8 Atlet Top Dunia yang Tersandung Kasus Doping

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 15 Jul 2016, 08:45 WIB
Deretan atlet top dunia yang tersandung doping. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun/Reuters/FoxSport)

Bola.com, Jakarta - Kabar buruk menghampiri pebulutangkis putri nomor satu Thailand, Ratchanok Intanon. Dia terancam batal tampil di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 karena dikabarkan gagal dalam tes doping pada Kejuaraan Bulutangkis Asia 2016 di Wuhan, China, April lalu.

Advertisement

Sampel urine pemain berusia 21 tahun itu diduga positif mengandung zat terlarang. Pemain ranking empat BWF itu terancam dicoret dari skuat Olimpiade Negeri Gajah Putih jika gagal tes doping.

Bukan kali ini saja skandal doping mengguncang dunia olahraga. Beberapa atlet top dunia pun pernah tersandung kasus doping. Ada yang kariernya langsung hancur, namun ada juga yang berhasil bangkit dan kembali berprestasi.

Berikut ini 8 atlet ternama yang tersandung kasus doping: 

1. Lee Chong Wei

Bintang bulutangkis Malaysia, Lee Chong Wei, gagal lolos tes doping jenis dexamethasone saat berpartisipasi pada Kejuaraan Dunia 2014. Tiga bulan berselang, tepatnya pada November, hasil tes itu diumumkan oleh Federasi Bulutangkis Dunia (BWF).

Lee menghadapi persidangan dengan tiga anggota panel antidoping di Amsterdam pada 11 April 2015. Dua pekan berselang, tepatnya pada 27 April, pemain yang saat itu mengoleksi 55 gelar juara tersebut dinyatakan bersalah. Lee dijatuhi larangan bertanding selama 8 bulan. Panel menilai Lee tak sengaja menggunakan obat tersebut, lebih gara-gara teledor.

Setelah lepas dari hukuman, Lee tak patah semangat. Perlahan namun pasti, pebulutangkis asal Malaysia itu kembali membangun kariernya. Hasilnya benar-benar luar biasa. Lee kini kembali menduduki peringkat satu dunia dan menjadi kandidat favorit peraih medali emas pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

2. Maria Sharapova

Maria Sharapova dijatuhi sanksi larangan bermain selama dua tahun oleh Federasi Tenis Internasional (ITF), akibat positif doping menggunakan meldonium. Dalam sidang panel ITF pada 8 Juni 2016, Sharapova dinyatakan tak berniat dan sengaja berbuat curang. Namun, dia dinyatakan bertanggung jawab dan melakukan kesalahan signifikan.

Sebulan sebelum sidang pengadilan, ITF meminta supaya Sharapova dijatuhi sanksi empat tahun. Namun, menurut peraturan, sanksi yang dijatuhkan tak bisa lebih dari dua tahun jika Sharapova terbukti mengonsumsi meldonium secara tak sengaja. Sharapova langsung mengajukan banding atas keputusan ini.

Meldonium yang membuat Sharapova terjerat kasus doping adalah sejenis obat untuk penyakit jantung. Sang petenis mengaku sudah mengonsumsi obat tersebut sejak 2006, dengan alasan kesehatan. Awalnya, meldonium tak masuk dalam daftar obat yang dilarang. Namun, sejak 1 Januari 2016 zat tersebut sudah resmi masuk daftar obat yang tak boleh dikonsomsi oleh atlet tenis.

Namun, obat itu tetap dikonsumsi Sharapova karena lalai tak membaca pemberitahuan soal perubahan status obat tersebut yang dikirim melalui email. Akibatnya, dia gagal tes doping menjelang Australia Terbuka 2016. Namun, hasil tes itu baru diumumkan pada Maret.

2 dari 4 halaman

1

Petenis yang pernah tersangkut doping, Marin Cilic. (REUTERS/Eric Gaillard)

3. Marin Cilic

Petenis Kroasia, Marin Cilic, dijatuhi hukuman larangan bertanding selama sembilan bulan (dimulai pada 1 Mei 2013), karena positif doping pada tes saat turnamen BMW Open di Munich, pada April 2012.

Sampel tes doping petenis asal Kroasia itu positif mengandung zat stimulan terlarang, nikethamide. Zat itu masuk dalam substansi terlarang Badan Anti-Doping Dunia (WADA) karena bisa meningkatkan daya tahan atlet. Cilic mengungkapkan kandungan nikethamide dalam urinenya berasal dari konsumsi tablet glukosa coramine yang dibeli staf timnya di toko farmasi.

Hukumannya dikurangi menjadi empat bulan setelah Pengadilan Arbitrasi Olahraga (CAS) menerima bandingnya. Setahun berselang, Cilic meraih titel grand slam pertamanya dengan menjadi juara di AS Terbuka 2014.

“Peristiwa itu membuat saya marah karena keseluruhan prosesnya tak adil untuk saya. Itu tak adil bagi petenis manapun. Jadi, itu kenangan buruk bagi saya,” ujar Cilic.

4. Lance Armstrong

Juara tujuh kali Tour de France, Lance Armstrong, sering dituding menggunakan obat-obatan terlarang sepanjang kariernya. Salah satu tudingan pertama dilontarkan pebalap sepeda Prancis, Christophe Basson, seusai Armstrong memenangi titel Tour pertama pada 1999. Kepada harian Prancis, dia menuding Armstrong menggunakan obat-obatan terlarang.

Selang 11 tahun, mantan rekan setimnya, Tyler Hamilton, dalam sebuah acara televisi mengaku menjadi saksi bagaimana Armstrong menyuntik dirinya sendiri dengan obat-obatan khusus sepanjang Tour de France 1999. Pria yang selamat dari kanker itu, berhasil memenangi lomba tersebut.

Armstrong selalu membantah tuduhan-tuduhan tersebut. Apalagi, secara cerdik dia juga selalu lolos dari tes doping.

Namun, pada Januari 2013, Armstrong akhirnya mengakui perbuatannya. Dalam wawancara panjang dengan selebritas AS, Oprah Winfrey, dia mengakui telah menggunakan obat untuk meningkatkan stamina sepanjang kariernya di ajang balap sepeda. Dia juga mengaku berbuat curang untuk memenangi Tour de France sebanyak tujuh kali. Pengakuan itu dilakukan setelah Agensi Anti-doping AS membeberkan detail laporan tindakan curangnya.

Setelah itu, kariernya benar-benar hancur. Komite Olimpiade menuntut Armstrong mengembalikan medali perunggu yang dimenanginya pada nomor time-trial di Olimpiade Sydney 2020. Tujuh gelar Armstrong di Tour de France mulai 1999 hingga 2005 juga dicabut. Dia juga dilarang bertanding seumur hidup. 

3 dari 4 halaman

2

Petenis putri asal Swiss, Martina Hingis. (AFP PHOTO/PIOTR HAWALEJ)

5. Andre Agassi

Petenis Amerika Serikat, Andre Agassi, membuat pengakuan mengejutkan dalam buku otobiografi berjudul “Open” yang dirilis setelah pensiun. Dia mengaku pernah menggunakan methamphetamine pada 2007 dan ketahuan dalam sebuah tes doping.

Namun, dia berhasil terhindar dari sanksi dengan cara memperdaya Asosiasi Tenis Profesional Pria (ATP). Dia berkirim surat dan berkilah menggunakan obat itu secara tak sengaja. Kebohongan Agassi diterima oleh ATP. Alhasil, kegagalan tes doping itu tak diketahui publik hingga dia pensiun.

6. Martina Hingis

Martina Hingis mengejutkan dunia tenis saat memutuskan pensiun pada usia 22 tahun, tepatnya pada 2003. Namun, dua tahun berselang dia comeback ke lapangan hijau.

Tapi, comeback tersebut berujung pahit. Karier tenisnya kembali terhenti setelah dia tersandung kasus doping, yaitu positif mengonsumsi kokain pada Grand Slam Wimbledon 2007. Dia dijatuhi hukuman larangan bermain selama dua tahun.

Hingis kembali comeback pada 2013 dan bermain di nomor ganda.

4 dari 4 halaman

3

Mantan atlet lari Marion Jones merupakan salah satu atlet yang mengalami kehancuran karirnya karena masalah doping atau obat – obatan terlarang. Ia pernah dipenjara selama 6 bulan, Pada 2006 ia dikabarkan mengalami krisis finansial. (AFP /DON EMMERT)

7. Marion Jones

Atlet atletik Marion Jones sangat tersohor sebelum tersandung kasus doping. Sosoknya menyedot perhatian publik setelah memenangi tiga medali emas di Olympiade Sydney 2000.

Tapi, tujuh tahun berselang, dia membuat pengakuan mengejutkan. Ternyata, sebelum Olimpiade Sydney, Jones menggunakan steroid. Pengakuan itu ditindaklanjuti dengan mengembalikan seluruh medali (total lima) ke Komite Olimpiade Internasional (IOC). Dia kemudian dijatuhi sanksi larangan bertanding selama dua tahun oleh Badan Antidoping Amerika Serikat (USADA). Seluruh prestasi Jones seusai September 2009 juga dicabut.

Derita Jones bertambah karena juga dijatuhi hukuman penjara selama enam bulan. Dia dinyatakan bersalah telah berbohong kepada agen federal saat menjalani penyelidikan terkait insiden di Olympiade Sydney. Saat dinyatakan harus menjalani hukuman kurungan, Jones memutuskan mundur dari kancah atletik.

8. Ben Johnson

Sprinter Ben Johnson mengundang decak kagum saat meraih medali emas pada Olimpide 1988. Raihan itu terasa semakin istimewa karena dia mampu mengukir rekor dunia nomor 100 meter dengan catatan waktu 9,79 detik.

Namun, kebanggaan itu hancur setelah dia terbukti menggunakan doping jenis steroid yang mengantarnya meraih medali emas. Medali tersebut akhirnya dicabut oleh IOC. Johnson comeback pada 1999 di Hamilton Indoor Games di Ontario, Kanada.