Bola.com, Paris - Zlatan Ibrahimovic bakal berkostum Manchester United mulai musim depan. Kehadiran sang bomber memberi harapan bagi fans The Red Devils untuk melihat tim mereka berjaya lagi di kancah domestik.
Sebelum resmi bergabung di Carrington, ada lima hal yang harus diwaspadai kubu Manchester United terkait optimalisasi peran Ibra.
1. Juara Liga tapi Bukan Liga Champions
Kedatangan Ibrahimovic seolah menjadi jaminan hadirnya trofi juara di level liga domestik. Ia sudah membuktikan itu sepanjang perjalanan karier di Belanda, Italia, Spanyol dan Prancis. Sayang, itu tak diimbangi dengan keberadaan trofi Liga Champions.
Baca Juga
Inter Milan dan Barcelona sudah pernah menuai trofi bergengsi antarklub se-Eropa tersebut, tapi ketika Ibra sudah pergi. Saat berkostum Manchester United, kans untuk jawara di Liga Champions sudah tertutup. Musim depan Setan Merah hanya berlaga di kompetisi lokal.
Jadi bisa dipastikan, maksimal Ibrahimovic hanya sanggup memberikan trofi Premier League 2016-2017. Sisanya, ia bisa membantu Manchester United merengkuh dua trofi lainnya, yakni Piala FA dan Piala Liga Inggris.
2. Jarang Menghormati Lawan
Keras kepala dan mudah marah. Itulah tipikal Zlatan Ibrahimovic, yang menjadi gambaran sejak kali pertama berkarier. Saat berkostum Paris Saint-Germain, Ibra kadang melepas emosi pada saat dan tempat yang tak tepat.
Hal itu terjadi pada musim lalu, kala PSG bersua Toulouse, pada laga Ligue 1. Tanpa diduga, Ibra justru tak senang ketika tim lawan memberikan ucapan selamat ulang tahun. Pada kesempatan lain, Ibra tak jarang menolak untuk bertukar kostum dengan pemain lawan.
3. Butuh Atensi Setiap Saat
Mantan Pelatih AC Milan, Massimiliano Allegri mengungkapkan, saat dirinya menukangi Ibrahimovic di I Rossoneri, banyak waktu tersita demi memaksimalkan kemampuan Ibra di lapangan. Ia secara konstan harus mengatur keseimbangan temperamen sang bomber.
Menurut Allegri, hal itu harus dilakukan setiap pelatih agar Ibra bisa mengeluarkan sisi magic-nya sepanjang pertandingan. "Ketika bersamanya, Anda membutuhkan kombinasi seimbang antara memberi makanan dan tongkat pemukul. Ibra personal yang kuat, dan butuh situasi rileks. Itu akan menjadi stimulan hebat baginya," ungkap sang allenatore Juventus tersebut.
Resep itu juga yang dilakukan Erik Hamren.Pelatih Timnas Swedia tersebut memanggil Ibra saat sudah memutuskan untuk pensiun dari pentas internasional pada 2009. Lobi khusus dilakukan sang arsitek, dan berhasil membuat hati sang bomber luluh.
4. Falsafah Mencuri Sepeda
Saat kecil, Zlatan Ibrahimovic harus mencuri sepeda demi bisa berangkat ke tempat latihan, dan sampai di sana tepat waktu. Hal itu menjadi pelajaran berharga bagi Ibra, karena sang ayah memberinya 'hukuman' yang akhirnya menjadi modal di kemudian hari.
Ibra mengakui, berkat kasus mencuri sepeda itu, ia paham arti sebuah kerja keras untuk mendapatkan sesuatu di sepak bola. "Ayah adalah sosok hebat, dan saya akan selalu mengingat tentang sepeda tersebut," ujarnya.
Sosok ayah memang menjadi patron Ibra, dibanding sang bunda. Ia bercerita, sang ayah pernah memberikan seluruh gajinya ke Ibra, sehingga sang anak bisa melakukan perjalanan ke lokasi pelatihan.
5. Gemar Beri Kejutan Keluarga
Sosok Zlatan Ibrahimovic boleh saja terkesan keras dan beringas di lapangan. Tapi semua itu lenyap ketika sedang bersama keluarga. Sang pasangan hidup, Helena Seger, mengakui Ibra suka melakukan hal-hal aneh.
Hal itu terungkap pada buku autobiografi 'I am Zlatan Ibrahimovic'. "Dia senang mengagetkan kami dengan banyak hal. Paling sering adalah hal-hal romantis saat kami melakukan liburan," ucap Helena.
Sumber: Guardian
Klik di sini untuk mengikuti laporan langsung Bola.com dari Prancis