Bola.com, Bangkalan - Madura United berang dituding mendapat keuntungan dari keputusan PT Gelora Trisula Semesta (GTS) selaku operator Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo terkait penundaan eksekusi sanksi menggelar laga usiran.
Madura United telah dijatuhi sanksi larangan menggelar tiga partai kandang buntut penyalaan cerawat yang dilakukan suporter kala menjamu Persiba Balikpapan di Stadion Gelora Bangkalan, Bangkalan (13/6/2016).
Dari tiga sanksi itu, satu partai usiran sudah dilakukan, yakni kala menjamu Bali United (20/6/2016). Laga yang semestinya digelar di Stadion Gelora Bangkalan itu lantas dipindah ke Stadion Gelora Delta, Sidoarjo.
Baca Juga
Madura United, yang merasa eksekusi sanksi tidak sesuai regulasi, lantas bersurat ke GTS. Klub berjulukan Sape Kerrab ini menilai dirugikan dengan pemberlakukan sanksi yang hanya berjarak satu pekan dari kejadian. Mereka meminta eksekusi sanksi yang tersisa dua laga kandang, bila dilakukan setelah keputusan Komisi Banding turun.
Pasalnya, Madura United sudah mengajukan banding atas sanksi yang dijatuhkan PT GTS itu. Selama keputusan banding belum keluar, Slamet Nurcahyo dkk. meminta untuk bisa menggelar laga kandang di Bangkalan. Sebaliknya, bila hasil Komisi Banding turun dan Madura United tetap dinyatakan bersalah, mereka siap menaati keputusan itu.
Namun, keputusan penundaan sanksi Madura United berupa dua laga usiran itu dipersoalkan Mitra Kukar, lawan yang bakal dihadapi Sape Kerrab pada Sabtu (2/7/2016). Sesuai keputusan PT GTS, laga Madura United versus Mitra Kukar tetap dimainkan di Stadion Gelora Bangkalan.
Madura United rugi
Seperti diketahui, pihak Mitra Kukar telah berkirim surat ke PT GTS agar tidak menunda eksekusi hukuman untuk Madura United karena dianggap memberi keuntungan bagi tim asuhan pelatih Gomes de Oliveira itu.
Tidak hanya kubu Mitra Kukar, baru-baru ini manajer Persib Bandung, Umuh Muchtar, menilai PT GTS tidak tegas karena memberikan penundaan pada Madura United setelah terbukti bersalah atas kasus penyalaan flare.
"Ini semua apa-apaan. Logika mereka itu dari mana kalau bilang Madura United diuntungkan. Saya benar-benar kesal mereka menyebut Madura United diuntungkan. Toh hukuman itu sampai sekarang belum digugurkan," kata Haruna Soemitro, Manajer Madura United, mengomentari protes yang dilayangkan klub pesaing.
Soal latar belakang permintaan penundaan berlakunya sanksi tersebut dianggap Haruna wajar karena eksekusi pemberlakuan hukuman tersebut dianggap terlalu cepat, hanya seminggu pasca kejadian. Padahal, biasanya minimal di laga kedua setelah insiden, bukan di laga berikutnya setelah kontra Persiba Balikpapan.
Madura United merasa dirugikan dengan waktu pemberlakuan sanksi itu, yang hanya satu minggu setelah kejadian di Stadion Gelora Bangkalan tersebut. Sebab, mereka sudah terlanjur melakukan persiapan untuk pertandingan menjamu Bali United di Bangkalan.
"Saat itu semua jadi berantakan, rencana yang sudah kami susun, dan semua yang sudah kami siapkan terhambur percuma," keluh Haruna.
Tidak sebatas itu saja, dengan pemindahan laga dari Stadion Gelora Bangkalan di Madura ke Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, manajemen Madura United menanggung kerugian yang cukup besar, terutama dari segi pembiayaan. Maklum, anggaran keamanan pertandingan yang biasanya hanya 20 juta membengkak menjadi Rp 30 juta.
Mereka semakin tekor karena penonton yang masuk dengan membeli tiket hanya 500 orang. Padahal, biaya untuk menggelar pertandingan kontra Bali United itu ditaksir mencapai Rp 40 juta. "Silakan dihitung sendiri. Bagi saja Rp 60 juta dibagi 500 orang, sudah berapa kerugian kami. Jadi sebelum bicara dipikir dulu," ujar Haruna.