidak bisa bebas berkreasi.
Dengan bekal amunisi belanja pemain yang terbatas Tim Laskar Jaka Tingkir hanya bisa merekrut pemain-pemain muda minim pengalaman. Beda saat ia menukangi Tim Naga Mekes. Dengan modal uang bombastis, mantan pelatih timnas Myanmar itu bisa dengan bebas belanja pemain top.