Laporan langsung jurnalis Bola.com, Ary Wibowo dan Vitalis Yogi Trisna, dari Paris, Prancis Bagi mereka yang pernah ke Paris, jalan raya Champs-Elysees memang cantik, dengan trotoar amat lebar, toko-toko lukis dan terutama para pejalan kakinya yang beragam dan serba molek sehingga menimbulkan kesan internasional.
Baca Juga
Tatkala puluhan karya pahat berpamer diri di sepanjang jalan, orang-orang akan percaya inilah cara bersantai yang unik dan mahal. Sungguh beda rasanya melihat karya seni di dalam museum, dibanding menatapnya berjajar di kawasan terbuka yang penuh pepohonan.
Pemandangan itulah yang kiranya membius mata para pejalan sekaligus menegaskan Paris adalah kota penuh cinta dan keindahan. Pun halnya dengan Presiden Pertama RI, Soekarno, yang, menurut catatan sejarah, sering dikaitkan dengan keindahan Paris semasa hidupnya.
Saat menjabat sebagai orang nomor satu di Indonesia, Soekarno memang sering mengunjungi Paris untuk urusan kenegaraan. Salah satunya ketika Soekarno bertemu dengan Presiden Prancis, Charles de Gaulle, untuk membicarakan persoalan Aljazair, sebagai negara jajahan Prancis.
Di sela berbagai kegiatan itu, Soekarno sering menginap di Hotel de Crillon, yang terletak di depan alun-alun Place de La Concorde, ujung jalan Champs-Elysees. Persis di depan hotel tersebut terpampang tugu Luxor Obelisk, yang menjadi salah satu bangunan bersejarah.
Luxor Obelisk dikisahkan menjadi salah satu inspirasi Soekarno saat mendesain bangunan tugu Monas yang juga menampilkan ujung berlapis emas. Namun, tentu saja inspirasi tersebut dapat diperdebatkan karena minimnya sumber sejarah yang mengamini kisah tersebut.
Selain Obelisk, terselip juga cinta Soekarno di Paris. Akan tetapi, bukan karena sang proklamator, melainkan kehidupan Ratna Sari Dewi Soekarno, sang istri. Setelah menikah pada 1962, Dewi Soekarno memutuskan tinggal di Paris untuk menghindari isu kudeta di Indonesia.
Pada 1967, Soekarno lengser dari kursi jabatan presiden RI. Kurang lebih selama sepuluh tahun Dewi Soekarno menjalani kehidupan di Paris bersama anak-anaknya, sebelum pada akhirnya kembali ke Indonesia setelah Soekarno wafat di Jakarta pada 1970.