Laporan langsung jurnalis Bola.com, Ary Wibowo dan Vitalis Yogi Trisna, dari Paris, Prancis ...Setelah menuruti permintaan tersebut, tangan anggota geng narkoba itu kemudian tetap mengambil kamera yang kami bawa dan meminta untuk ikut ke "markas" mereka. Suasana pun semakin mencekam ketika beberapa pria, sembari menutup setengah muka dengan kaus mereka, ikut serta.
SAAT tiba di lantai dua, terlihat tiga pria sudah berkumpul. Muka mereka terlihat gahar. Beberapa rekannya terlihat bolak-balik masuk ke salah satu ruangan di sudut jalan lantai dua apartemen. Di samping pintu, terdapat bangku plastik dan televisi layar kecil di atas meja kayu.
Baca Juga
"Anda tidak boleh foto di sini," tegas salah satu geng kelompok tersebut. Beruntung, setelah kurang lebih selama lima hingga 10 menit "bernegosiasi" dengan mereka, kamera yang sempat diambil pun dikembalikan, plus kartu memori dan baterai yang tak juga sempat juga disita.
"Benar tidak ada foto lagi? Anda yakin? Anda yakin?" tanya salah satu anggota geng yang lain. Kemudian, dari kejauhan, sesosok pria kembali menghampiri kami. "Coba jelaskan, Anda dari mana dan mau apa?" ujar pria tersebut, dengan memakai bahasa Inggris terbata-bata.
Begitu mendengar nama "Zidane", pria berpostur tinggi kurus itu langsung menggeleng-gelengkan kepala. "Zidane sudah tidak ada di sini. Di sini adalah tempat bisnis besar. Anda tidak boleh bermain-main," ujar dia.
Usai percakapan tersebut, pria itu mengambil sesuatu dari selipan pinggang celananya, kemudian seperti memeragakan sedang menembak sesuatu. Menurut dia, jika ada sesuatu yang tidak beres di area La Castellane, anggotanya tidak segan untuk bertindak lebih jauh.
Meski begitu, suasana mencekam sedikit mereda setelah kedatangan pria tersebut. Maklum, di antara kelompok geng lain, hanya dia yang cukup lancar berbahasa Inggris. Ia pun kembali menerangkan, "Dulu Zidane memang di sini, tetapi sekarang dia sudah di sana (Spanyol). Dia sudah kaya."
Tembakau
Pria yang diketahui bernama Syaid tersebut mengungkapkan, warga La Castellane memang sangat waspada dengan orang asing yang datang, apalagi mengambil foto. Sebab, mereka tidak ingin razia narkotika di tempat itu kembali terjadi karena adanya intel kepolisian Marseille.
Terkait persoalan intel kepolisian memang cukup terasa ketika kami berhasil "bernegosiasi" soal kamera yang sempat disita. Ketika ingin memasukkan ke dalam tas, salah satu anggota geng sempat membersihkan kamera dengan kausnya seperti ingin menghilangkan sidik jari mereka.
"Teman saya sudah banyak yang tewas karena mereka," Syaid melanjutkan perbincangan yang berlangsung di saat perjalanan menuju tangga keluar apartemen. "Zidane sekarang sudah kaya. Dia pergi (ke Spanyol) kemudian membawa keluarganya dan tidak pernah ke sini lagi."
Begitu sampai anak tangga terakhir, Syaid menghentikan langkah. "Anda dari mana? Indonesia?" tanya dia lagi. Saat menegaskan jawaban tersebut, saya lalu sempat mengeluarkan sebungkus rokok kretek dari kantung celana dan kemudian menawarkan kepadanya.
"Good, man. Ok, good afternoon. Bye," kata dia singkat. Pada akhirnya, tembakau Indonesia itulah yang menjadi penutup pertemuan dengan salah satu geng narkoba terbesar di La Castellane, yang juga menjadi tempat Zidane, sang maestro sepak bola dunia menghabiskan masa kecilnya.
Selesai.