Laporan langsung jurnalis Bola.com, Ary Wibowo dan Vitalis Yogi Trisna, dari Paris, Prancis Prancis, khususnya kota Paris, adalah surga bagi para seniman dan budayawan. Salah satu penyebabnya karena ada dukungan besar terhadap iklim kebebasan berkreasi, penghargaan masyarakat yang tinggi terhadap seni budaya, serta fasilitas yang memadai.
Baca Juga
Peninggalan arkeologi dan benda-benda seni juga bertebaran. Ibaratnya, bisa dibilang, Paris adalah labotarium terbuka untuk mempelajari karya budaya dari berbagai bangsa. Ini semua pun tercipta berkat warisan sejarah Prancis yang sempat menjadi salah satu negara adidaya.
Namun, karya seni di Paris tidak melulu soal Mona Lisa di Museum Louvre, tetapi juga karya-karya dari para seniman jalanan. Jika mau melihat salah satu contohnya bisa berkunjung ke jembatan di atas sungai Seine yang banyak dipenuhi seniman lukis wajah atau karikatur.
Bagi para seniman jalanan itu, coretan-coretan garis, dan kibasan warna, seperti berserakan sepanjang jalan. Mereka pun rasanya tidak perlu berpikir lama mencari "godot". Tinggal mencoret kertas atau menyampu kanvas lukisan yang mengagumkan pun langsung tercipta.
Bagi para seniman jalanan, setiap karya memang merupakan bentuk kebebasan dan identitas diri mereka. Sama seperti sepak bola yang merupakan permainan indah dan juga menjadi wadah ekspresi diri bagi para suporternya. Selama gelaran Piala Eropa 2016, hal itu kian terasa.
Jutaan orang dari berbagai negara berkumpul menjadi satu dengan memakai seragam kebesaran masing-masing. Meski ada yang menyanyinkan yel-yel di depan muka suporter lawan, bukan keributan atau pertikaian-lah yang selalu menjadi jawaban. Justru mereka saling berpelukan.
Ya, itulah indahnya sepak bola. Setiap aktivitas para suporter selama gelaran Piala Eropa 2016 seolah merupakan ciri dan identitas negara mereka. Nah, bagaimana dengan Indonesia?