Laporan langsung jurnalis Bola.com, Ary Wibowo dan Vitalis Yogi Trisna, dari Lyon, Prancis Piala Eropa 2016 yang bergulir sejak 10 Juni lalu sudah memasuki pengujung pesta. Berbagai tawa, air mata, kegembiraan, dan kesedihan tertuang di sana. Di antara luapan emosi itu ternyata terselip harapan anak bangsa Indonesia yang berjuang dalam Street Football World 2016.
Baca Juga
Turnamen Street Football World 2016 bertajuk Festival16 yang merupakan rangkaian acara UEFA untuk memeriahkan Piala Eropa 2016 sudah berlangsung sejak 28 Juni. Namun, putaran final hanya berlangsung selama dua hari, pada 5 dan 6 Juli, di Sports Dans La Ville, Lyon.
Dengan melibatkan lebih dari 100 organisasi yang terdaftar dalam Street Football World (SFW), festival memiliki kampanye khusus, yakni Football for Humanity dan Football for Solidarity. Pesertanya pun terdiri dari 80 tim yang mewakili 50 negara di berbagai penjuru dunia.
Indonesia pun ikut serta melalui dua organisasi, Uni Papua dan Rumah Cemara. Kedua organisasi tersebut selama ini memang dikenal sebagai komunitas bagi anak-anak kurang mampu atau para pemuda yang ingin menyalurkan bakat dan hobinya bermain sepak bola di dalam negeri.
"Di sepak bola memang bukan sekadar menang atau kalah. Solidaritas atau kerjasama itu terkadang dilupakan. Hal itulah yang menjadi alasan Uni Papua mengirimkan perwakilan," ujar Yan Pepuho, salah satu anggota tim Uni Papua yang mendampingi pemainnya di Lyon.
Sistem pertandingan Street Football World 2016 Festival16 memang terbilang cukup unik. Dengan mengambil istilah Football Three, setiap tim yang berlaga bukan diisi satu negara saja, melainkan empat negara berbeda dengan jumlah total enam pemain dalam satu tim.
Selain itu, petandingan juga tidak hanya urusan mencetak gol, tetapi juga ada diskusi antar pemain dan penilaian fair play yang terbagi dalam tiga babak. Nantinya, jumlah poin-poin tersebut akan dihitung oleh pihak penyelenggara untuk menentukan pemenang dari setiap laga.
Evan Fafo, salah satu perwakilan Indonesia dari Uni Papua, mengaku senang bisa ambil bagian dalam turnamen Festival16. Menurut pemain berusia 19 tahun itu, bisa bertanding dengan pemain dari berbagai penjuru dunia, serta tampil di Prancis, adalah pengalaman istimewa.
"Meski di luar negeri, di sini (Lyon) memang udaranya panas seperti Indonesia. Namun, saya tetap semangat dan bahkan sempat menjadi pencetak gol terbanyak sementara hingga pertandingan delapan besar tadi," kata pemain yang berasal dari Nusa Tenggara Timur tersebut.
Pendapat sama juga dikemukakan Yohanda Andisaputra. Pesepak bola berusia 16 tahun itu mengaku kagum dengan beberapa pemain Street Football World 2016 Festival16 yang ternyata tetap bersemangat saat bermain sepak bola, meski ada yang memiliki fisik terbatas.
"Sangat senang bisa ikut di turnamen ini. Banyak pengalaman dan teman-teman baru, meski hanya bisa sedikit-sedikit mengerti bahasa yang mereka gunakan," kata pemain yang mewakili komunitas Rumah Cemara itu.