Denayer-Lukaku, Lubang Menganga Lini Belakang Belgia

oleh Okky Herman Dilaga diperbarui 02 Jul 2016, 05:46 WIB
Dua bek tim nasional Belgia, Jason Denayer (kiri) dan Jordan Lukaku (kanan). (AFP/Emmanuel Dunand)

Bola.com, Lille - Belgia harus angkat kaki dari Piala Eropa 2016. Bertemu Wales yang baru kali pertama tampil pada ajang itu, De Rode Duivels menyerah 1-3, Jumat (1/7/2016) atau Kamis dini hari WIB.

Asa Belgia untuk menaklukkan Wales sempat meningkat tinggi saat Radja Nainggolan membuka keunggulan pada menit ke-13. Namun setelah itu, seolah kelemahan Eden Hazard dan kawan-kawan mulai diketahui The Dragons.

Advertisement

Gareth Bale dan Aaron Ramsey silih berganti menekan pertahanan kiri Belgia. Di posisi itu, berdiri dua pemain belakang muda Setan Merah, Jason Denayer dan Jordan Lukaku.

Denayer tampil sebagai bek tengah kiri dan Lukaku yang merupakan adik dari Romelu Lukaku mengisi pos bek sayap kiri. Kehadiran mereka di lapangan menjadi bulan-bulanan pasukan Chris Coleman.

Gol penyeimbang Wales melalui Ashley Williams pada menit ke-30, menjadi bukti ketidakmampuan Denayer dan Lukaku mengamankan daerah pertahanan. Lukaku gagal membuang bola hasil sepak pojok Ramsey. Denayer telat mengganggu pergerakan Williams sehingga bebas menyundul bola masuk ke gawang Belgia. Dalam tayangan ulang, terlihat jelas bahwa kedua pemain itu berada di antara Williams.

Pada gol kedua Wales, lagi-lagi semua berawal dari sisi kiri pertahanan Belgia. Ramsey berada di sisi kanan serangan terpaksa harus dikawal Tobias Alderweireld yang sebenarnya menempati posisi bek tengah kanan.

Lalu, di mana Denayer berada? Pemain Manchester City itu terlihat jauh meninggalkan posnya sehingga Ramsey bisa bebas leluasa memberikan umpan silang yang sukses dituntaskan Hal Robson-Kanu.

Striker Wales, Hal Robson-Kanu, merayakan gol ke gawang Belgia pada laga perempat final Piala Eropa 2016 di Stade Pierre-Mauroy, Lille, Jumat (1/7/2016). (AFP/Paul Ellis)

Setelah tertinggal 1-2, pelatih Marc Wilmots memilih opsi mengganti Lukaku dengan Dries Mertens. Entah karena Lukaku tampil buruk atau ingin bermain lebih menyerang dengan memasukkan Martens yang berposisi sebagai pemain sayap.

Keputusan berani dengan kehilangan satu bek Belgia membuat Wales semakin leluasa. Kembali, gol ketiga The Dragons, secara kebetulan atau tidak, berawal dari sisi kiri pertahanan Belgia.

Kali ini, Chris Gunter mengirimkan umpan silang yang gagal dihalau Denayer. Sam Vokes bebas melepaskan sundulan meski bek De Rode Duivels, Alderwireld, mencoba menghalangi pergerakan Vokes. Belgia pun pulang dengan kekalahan 1-3 dari Wales.

Kurang pengalaman

Jika harus berandai-andai, publik Belgia ataupun pendukungnya mungkin berharap Thomas Vermaelen dan Jan Vertonghen tidak absen pada laga tersebut. Ketidakhadiran dua bek berpengalaman itu terbukti membuat lubang menganga di jantung pertahanan The Red Devils.

Vermaelen harus absen lantaran menerima akumulasi kartu kuning. Sementara itu, nasib apes dialami Vertonghen saat cedera pada sesi latihan Belgia, sehari sebelum laga kontra Wales.

Memang tidak adil bila harus menyalahkan dua pemain atas kekalahan Belgia dari Wales. Sepak bola merupakan permainan tim. Namun, jika boleh menerka, para pemain Belgia selain Denayer dan Lukaku, kiranya lebih nyaman bila Vermaelen dan Vertonghen bisa bermain.

Bahkan, Wilmots mengakui kehilangan Vertonghen membawa ketidakberuntungan bagi timnya. Wilmots merasa beberapa pasukannya belum memiliki pengalaman internasional yang cukup. Faktanya, skuat inti Belgia pada laga itu rata-rata berusia 24 tahun 242 hari, yang merupakan termuda di Piala Eropa sejak 1968.

Pelatih tim nasional Belgia, Marc Wilmots. (AFP/Emmanuel Dunand)

"Saya bukan pesulap. Anda tidak bisa mengganti sebuah pengalaman. Kami sudah kehilangan Kompany dan Lombaerts sebelum ajang ini digelar. Lalu, kami kehilangan lagi Vertonghen saat latihan kemarin," kata Wilmots.

"Kami membuat beberapa kesalahan yang seharusnya tidak dilakukan. Mungkin, ada ketakutan karena para pemain kami masih muda. Namun, saya bertanggung jawab atas kekalahan ini," lanjutnya

Statistik dan kritik

Bila berbicara secara statistik, apa yang dilakukan Lukaku bisa membuktikan kelemahannya dalam laga tersebut. Menurut Whoscored, Lukaku menjadi pemain belakang Belgia yang paling minim kontribusi menjaga daerah pertahanan.

Lukaku hanya sekali melakukan tekel, sekali memotong umpan lawan, dan sekali membuang bola dari ancaman lawan. Tindakan lebih baik dilakukan Denayer yang empat kali menekel, dua kali memotong bola, serta dua kali membuang bola dari ancaman lawan.

Tetapi tetap saja, sisi kiri pertahanan Belgia menjadi sasaran empuk Bale. Secara keseluruhan, Bale melakukan empat kali usaha menggiring bola yang sukses di daerah pertahanan lawan. Meski tak mencetak gol, namun Bale sekali membuat Denayer kewalahan saat menjaganya pada menit ke-33.

Ditambah bukti bahwa seluruh gol Wales lahir dari sisi kiri pertahanan Belgia. Seharusnya, itu menjadi tugas utama Denayer dan Lukaku untuk mengamankannya.

Seusai pertandingan, Lukaku menjadi olok-olok para netizen. Bahkan, jurnalis asal Jerman, Raphael Honigstein, melalui akun Twitter @honigstein, mempertanyakan performa Lukaku.

Sedangkan Denayer juga tak luput dari kritik. Ada seorang netizen, @KrcBeau, yang menilai sebuah donat bahkan lebih baik bermain sebagai bek ketimbang Denayer.

Nasi sudah menjadi bubur. Denayer, Lukaku, dan seluruh pemain muda Belgia harus memendam impian menjuarai turnamen bergengsi. Mungkin saja, mereka bisa semakin matang sebagai pemain pada masa mendatang. Bisakah, Belgia?

Sumber: Berbagai sumber